Ruangan Istirahat

114 14 1
                                    

Hari Minggu saat waktu menunjukan pukul 5 sore aku masih duduk di kursi taman yang letaknya lumayan jauh dari rumahku, aku hanya menatap datar orang-orang yang berlalu lalang. 

Di taman ini sangat ramai orang-orang ada yang bersepeda, ada yang sedang makan bersama teman-temannya, ada yang bersenda gurau atau bahkan ada yang sedang berlari sore. 

Hanya aku yang sendiri di sini, semenjak hari itu aku tidak lagi ada berhubungan dengan Ziano juga Kail, aku hanya menghindar sebisaku tidak memperdulikan Ziano yang bertanya-tanya kenapa aku menjauh darinya. 

Ujian semester semakin dekat aku juga sudah mulai fokus belajar untuk ujian, ya tidak terasa sebentar lagi aku kelas dua belas lalu tamat dari sekolah menengah atas lalu menjadi pengangguran deh. 

Aku sedikit terkejut karena secara tiba-tiba ada seseorang yang menempelkan sebuah es krim pada pipiku dan dengan refleks aku menolehkan kepalaku untuk menatap siapa orang itu. 

Ziano sedang tersenyum lebar dengan dua es krim di tangannya, aku sangat merindukan sosokmu Zi. 

"Hai Keyna!" sapanya bersemangat lalu mengulurkan sebuah es krim padaku. 

Aku tersenyum menerima es krim pemberian Ziano. "Terima kasih."

Ziano mengangguk lalu membuka bungkus es krim-nya sebelum di makan begitu juga denganku. 

"Key bagaimana hari-hari kamu selama ini?" Ziano pembuka percakapan setelah menghabiskan es krim miliknya. 

Aku menganggukan kepalaku. "Ya gitu-gitu aja sih."

Ziano memperhantikanku dalam diam, diambilnya sampah stik es krim punyaku untuk di buangnya ke tempat sampah, perlakuannya membuatku tersenyum. 

"Kamu gimana hari-hari kamu?" tanyaku balik setelah Ziano kembali ke tempatnya semula. 

"Ya gitu-gitu aja sih." jawab Ziano mengikuti nada bicaraku. 

"Agak ngeselin ya padahal udah lama gak ketemu." 

Ziano terkekeh mendengar ucapanku. "Kamu apa kabar?"

"Baik Zi," aku menatap lurus ke dapan dengan tatapan sendu, suasana di sini emang ramai tapi tidak dengan suasana di hatiku. "Kamu juga apa kabar?" terkadang menanyakan kabar pada seseorang memang perlu. 

Selama beberapa detik tidak ada jawaban dari Ziano, akupun melirik Ziano sekilas untuk memastikan dia sedang apa ah rupanya dia juga sama sepertiku sedang menatap ke depan dengan kosong. 

"Zi." panggilku. 

Dia menyahutiku dengan berdeham tanpa menatapku. "Kamu apa kabar?" 

"Baik." Ziano menjawab dengan suara lirih seperti ada masalah. 

"Kamu ada masalah?"

Dia mendengus geli. "Hidupku selalu di penuhi masalah Key."

Aku tertegun mendengar jawabannya, tidak kusangka dia akan menjawab seperti itu. "Ingin membaginya denganku?" tawarku disertai senyum. 

Lalu Ziano memutar kursi rodanya dan merubah letak kursi rodanya menjadi hadap-hadapan denganku, lebih dekat denganku juga. "Kamu udah makan?" tanya Ziano mengalihkan topik, kamu gak mau membaginya denganku ya Zi.

Memilih menghargai keputusan Ziano, aku tersenyum sembari menggenggam jari-jari Ziano. "Tadi siang udah." 

Kurasakan Ziano membalas genggamanku. "Kamu ke mana selama ini? Kok menghindar?" 

Pertanyaannya membuat tubuhku membeku sebelum normal kembali, aku harus bisa mengendalikan diri. "Aku tetap di sini kok, gak ke mana-mana." 

Kepalaku di tepuk-tepuk pelan oleh Ziano, "Kamu kenapa?"

My Poison || Jake Enhypen (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang