Selamat Tidur Duniaku (End)

308 17 3
                                    

"Kami para pihak dokter minta maaf sebesar-besarnya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi mungkin kehendak Tuhan berbeda dengan kehendak kita." ucapan dokter terjeda memberi waktu buat orang-orang yang mendengar mencerna ucapannya. "Hari ini Selasa, pukul 14.35 pasien Ziano meninggal dunia, kami pihak dokter turut berduka cita." dokter menepuk bahu Kavin yang masih berdiri tegak lalu berlalu dari sana untuk mengurus kematian Ziano sementara aku dan Harry sudah meluruh ke lantai.

Disampingku ada Buna yang sudah menangis sementara aku masih mencerna apa yang dikatakan oleh dokter tadi, aku mengalihkan pandanganku pada Buna dengan pandangan tak percaya. "Bu-bu-buna mak-maksud dok-dokter ta-ta-tadi a-a-apa sih?" aku tertawa diakhir. "Dok-dokter ta-tadi pa-pasti bercanda kan?" aku masih tak mempercayai apapun yang diucapkan dokter namun tidak ada jawaban apapun dari Buna seolah memperjelas bahwa dokter sedang tidak bercanda. 

Buna menangis dengan pilu begitu menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya, tubuhku ditarik kedalam pelukan Buna, didalam pelukan Buna aku menggeleng tak percaya,

tidak, Ziano pasti masih hidup kata-kata itu yang terus kuulang dalam hati mencoba meyakinkan diri ditengah suara tangis pilu milik Buna, Harry dan Kavin. 

Aku membiarkan diriku dipeluk kuat oleh Buna, aku masih belum menangis entah kenapa aku merasa air mataku benar-benar kering --tidak bisa dikeluarkan. 

Jantungku seolah berpindah tempat dan jiwaku seolah ditarik keluar secara paksa ketika jenazah Ziano yang ditutupi kain putih melintas didepanku. 

Aku membekap mulutku kuat-kuat agar tidak menimbulkan teriakan yang membuat orang lain terkejut apalagi ini rumah sakit, aku menggigit bibirku kuat-kuat hingga dapat kurasakan darah memenuhi pengecap rasaku. 

Kavin sudah meronta-ronta menahan jenazah Ziano agar tidak dibawa kemana-mana dengan Harry yang berusaha keras menahan Kavin agar tidak mengamuk lebih dari itu, mereka berdua sama hancurnya. 

Aku menatap kosong Kavin yang menangis dipelukan Harry. Hingga saat ini aku masih belum menangis sepertinya air mataku benar-benar sudah habis. 

***

Aku menatap kosong foto Ziano yang berada didepanku ini, di ujung sana ada Kavin yang juga menatap depan dengan kosong juga ada Harry yang meringkuk, bayangin sahabat yang selalu bersama dari kecil tiba-tiba pergi begitu jauh meninggalkan dunia ini. 

Dari kemarin belum ada setetes air mata yang jatuh dari kelopak mataku tapi dadaku rasanya sesak sekali. "Zi..." lirihku. 

"Kamu benar-benar pergi Zi?" ucapku dengan begitu pelan lalu tertawa menyakitkan lama-kelamaan tawaku berubah menjadi tangis, aku menjerit mengeluarkan sesak yang ada di dada. 

Tubuhku meluruh kelantai, memukul-mukul lantai itu masih terus berteriak, sakit sekali rasanya, sesak. Tidak ada yang menghentikanku bahkan Mama hanya menatapku dengan air mata yang bertumpahan dalam pelukan Papa. 

"Ziano balik!!!" teriakku kembali menatap foto Ziano yang tersenyum senang didepan sana. "Kita bahkan belum makan bareng!!!"

"Kamu juga janji mau lukisin aku tapi kamu malah pergi!!! Ziano tolong balik..." 

"Aku sama siapa setelah ini?!!! Aku bagaimana setelah ini?!!!" aku berteriak kuat mengeluarkan segala sesak di dada. 

"Kamu ninggalin aku Zi, kamu jahat." 

"Aku harus bagaimana setelah ini Zi..." suaraku memelan diakhir masih dengan tangis yang memilukan memenuhi rumah duka ini. 

Aku juga tidak memperdulikan orang-orang yang terus menangis, hari itu di rumah duka penuh dengan suara tangis. 

My Poison || Jake Enhypen (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang