Happy Reading..!!!!
•••
Clara memutar bola matanya malas, disamping nya ada Bagas yang tengah memasang seatbelt.
30 menit setelah acara penutupan selesai, akhirnya Bagas datang juga, ingin rasanya Clara mengacak-acak rambut Bagas untuk menyalurkan rasa kesalnya, karena menunggu begitu lama sendirian.'Kamu langsung kemobil ya, aku ketemu pembina dulu sebentar.'
Sebentar yang di ucapkan Bagas itu memakan waktu setengah jam. Dan hal yang semakin membuatnya kesal adalah sekembali nya Bagas, cowok itu malah membawa penguntit di samping nya.
"Aku diminta mama, buat bawa Chella kerumah. Sepupu Ra, ingat sepupu!" Sekali lagi Bagas menegaskan kalau ia dan seseorang yang ia bawa hanyalah sebatas saudara sepupu.
"Bodo amat!" Jawab Clara dengan ketus, ia memejamkan matanya kemudian mencari posisi yang nyaman.
Bagas menghela nafas, setelah melirik Chella yang duduk di kursi belakang, Bagas pun melajukan mobilnya meninggalkan area perkemahan.
Michella Annastasya, kerap di panggil Chella, gadis yang pernah tampil dengan Bagas di acara api unggun yang membuat Clara setegah jengkel.
Chella itu perempuan, jadi sebagai sesama perempuan tentu Clara paham betul. Sepupu hanya sebatas kata yang terucap dari mulut Bagas sebagai penanda di luar, tapi belum tentu didalam.
Semenjak malam itu, pandangan nya tak pernah lepas dari gerak gerik Chella. Awalnya hanya ingin memastikan kalau Chella memang bukan Syila sahabatnya dulu di dunia lain.
Tampang polos nan lugu yang ada pada diri Chella sekarang sama persis dengan Syila, hanya satu yang berbeda, tatapan mata Chella. Clara yakin tatapan yang selalu Chella berikan kepada Bagas bukan tatapan biasa, sebagaimana gadis itu yang terkadang curi curi pandang kepada Bagas.
Lagi, Clara menghela nafas ia kira hanya Gladies yang menjadi beban kisah asmaranya disini, teryata masih ada yang lain.
"Nikmati aja dulu viewsnya. Belum tentu nanti lo bakal bisa menikmatinya lagi." Ujar Clara masih dengan mata yang tertutup.
"Maksud kamu?" Chella berujar bingung.
"Yahh cuma mau ngasih tahu, sepupu ipar? Terkadang takdir memang sekejam itu."
Chella menggenggam ponselnya erat, sekarang ia paham kemana arah ucapan Clara, ia menoleh kearah Bagas yang berada di seberang jalan dengan satu kantong tentengan di tangan nya.
Beberapa menit lalu, Bagas memutuskan untuk berhenti membeli minuman sebentar.
"Kamu udah bangun?" Tanya Bagas ketika melihat Clara yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Menurut kamu?"
Bagas menghela nafas, ia bingung dengan sikap Clara yang terkesan cuek sekarang. Kekasihnya itu semakin kesini semakin menyebalkan menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara Is Clara
Teen Fiction"Kenapa? kenapa gue yang ngalamin semuanya? apa emang hidup gue sebelumnya menyedihkan banget sampai semua yang gue anggap nyata hanya halu doang?" Clara menatap pantulan wajahnya dari kaca riasnya. "Lo menyedihkan tahu Ra, hahaha saking menyedihka...