.....
Bagas berlari menyingkirkan segala hal yang mengahalangi jalannya. Langit sudah mulai menghitam, raut panik tak lepas dari wajahnya dengan rahang yang mengeras. Pandangan nya menyapu keseluruh area berharap dapat menemukan Clara.
CLARA....!!!!
Satu nama yang ia teriaki mulai masuk hutan. Langkahnya berhenti ketika sampai di persimpangan jalan setapak, ia mengernyit bingung ketika mendapati arah panah penunjuk area tantangan yang harusnya mengarah kekiri, malah mengarah kekanan.
Bagas cukup paham area ini, karena ketika survey lokasi ia juga ikut kesini.
Ohh shitt!
Bagas mengumpat dalam hati, kemudian melanjutkan langkahnya. Siapa pun orangnya, jangan harap bisa lepas.
"Clara..!! Jawab Ra kalau kamu dengar aku!"
"Clara..!!"
"BAGAS.!"
Langkahnya terhenti ketika mendengar teriakan Edo dan yang lain.
"Lo gak bisa nyari mereka sendiri, harusnya lo kasih tahu kita!" Kesal Rofiq.
"Lo kalau mau ngebacot sana balik lagi!" Ujar Bagas dengan datar.
Mereka mengangguk paham, kemudian melanjutkan pencarian.
"Gak mungkin kan mereka di sembunyikan penghuni ini hutan." Ujar Edo asal.
"lo kalau ngomong hati-hati. Kita lagi di alam liar." Saut salah satu siswa dengan kesal.
Edo hanya cengengesan, menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sial mulutnya tak bisa kalau tak julid soal Clara.
...
Clara memijit pelipisnya pelan berharap nyut nyutan di kepala nya menghilang.
Sudah 1 jam lebih sejak ia bangun dengan tenggorokan perih dan wajah yang terasa panas.
Kini, ia mesti bergelut dengan kepala yang terasa berdenyut. Ia menatap Citra yang kini menyender di pundaknya. Clara menggeser kepala Citra, hingga gadis itu bersandar di pohon di belakang mereka.
Walau sepupunya ini begitu menyebalkan, tapi dalam situasi seperti ini Clara merasa kasihan juga.
Clara bangkit kemudian berupaya mengumpulkan ranting pohon yang tampak oleh matanya, mengingat hari hampir gelap dan mungkin nanti jika malam tiba mereka tak ada penerangan.
Tak lupa, dedaunan kering Clara pungut, itu membuat apinya kembali membesar.
Clara mengehela nafas, kemudian membuka jaketnya. Menyampirkannya ketubuh Citra, tak apalah berbuat baik sesekali kepada teman gelutnya ini.
Ingatan nya kembali ketika mendengar penjalasan Kiyah tentang video yang dikirim sahabatnya itu.
Namanya Michella Annastasya, XII IPA 3 anak PMR.
Anaknya pendiam gitu, jadi gue gak begitu tahu perihal sosialnya.
Dan perihal dekat dengan Bagas juga kurang tahu, karena begitu mereka duet yang lain pada kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara Is Clara
Teen Fiction"Kenapa? kenapa gue yang ngalamin semuanya? apa emang hidup gue sebelumnya menyedihkan banget sampai semua yang gue anggap nyata hanya halu doang?" Clara menatap pantulan wajahnya dari kaca riasnya. "Lo menyedihkan tahu Ra, hahaha saking menyedihka...