Kehilangannya

173 13 2
                                    

Aku menangis dipelukan Haura, tadi Kavin menelpon Haura dan Atha untuk datang menemaniku. Sekarang aku sedang menangis hebat di pelukan Haura. 

Tangan Haura mengusap-usap punggungku. "Key..." lirih Atha yang terus melihatku menangis hebat. 

"Gak! Ziano gak boleh pergi!!" ucapku sedikit teriak dengan derai air mata. 

"Ziano gak akan ke mana-mana Key." tenang Haura yang tak bisa membuatku tenang kecuali aku sendiri yang melihat dengan mata kepalaku. 

"Ziano..." nama itu yang terus kuucap dari tadi entah sudah berapa kali. 

Tangisku tidak bisa berhenti, hancur, hancur sudah. 

Dokter keluar dari dalam IGD. "Keluarga Ziano?" tanya dokter itu membuatku langsung berdiri dari dudukku begitu juga dengan Kavin dan Harry yang langsung berdiri menghadap dokter. 

Kavin dan Harry tatap-tatapan. "Kami temannya dok." jawab Kavin. 

"Tidak ada keluarganya?" 

"Masih di jalan dok." jawab Kavin dengan suara pelan. 

"Baiklah, pasien atas nama Ziano terbentur sangat keras di aspal membuat beberapa saraf otaknya putus juga beberapa tulang bagian lengan ada yang patah sehingga mungkin tidak bisa di gerakkan dan sekarang pasien koma dalam jangka waktu yang tidak ditentukan." penjelasan dokter membuatku kembali merosot ke lantai dengan nangis yang kembali deras. 

"Ziano...!!!" teriakku tidak terima sembari memukul-mukul lantai dengan kuat hingga membuat tanganku sakit karenya. 

Atha berusaha keras menghentikan pukulanku pada lantai. "Key berhenti Key!!" 

Aku terus menangis tidak memperdulikan yang lain sementara Haura masih terus menenangkanku dengan mengucapkan kata-kata 'Ziano pasti baik-baik aja' 

Aku masih terus menangis bahkan tidak peduli pada air mataku bisa saja habis hari ini. Aku bahkan tidak tau sejak kapan Mama dan Papa sudah berada di rumah sakit. 

Mama memelukku dengan kencang hari itu, mungkin tangisku sangat memilukan hingga berhasil membuat beberapa orang ikutan menangis juga salah satunya Mama. 

"Keyna tenangkan diri kamu sayang..." Mama mengelus-elus rambutku sambil sesekali mengecup keningku. 

Sesak sekali sampai aku kesusahan buat bicara, jadi dengan napas terengah-engah aku menatap Mama. "Ma... Ma..." untuk mengucapkan kata 'Mama' aja aku sudah tidak sanggup. 

Dengan berderai air mata, Mama membalas ucapanku. "Iya sayang? Mama di sini." 

Kembali aku menjatuhkan kepalaku pada leher Mama, sakit sekali sungguh aku tidak sanggup. 

Sesaat kemudian kepalaku pusing sekali lalu semuanya gelap dan aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya. 

***

Mataku terbuka perlahan-lahan tapi tidak benar-benar terbuka karena saat di paksakan untuk terbuka mataku perih sekali. 

Dengan mata menyipit aku berusaha menatap sekeliling berharap menemukan seseorang yang bisa kumintakan tolong untuk mengambil air putih karena tenggorokanku sakit sekali. 

Aku menemukan Mama yang tertidur di sisi ranjang dengan kepala diletakkan di ranjang, aku menatap Mama kasihan. Maaf Ma, aku mengguncang lengan Mama pelan benar-benar tidak bertenaga. 

Mama tersentak kaget dengan refleks Mama menegakkan punggung dan menatapku. "Kenapa Key?"

Dengan sekuat tenaga aku mengeluarkan suaraku yang tercekat, "Ha...Ha...Haus." kataku pelan sekali entah dapat di dengar Mama entah tidak. 

My Poison || Jake Enhypen (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang