Lima

1 0 0
                                    

Mereka berjalan keluar dari Amnesthy usai menyelesaikan kelas, lalu menaiki motor masing-masing dengan Arjuna yang berada didepan memimpin jalan. Tujuan kedua adalah makan di warung Bu Made yang menjual makanan khasnya, nasi Bali.

Ah, warung ini sudah dikenal tidak hanya oleh turis lokal saja namun turis luar juga sangat menyukai masakan Bu Made. Karena kepopulerannya tersebut, warung Bu Made sudah memiliki empat cabang yang tersebar di beberapa wilayah, termasuk salah satunya di daerah Uluwatu yang merupakan cabang ketiga.

"Wihh ke Bu Made, gue justru belum pernah makan nih kesini. Katanya seenak itu ya, na?" tanya Cara setelah turun dari motornya dan mengikuti langkah Arjuna untuk masuk kedalam.

"Enak kok, gue tiap ke Bali nggak pernah absen deh sama nasi Balinya Bu Made. Lo harus coba!"
Cara tidak begitu mengetahui menu apa saja yang khas di Bali, sepertinya Arjuna lebih paham mengenai Bali dibanding dirinya. Oleh sebab itu, ia menyerahkannya kepada Arjuna untuk memesankan menu yang terbaik menurutnya.

Beberapa menit setelah mengantre, Arjuna datang membawa dua piring nasi Bali dan seorang pelayan datang membawakan es buah.
"Porsinya banyak juga ya na, kenyang sampe malem nih gue."

Cara mulai menyantap nasi Bali tersebut, suapan pertama masih tidak membuatnya bergeming hingga suapan kedua ia mulai memberikan respon.

"Na! na ini enak banget na asli parah, kacau abis!"
Arjuna tertawa dibuatnya, tingkah Cara yang sedikit hiperbola dalam memberikan respon justru membuat percakapan diantara keduanya terlihat berwarna.

"Emang seenak itu ra, nanti gue bakal ajak lo lagi ke tempat lain deh yang recommended."
Cara mengangguk antusias sambil menyantap makanan didepannya, begitu juga dengan Arjuna.

Usai menyelesaikan makan siang, Arjuna mengajak Cara untuk berjalan disekitar warung. Ada beberapa spot foto serta café di sana, jadi Arjuna mengajaknya untuk berjalan kaki. Dan untuk motor, mereka memilih meninggalkan diparkiran.

Tidak mau mengganggu Arjuna yang tengah sibuk memotret, Cara berjalan beberapa langkah lebih lambat darinya sambil memakan ice cream yang baru saja ia beli.

"Ra, ngapain di situ? Sini deh, liat ini." Arjuna meminta Cara untuk mendekat, melihat beberapa jepretannya menggunakan dua lensa yang ia bawa.

"Gue suka yang ini deh, tonenya bagus"

"Iya emang bagus kok, gue juga lebih suka yang itu. Nanti pas liat tari kecak gue mau foto pake lensa yang itu juga. Ngomong-ngomong, gue boleh ngefoto lo?" Arjuna meminta izin terlebih dulu kepada Cara, takut jika hal tersebut membuatnya tidak nyaman.

"Boleh sih, tapi sebenernya gue nggak begitu suka buat tampil di depan kamera." Jawab Cara ragu.

"Kenapa emang? Masak lo jauh-jauh dari Surabaya kesini nggak pengen hunting foto, banyak spot cantik tauk"

"Gue bingung karena nggak bisa pose hahaha. Ngerasa jelek aja gitu"

Arjuna menggelengkan kepala tanda tidak menyetujui pendapat Cara."Bukan nggak bisa pose ra, tapi lo nggak pede aja, ya kan?"

Cara mengangguk mengiyakan opini dari Arjuna.
"Gini deh, gue bakal kasih arahan ke lo kok buat pose, tenang aja yang penting lo rileks, oke?"

Walaupun sempat terlihat ragu dengan ajakan Arjuna, akhirnya Cara menyetujuinya. Arjuna tidak membuatnya terlihat memalukan, justru ia berusaha memotret Cara sebagus mungkin dari berbagai sudut. Beberapa foto candid hasil jepretannya nampak memukau seperti layaknya di luar negeri.

Foto Cara justru terlihat lebih mirip dengan pemotretan yang ada di Jepang, bedanya jika di Jepang yang berguguran bunga sekara kalau di Bali yang berguguran bunga kamboja. Rambut panjangnya yang bergelombang dibiarkan terurai terkena angina dengan sengaja. Model yang cantik dan fotografer yang handal merupakan perpaduan combo untuk mahakarya yang bagus.

Warm On A Cold NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang