Aku memasuki kantor Papa dengan langkah cepat, tadi sewaktu di pusat perbelanjaan Papa menelpon aku agar cepat pulang katanya ada hal penting yang mau di bilang Papa ke aku. Jadi dengan panik pun aku meninggalkan makananku yang tersisa setengah juga meninggalkan Atha dan Haura.
Tanpa meminta izin pada resepsionis aku melangkahkan kaki menuju ruangan Papa, sampai depan ruangan Papa aku pun mengetuk pintu itu dengan pelan. "Masuk." sahut Papa.
Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam dan mendekat dengan Papa. "Duduk di sofa dulu sayang." ucap Papa lagi ketika aku sudah berdiri di samping meja kerja Papa.
Aku mengikuti apa kata Papa --duduk di sofa panjang yang terletak agak samping dari meja kerja Papa. Menunggu kurang lebih sepuluh menit baru Papa menghampiriku, duduk di sofa tunggal seberang sofa yang kududuki. "Ada apa Pa?" tanyaku lebih dahulu.
Papa membuka kaca mata kerjanya dan menatapku dalam. "Nanti malam ikut Papa ya?"
Keningku berkerut dalam, "Ke mana Pa?"
"Makan malam sama teman Papa." jawab Papa anteng lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
"Gak mau Pa."
"Sekali ini aja Key. Mau ya?" ucap Papa dengan lembut, sedari tadi mata Papa tidak berhenti menatapku.
Aku menghela napas panjang. "Tapi Pa, Key malas banget dan Key tahu ini bukan hanya sekadar makan malam." kataku ogah-ogahan dengan menekan kata 'sekadar' karena tahu nantinya nggak akan sesederhana kata 'makan malam'. Aku tau dan paham apa maksud di balik kata 'makan malam' tersebut.
Papa tertawa mendengar perkataanku, "Nggak yang aneh-aneh kok."
Aku diam saja, "Mau ya sayang?" tanya Papa sekali lagi. "Ada Mama kok."
"Ya pastilah Mama ikut kan istri Papa. Gimana sih?" kesalku dengan wajah cemberut.
Lagi Papa tertawa, "Ya udah nanti malam ikut. Pokoknya ikut!" tegas Papa.
"Gak mau." rengekku. "Gak punya dress loh Pa..."
"Ya udah beli. Papa beliin mau?"
"Nggak." jawabku masih dengan wajah cemberut. "Ya udah deh ikut." putusku final.
Papa tersenyum senang mendengar jawaban finalku. "Ya udah jam-jam 7 kita pergi ya?"
"Iya." jawabku malas.
"Jangan lupa siap-siap tuan putri!" Papa berjalan menghampiriku yang sudah berdiri, tangan Papa terulur mengusap rambutku pelan. "Jangan cemberut gitu dong mukanya,"
Aku enggan menatap Papa jadi arah pandanganku menatap arah lain. "Ayo senyum." kata Papa dengan tangan yang sekarang menarik ujung bibirku ke atas bermaksud membuatku tersenyum. "Nanti Papa beliin apapun yang Key mau. Gimana?"
"Iya," ucapku lalu mengambil tangan Papa yang masih berada di pipiku. "Dah ah aku mau pulang, mau sama Mama aja." kataku lalu membalikkan tubuh bersiap pergi dari ruangan Papa.
Sebelum benar-benar pergi Papa menarik tanganku hingga jatuh ke pelukan Papa. "Ya udah hati-hati, sama supir tadikan?"
"iya Papa." Papa mengusap-usap punggungku lembut lalu mengecup sekilas keningku.
Aku menguraikan pelukan itu. "Ya udah Key pergi dulu." pamitku, mengecup pipi Papa sekilas lalu tanpa menunggu balasan dari Papa aku berlalu dari hadapan Papa menuju halaman depan tempat mobilku tadi di pakirkan.
* * *
Jam menunjukkan pukul set 7 malam sementara aku masih sibuk memilih dress yang mau aku pakai nanti. Mataku masih menelisik semua isi lemari sudah sebagian dari isi lemari yang aku keluarkan dan sudah berserakan di lantai. Aku masih belum menemukan dress yang sreg di hatiku.
![](https://img.wattpad.com/cover/305864079-288-k344187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Poison || Jake Enhypen (End)
Fanfictionini tentang dia, lelaki yang tidak sempurna tapi mampu membuatku jatuh cinta padanya.