Temannya i guess?

220 23 0
                                    

Aku berjalan mengikutinya menuju taman belakang selesai makan tadi kami di suruh berbicara berdua biar kenal lebih dalam katanya, emang apaan pakai biar kenal lebih dalam segala. 

"Mau duduk di kursi aja apa ayunan?" tanya lelaki yang bernama Kailian tadi. 

"Eh terserah aja." jawabku. 

"Ayunan aja ya?" tanyanya memilih ayunan dan meminta persetujuanku. 

"Iya." 

Dia membawaku menuju ayunan dan langsung duduk di salah satu sisinya, "Duduk." suruhnya yang langsung aku turuti. 

Aku menduduki sisi satunya dari ayunan itu, kami saling berdiaman. "Panggil gue Kail aja." ucapnya memecah keheningan yang terjadi beberapa saat tadi. 

"Iya, panggil gue Key aja kalau gitu." 

Dia menganggukan kepala paham, matanya menatap lurus ke depan dengan tatapan tajam. "Emang kita kenapa di suruh bicara kayak gini segala sih?" tanyaku kesal. 

Dia mendengus, "Gitu aja gak tau." jawabnya asal. 

"Hah?" tanyaku dengan kening berkerut dalam. 

"Astaga, masih gak ngerti juga apa maksud ortu kita nyuruh kita kayak gini?" 

Aku terdiam mencerna setiap kata yang dilontarkannya baik-baik. "Jangan-jangan...?" tanyaku pada diri sendiri setelah mengerti perkataan Kail. 

"Iya." jawab Kail malas. 

"Shit!" umpatku, bisa-bisanya Papa sama Mama memperlakukanku begini, katanya tadi tidak akan aneh-aneh jadi sekarang ini apa? Ah kesal sama Papa. 

Aku terdiam masih tidak habis pikir dengan jalan pikir Papa yang menjodohkanku dengan Kail, kayak yang bisa-bisanya. Kenapa harus aku? Kenapa anak Papa cuma aku? Kenapa bukan orang lain saja? Ah bikin kesal aja pun. 

Benarkan dugaanku 'makan malam' bisnis itu pasti ada apa-apanya, tidak ada 'makan malam' bisnis murni hanya 'makan malam'. 

"Pokoknya kita harus batalin perjodohan ini!" tekadku tegas mana mungkin aku mau menerima perjodohan sialan ini. 

"Harus." jawab Kail. 

"Tapi bagaimana caranya?" tanyaku lirih seketika bahuku merosot turun ketika hampir tidak ada celah untuk melawan Papa maupun om Elvis. 

"Pasti ada caranya, yakin sama gue." kata Kail kali ini menatapku. 

Aku membalas tatapannya, "Iya." 

* * *

Aku menendang batu kerikil-kerikil kecil yang kutemui di sekitaran taman Academy, aku terus berjalan hingga sampai pada kolam renang Academy. Aku gak tau kalau sekarang ternyata kolam renang sedang di pakai kelas lain, ramai sekali di sana. 

Aku memutuskan berbalik badan berniat menjauhi itu kolam renang tetapi aku kembali membalikkan badan ketika melihat orang-orang berkerumun di depan sana sebenarnya aku gak peduli dengan apa yang terjadi di sana tapi suara-suara ejekan juga hinaan membuatku kesal. 

Dengan langkah gontai yang sedikit dihentak-hentakkan aku menerobos kerumunan itu dan betapa terkejutnya aku ketika menemukan Ziano --orang yang sedang di hina juga di ejek oleh teman-temannya. Dapat kulihat Ziano menundukkan kepala dalam, tubuhnya sudah terduduk di lantai entah kemana kursi rodanya, hatiku teriris melihat semua itu. 

"Mati aja lo, dasar nggak guna." ucap salah satu siswi dengan lantang membuat teman-temannya yang lain tertawa kencang ketika mendengar perkataan itu seolah Ziano hanya boneka yang tidak memiliki perasaan. 

Kulihat Ziano mendongakkan kepala menatap cowok di depannya yang sedang menampilkan wajah menyebalkan yang sangat ingin kutonjok. "kenapa? Mau marah?" tanya cowok itu sembari menendang-nendang kaki Ziano. 

My Poison || Jake Enhypen (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang