Kucing Persia

202 25 0
                                    

Ziano pov ~

Aku dan Harry memasuki ruangan khusus yang hanya boleh di masuki olehku, Harry juga Kavin. Ruangan ini hanya tersedia untuk kami. Harry menghentikan langkahnya membuat kursi rodaku juga ikutan berhenti. 

Harry berjalan menuju lemarin yang berada di ujung ruangan, di ambilnya dua handuk lalu diberikannya handuk ke aku juga ke Kavin yang baru saja memasuki ruangan. "Thanks Ry." 

Aku mulai mengelap rambutku yang basah sementara Harry duduk di sofa tunggal yang terletak di tengah ruangan. "Cewek tadi siapamu Zi?" tanya Harry padaku. 

Aku menghela napas, "Bukan siapa-siapa." 

"Baru kali ini ada orang yang mau membela lo selain kami." sela Kavin lalu ikutan duduk di sofa panjang yang berada di seberangku.

Diam-diam aku menganggukan kepala setuju, mana ada yang mau membelaku di kondisi seperti tadi bahkan mungkin orang-orang akan ikutan membully ku. 

"Is she spesial for you?" tanya Harry tiba-tiba membuatku tergelak pelan, ngadi-ngadi. 

"Nggak lah, nggak kenal juga." balasku lalu memutar kursi roda menggunakan kedua tanganku menuju jendela yang terletak di kanan ruangan. 

"Kalau nggak kenal kenapa dia nolongin lo?" tanya Kavin bingung. Aku pun tak tau Vin. 

Aku mengangkat bahu acuh, kata-kata 'temannya i guess?'  yang berasal dari cewek itu terus terngiang-ngiang di telingaku, sungguh acuh rasanya ketika orang lain mengucapkan kata itu untukku. 

Aku menatap pepohonan yang berdiri kokoh di luar sana dengan tatapan datar, ingin menangis itu yang aku rasakan sekarang tapi aku tidak ingin kelihatan lemah di depan teman-temanku walaupun sejujurnya aku sudah lemah duluan. 

Aku menolehkan kepala ketika merasakan tepukan di pundakku --Harry. "Jangan terlalu di pikirin apa kata mereka Zi," ucap Harry lalu jongkok di sampingku, aku beruntung memiliki Harry juga Kavin bersamaku, mereka sahabatku. 

"Anggap aja anjing yang menggonggong." sahut Kavin yang masih di posisinya. 

"Ganti baju lo Vin, basah semua tuh." ucapku mengalihkan topik kalau topik ini terus berlanjut bisa-bisa aku nangis beneran sekarang. 

Kavin mendengus malas, "Ntar aja lah." 

Harry berdiri dari jongkoknya, menatap garang Kavin. "Nanti masuk angin Vin!" 

"Ck ck bawel lo pada." lalu Kavin berjalan menuju loker untuk mengambil baju ganti dan langsung menuju toilet. 

Aku tertawa pelan melihat Kavin. "If you're not fine tell me okay?" kata Harry lalu menepuk dua kali pundakku yang kubalas dengan anggukan kepala. 

* * *

Tanganku terus memutar roda yang berada di kursi roda ini, aku tak tau aku dimana sekarang yang aku tau hanya aku terus berjalan entah menuju kemana. Aku menemukan taman tidak bisa di bilang taman juga sih soalnya ini lebih mirip terowongan yang di penuhi daun-daun juga bunga-bunga, terowongan bunga[?] ini tidak ada orang sama sekali. 

Aku terus menelusuri terowongan ini dengan perasaan was-was, sesekali mataku menatap samping kanan dan kiri hingga aku menemukan ujung terowongan. Cantik sekali batinku dengan bibir terbuka lebar, tempat ini benar-benar cantik. Aku menemukan taman rumput lumayan lebar dengan bunga mawar pink di beberapa tempat. 

Aku menolehkan kepala ke kanan dan kiri untuk mencari orang-orang atau setidaknya satu orang saja. Tanganku memutar kembali roda ini agar aku bisa masuk lebih dalam. 

"Ziano?" dari samping kiri aku mendengar namaku di sebut segera aku menolehkan kepala dan menemukan cewek yang tadi membelaku. 

"Kok bisa di sini?" tanya Keyna dengan kening berkerut juga ada sedikit keterkejutan di wajahnya. 

My Poison || Jake Enhypen (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang