"Mami, Papi?"
Clara menatap lekat sepasang paruh baya yang tak jauh dari hadapannya, dengan cepat ia melangkah hingga tepat selangkah dari keduanya.
"Hai Sayang."
Clara berhamburan kepelukan Maminya, keduanya terkekeh geli melihat Clara yang kini menangis.
"Udah gede gini loh, masih aja cengeng." Ledek sang Papi.
"Clara kangen, jangan tinggalin Clara lagi. Clara nggak mau sendirian."
Maminya melerai pelukan Clara, memegang kedua Pundak Clara. Papinya mengusap air mata yang merembes di pipinya. "Anak Papi gemes banget sih."
"Nak dengar, kamu nggak sendirian, ada mommy sama daddy, saudara-saudara kamu bahkan Bagas juga selalu berada disisimu." Ujar sang mommy dengan lembut.
"nggak, Clara nggak kenal mereka. Clara Cuma mau mami papi." Kekeuh Clara yang kini kembali memeluk sang mommy.
"Dengar sayang, dunia kita udah beda."
Clara menatap lekat mommy nya. "Sekarang kita sama-sama, nggak beda lagi."
"Nggak bisa sayang, belum saat nya kamu ikut mami papi." Kini sang papi yang menyaut.
"Kamu lihat mereka?"
Clara mengikuti arah telunjuk maminya, disana ada orang-orang yang ia rindukan selama ini.
"Sayang dengar baik-baik. Clara anak yang kuat, lupakan mereka ya nak."
"Clara sayang Diandra sama Syila, kenapa Clara harus melupakan mereka mami, mereka sahabat Clara."
Namun seketika ia terdiam, ia ingat perkataan Amanda tempo hari tentang Kesehatan psikologinya, kalau mereka yang ia tatap kini hanya imajinasinya saja.
"Mereka bukan imajinasi kamu sayang. Kalau kamu pikir awalnya kamu transmigrasi. Ya kamu mengalami nya nak."
Clara menatap Papinya, "Maksud papi?"
"Apa yang ada di ingatan kamu tentang Diandra dan Syila semua itu nyata sayang, jiwa kamu berada didalam novel yang tempo hari kamu baca. Kamu berada disana sayang, dan mengalami semua cerita yang ada didalam novel itu."
"Ja..jadi?"
"Kamu pasti ingat ketika melihat mobil yang terbakar ketika kamu kecil?"
Clara mengangguk. "Dan setelah itu kamu nggak ingat lagi?"
Clara menggeleng, "Itu karena jiwa kamu sejak kejadian itu masuk kedalam novel, dan tubuh kamu ada jiwa lain yang menempati hingga sekarang kamu kembali ke tubuh aslimu sayang."
"Mustahil dan tidak masuk akal memang, tapi itulah yang terjadi." Jelas sang Mami.
"Maksud mami?"
"Tubuhmu sekarang adalah tubuh kamu yang asli, kamu Clara Alexzandra Bailey bukan Clara Devina."
"Mami Clara nggak ngerti." Cicitnya
Mami dan papinya menghela nafas berat, mereka sudah berusaha untuk menjelaskan seringkas mungkin agar anaknya ini paham apa yang ia alami, tapi ya sudahlah Clara akan tetap menjadi Clara.
"Sekarang bangun sayang, jangan sedih lagi. Mami sama papi selalu sayang kamu," maminya kembali mengecup kening Clara.
"Clara terimakasih sudah menjadi sahabat kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara Is Clara
Teen Fiction"Kenapa? kenapa gue yang ngalamin semuanya? apa emang hidup gue sebelumnya menyedihkan banget sampai semua yang gue anggap nyata hanya halu doang?" Clara menatap pantulan wajahnya dari kaca riasnya. "Lo menyedihkan tahu Ra, hahaha saking menyedihka...