7. Kehendak

174 14 10
                                    

Suatu ketika Tuhan berfirman kepada Nabi Daud As.: "Engkau berkehendak, Aku berkehendak. Yang berlaku adalah yang aku kehendaki. Jika engkau berserah diri kepada kehendak-Ku, Aku memenuhi kehendakmu, dan jika tidak, engkau akan lelah mengejar kehendakmu sedangkan yang terjadi adalah kehendak-Ku jua". (Dikutip dari buku Tuhan Maha Asyik karya Sujiwo Tejo & Dr. MN. Kamba halaman 19).

"Kenapa tidak dilanjut Mas?" ucap Hafsya yang penasaran sekaligus khawatir.

"Sebelum itu aku ingin membawamu ke masa lalu. Dalam kisah yang membuat kamu harus meninggalkan kami dan rumah tangga kita menjadi seperti ini. Ini semua bersal dari kesalahanku, kegagalanku dalam menjadi suami."

***

Kring ... kring ... kring ...

Telfon rumah berdering. Sonia mengangkatnya dengan penuh antusias. Apa lagi saat mengetahui siapa suara di balik telfon itu.

"Assalamu'alaikum," ucap seorang perempuan paruh baya dengan lembut.

"Wa'alaikumussalam. Mamah?"

"Iya sayang. Bagaimana kabarmu?"

"Alhamdulillah baik Mah. Mamah sendiri bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik juga. Oh ya, Mamah  punya kejutan buat kamu."

"Wah ... apa itu Mah?"

"Besok Mamah mau berkunjung ke rumah kamu."

"Apa?" tanya Sonia dengan terkejut.

"Iya, Kenapa? Kok kayaknya kamu nggak suka gitu sih denger Mamah mau berkunjung."

Sonia diam sejenak memikirkan jawaban yang tepat untuk Mamahnya, "Bu bu Bukan begitu Mah. Maksud aku mamah sudah mau balik dari Madinah?"

"Iya sayang. Mamah kangen banget sama kamu."

"Alhamdulillah Mah. Sonia juga seneng banget akan ketemu mamah lagi."

"Oh ya ini mamah sudah di Jakarta lo. Kemungkinan besok Mamah sudah sampai ke rumahmu."

"Apa?" kejut Sonia lagi.

"Kamu ini kenapa sih sayang. Tumben banget kamu kayak terkejut banget Mamah mau berkunjung ke situ. Kamu baik-baik saja kan? Ilyas nggak nyakitin kamu kan?"

"Nggak mungkin lah Mah. Mamah kan tahu sendiri Mas Ilyas orangnya bagaimana."

"Alhamdulillah lah kalau begitu."

"Ya sudah Mah telfonnya aku tutup dulu aku mau nyiapin semua yang dibutuhkan untuk menyambut mamah besok."

"Ma syaa Allah serasa diistimewakan sekali Mamah ini."

"Pasti dong, Mamah kan orang yang istimewa di hidup aku."

"Kamu ini bisa-bisa saja ya merayu Mamah."

"Iya dong," tersenyum kecil, "Ya sudah ya Mah aku tutup dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Seketika Sonia meletakkan telfon di rumahnya dengan tanpa daya. Ilyas yang melihat istri tercintanya pucat pasi itu pun langsung menghampirinya karena penasaran.

"Siapa sayang? Kok kamu sampai kayak ketakutan gitu?"

"Ma ma Mamah ...."

"Loh harusnya kamu seneng dong?"

"Mamah mau ke sini Mas. Bagaimana dong?"

"Astagfirullahaladzim ... kenapa dadakan banget sayang?"

"Aku juga nggak tahu Mas. Terus bagaimana?"

Mamah Sonia, seorang wanita yang sangat disayangi oleh Sonia dan sangat dihormati oleh Ilyas. Kisah hidupnya tidaklah mudah. Ia ditinggalkan suaminya yang menikah lagi. Ia membesarkan Sonia sendirian. Sonia kecil hingga saat ini belum pernah sekalipun bertemu dengan Ayahnya lagi. Namun Sonia adalah anak yang baik. Selama ini ia tidak pernah mempertanyakan di mana Ayahnya untuk menjaga perasaan sang ibu.

Hingga suatu hari datanglah Ilyas melamar Sonia. Mamah sangat ketakutan dan memiliki trauma yang cukup besar terhadap pernikahan. Namun Mamah sadar betul kalau tidak mungkin ia membiarkan putri kesayangannya melajang seumur hidup. Hingga akhirnya mamah menceritakan semua kisah hidupnya pada Sonia dan Ilyas sebelum mereka resmi menikah. Mamah meminta pada Ilyas agar jangan pernah menikah lagi saat Sonia masih hidup. Namun ini bukanlah sebuah janji karena Sonia melarangnya. Tapi ibu tetaplah seorang ibu, ia tidak akan pernah rela putri kesayangannya merasakan nasib yang sama.

Mamah Sonia sudah memasuki usia senja, namun ia masih bisa melakukan aktivitasnya dengan lancar. Akan tetapi di balik semua itu ternyata Mamah menderita penyakit jantung. Sehingga saat Ilyas menikah lagi Sonia tidak memberitahukannya pada Mamah. Bahkan rela memberikan dalih supaya Mamahnya melaksanakan ibadah umrah dan liburan di Madinah agar Mamah tidak menyaksikan prosesi pernikahan ini berlangsung.

Sonia merasa sangat bersalah akan hal ini. Namun bagaimanapun juga ia tidak bisa melihat suaminya merindukan seorang anak terus-menerus. Meskipun Ilyas tidak pernah mengatakannya, namun Sonia dapat membacanya dengan baik.

Begitulah sedikit kisah tentang Mamah Sonia yang kemudian menjadi latar belakang Hafsya diminta untuk meninggalkan rumah sementara waktu oleh Sonia dan Ilyas. Mereka juga tidak berterus terang akan hal ini pada Hafsya karena tidak ingin membuatnya merasa bersalah. Di sisi lain Sonia juga merasa bersalah karena harus memisahkan Hafsya dari suaminya di saat ia sedang hamil. Oleh sebab itu ia tidak ikut mengantar Hafsya pergi karena merasa malu padanya.

Namun tidak seperti dugaan, ternyata Mamah Sonia tinggal di rumah mereka hingga berbulan-bulan lamanya. Hingga tibalah hari di mana Hafsya akan melahirkan. Sonia tidak bisa menahan rasa bersalahnya lagi. Ia ingin segera mengakhiri semua drama ini.

"Mas aku ingin kita segera mengakhiri semua drama ini," ucap Sonia di suatu malam sehari sebelum Hafsya melahirkan.

"Maksud kamu?"

"Aku ingin Hafsya segera kembali. Aku merasa telah mendzalimi dirinya."

"Tapi kan masih ada Mamah sayang. Kita tidak mungkin melakukan itu."

"Tapi Mas Hafsya itu istrimu dan dia juga sedang hamil. Apa benar kita meninggalkannya begitu saja hingga waktu yang selama ini?"

Prang!!!

Tanpa diketahui ternyata Mamah Sonia berada di situ dan mendengar segalanya. Ia sangat syok mendengar menantu kesayangannya ternyata menikah lagi dan bahkan istri keduanya telah mengandung. Ia juga membayangkan bagaimana perasaan putrinya Sonia yang harus menahan kesedihan karena harus tinggal satu atap dengan madunya itu.

"Mamah!" kejut Sonia dan Ilyas.

"Kalian semua membohongi Mamah!" ucap mamah penuh kemarahan sambil terus memegangi dadanya yang terasa amat sakit.

"Mah ini semua tidak seperti yang mamah pikirkan."

Mamah tidak mempunyai kekuatan lagi untuk menjawabnya. Tiba-tiba bayangan suaminya yang menikah lagi kembali terekam jelas di bayangannya. Itu semua membuat dadanya terasa lebih sakit dari sebelumnya. Hingga beberapa saat kemudian Mamah jatuh pingsan.

Semalaman Mamah di rumah sakit dan ditangani oleh dokter. Namun takdir tetaplah muncul sebagai pemenangnya. Mamah meninggal dunia keesokan paginya. Tepat saat Hafsya melahirkan anak pertamanya. Hal inilah yang kemudian menjadi kunci alasan kenapa Sonia dan Ilyas tidak hadir saat Hafsya melahirkan.

***

Sahabatku Istri Suamiku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang