Kecelakaan

183 14 0
                                    

Aku duduk hadap-hadapan dengan Mama dan Papa di sofa rumah, duduk kami hanya terhalang meja petak. 

"Keyna gak mau dijodohin." ucapku membuka percakapan di malam yang damai dan sunyi ini. 

Baik Mama dan Papa tidak ada yang menjawab perkataanku, "Mama sama Papa gak bisa maksa Keyna untuk nikah dengan Kail."

"Keyna gak mau tunangan." putusku mutlak. 

"Gak mau di coba dulu Key?"

"Gak Pa!"

Papa menghela napas frustrasi. "Mama tau kamu gak akan menerima perjodohan ini."

"Dan kenapa Mama tetap menjodohkan Keyna saat Mama udah tau Keyna gak mau?"

Mama terdiam, tidak tau mau menjawab apa. "Key..."

"Pa, nikah itu bukan main-main atau hanya sebentar, pernikahan itu seumur hidup Pa." 

"Keyna juga masih terlalu mudah untuk nikah-nikahan gitu apalagi Kail!!" 

Lagi dan lagi Papa dan Mama terdiam tidak ada niat ingin membuka mulut. "Maaf kalau Mama baru bicarain ini sekarang, perjodohan ini bukan maunya Mama juga Papa tapi maunya Eyang. Eyang yang minta kalian untuk dinikahkan saat sudah besar."

Aku membeku, tidak, jangan bawa-bawa Eyang di saat seperti ini. Aku menatap Mama tak percaya, "Bohong."

"Mama gak bohong, Keyna." 

Aku menggeleng-gelengkan kepala. "Jangan bawa-bawa Eyang." 

Mama juga menggelengkan kepala. "Mama gak bohong."

"Ma tolong..."

"Ok, Papa gak akan memaksa kamu untuk menerima perjodohan ini, tapi nanti kalau kamu berubah pikiran bisa bicarakan lagi dengan Papa dan Mama." ucap Papa setenang mungkin. 

"Makasih Pa." ucapku lalu langsung berlari menuju kamarku. 

Aku menutup pintu kamarku dengan kasar juga tak lupa untuk menguncinya. Aku merosotkan tubuhku pada pintu kamar, kakiku gemetar hebat. 

Aku menutup mulut guna menahan isakan. Aku menangis hebat malam itu --mengingat Eyangku yang ternyata menyusun perjodohan ini, kalau menyangkut tentang Eyang aku gak bisa untuk menolaknya. 

Tapi kali ini aku ingin menolak apapun yang diperintahkan Eyang untukku. "Maaf Eyang." gumamku pelan. 

Aku menutup mataku, membiarkan tubuhku terjatuh di lantai dan malam itu aku tertidur di lantai. 

***

2 Minggu berlalu setelah hari di mana aku berdebat sama Mama dan Papa tentang perjodohan. 

Aku bertemu dengan Ziano yang sedang melukis di taman. "Hai." sapaku bersemangat setelah berdiri di samping Ziano duduk. 

Ziano menolehkan kepala padaku, "Oh hai juga Key." balas Ziano dengan senyuman. 

Aku berjongkok di samping Ziano, "Lagi lukis apaan?" 

"Gunung." jawab Ziano seraya melanjutkan lukisannya yang tertunda. 

Aku menganggukan kepala. "Ya udah lanjut." 

Ziano menyempatkan diri untuk mengelus ramburku lembut lalu aku berdiri untuk duduk di kursi dekat Ziano melukis. 

Aku bertopang dagu menatap Ziano yang sedang fokus melukis --yang biasa dilakukannya saat waktu istirahat tiba. 

"Zi nanti jalan yuk," ajakku bersemangat. 

"Mau jalan ke mana?"

"Ke mana aja boleh."

My Poison || Jake Enhypen (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang