Dahan Pohon

116 12 0
                                    

Aku berjalan menuju UKS dengan langkah gontai untuk mengambil obat untuk Atha yang sedang sakit perut sembari bersenandung kecil aku mendorong pintu UKS. 

Langkahku langsung berjalan ke tempat obat-obatan, kulihat terlebih dahulu mana obat sakit perut seperti yang dikatakan Atha tadi, Atha paling anti masuk UKS jadi dengan baik hati aku menawarkan diri untuk membantunya. 

Setelah mendapatkan obat yang diinginkan dan mengambil satu tablet, aku berjalan kembali menuju kelasku, saat di jalan aku tertabrak Kail yang sedang tertawa bersama teman-temannya. "Aw." ringisku. 

Kail yang tadinya tertawa refleks menangkapku yang hampir jatuh, "Eh?" kaget Kail. 

Aku berjalan mundur setelah sadar apa yang terjadi. "Sorry-sorry." ucapku. 

"Gue yang harusnya bilang sorry, sorry Key."

"Iya gapapa." jawabku hendak kembali berjalan lagi tapi tanganku dicekal oleh Kail membuatku menatapnya. "Iya?"

"Jangan lupa beri jawaban pada Mama dan Papa," ucapnya. 

Aku menatap Kail dengan kening berkerut seolah paham ke arah mana pembicaraan ini. "Gue gak mau." 

"Mau gak mau kita akan tetap tunangan." kata Kail tepat di telingaku lalu melepas tanganku dan berlalu dari hadapanku sementara aku menegang di tempatku. 

"Eh duluan Key." ucap Ori, teman Kail lalu langsung berlari menyusul Kail. 

"Duluan juga ya Key." ucap Kesar, teman Kail yang lainnya lalu ikutan berlari menyusul Kail dan Ori. 

Aku hanya menganggukan kepala kaku, apa katanya tadi... kami bakalan tetap tunangan? Tidak itu tidak boleh terjadi. Aku menundukkan kepala saat rasa pusing menghampiri. 

Sedikit tidak percaya pada ucapan Kail. Aku menampar keras pipiku. "Gak Key lo gak bakalan tunangan sama Kail, tenang aja." ucapku pelan pada diri sendiri dengan semangat padahal dalam hati ketar-ketir juga. 

Aku melanjutkan langkahku menuju kelas untuk menghantarkan obat Atha. 

***

Aku duduk di dahan pohon yang pernah kududuki saat bersama Kavin tapi sekarang aku dudung di sana sendiri beberapa saat sebelum Kavin datang, sekarang jam pelajaran sedang berlangsung tapi aku tidak ada niatan ingin masuk kelas. 

Kavin mendudukkan diri di sampingku. "Tumben lo cabut." katanya setelah menyenderkan tubuhnya di batang pohon dengan kaki yang juga di selonjorkan, pewe kali lah pokoknya.

*Pewe (Posisi Wenak)

"Lagi gak mood belajar." pikiranku masih tertuju pada ucapan Kail saat istirahat tadi. 

Kavin menganggukan kepala dengan mata terpejam tampak tak perduli. "Lo kok sering kali sih gak masuk kelas?" heranku pada Kavin yang memang sering tidak masuk kelas, apa dia tidak takut akan masa depannya sendiri. 

"Suka-suka gue lah."

"Dih ya emang, tapi lo gak takut dengan masa depan lo?" 

"Gak. Masa depan gue cerah jadi untuk apa takut."

"Pede amat lo."

"Ya emang cerah lihat aja nanti."

Aku menatap Kavin sewot sementara yang ditatap tetap memejamkan matanya, aku berdecak kesal sebelum kembali memandang depan, lebih baik memandang hal lain daripada memandang muka Kavin yang jika dilihat saja sudah membuat orang lain kesal padahal orangnya diam tapi auranya itu sangat ngeselin. 

Tetapi tiba-tiba pandanganku tertuju pada seseorang jauh di seberang sana alias berada di luar pintu Lab fisika sembari bermain ponsel dengan refleks tanganku mengguncang tangan Kavin. "Apasih?" kelasnya membuka mata. 

My Poison || Jake Enhypen (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang