"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal." (QS. Al-Anfal Ayat 2).
Lupakan tentang membuat film atau kelas menggambar. Sebenarnya semua itu tak pernah ada. Entah bagaimana ide itu keluar begitu saja dari mulut Syam. Sungguh mengherankan mengapa ia menjadi begitu tertarik dengan Hafsya. Sejak ia membaca buku diarynya, sejak itu pula hatinya merasa tersentuh dan ingin mengenal lebih jauh tentang dirinya.
Namun bagaimanapun juga ia harus merealisasikan ucapannya itu atau kalau tidak Hafsya akan menyebutnya pembohong dan akan meninggalkannnya begitu saja. Oleh sebab itu ia segera menghubungi asistennya dan menyuruhnya mengurus segalanya. Ini sungguh mengejutkan asistennya, karena selama ini Syam sama sekali tidak suka dengan dunia seperti itu. Apa lagi mengadakan kelas menggambar secara gratis, itu bukanlah Syam bos yang selama ini mereka kenal.
"Hai," sapa Syam.
"Kalau baru datang itu ucapkan salam."
"Bagaimana?"
"Assalamu'alaikum."
"Oh begitu, ngomong-ngomong itu salamnya orang Islam kan?"
"Iya."
"Kalau aku bukan orang Islam bagaimana?"
"Tapi kamu muslim kan?"
"Entah, aku pun tidak tahu."
"Loh gimana sih, emang apa agamamu?"
"Kan aku sudah bilang, aku tidak tahu."
"Kenapa bisa begitu?"
"Emang harus ya seseorang itu beragama?"
"Harus lah. Sini KTP kamu biar aku cek apa agamamu?"
"Ya nggak boleh lah. Nggak sembarang orang boleh lihat KTPku."
"Kenapa?"
"Rahasia."
"Baiklah kalau begitu, ngomong-ngomong kenapa kamu sampai beradu tembak dengan orang-orang itu?"
"Karena mereka ingin membunuhku?"
"Apa kamu seorang penjahat?"
"Menurutmu?"
"Dengan wajah seperti ini, menurutku tidak sih?"
"Hahaha, kamu jangan tertipu dengan wajah. Karena wajah bisa sangat menipu seseorang."
"Kalau menurutmu? Apa aku seseorang yang jahat?"
"Iya."
Hafsya terkejut dengan pendapat Syam, "Lalu kenapa kamu menerima aku di rumahmu?"
"Karena aku penasaran denganmu."
"Apa kau memandang semua orang itu jahat?"
"Iya."
"Ternyata benar."
"Apa?"
"Hidupmu sungguh sangat menyedihkan."
"Sudah lah lupakan tentang diriku. Kamu sendiri kenapa mau menjadi istri kedua?"
"Cinta."
"Kamu mencintai suamimu?"
"Iya, tapi sebelum itu aku lebih dulu mencintai Sonia sahabatku."
"Kamu normal kan?"
"Normal."
"Kamu mencintai sesama wanita?"
"Cinta melebihi semua itu dan memiliki jalurnya sendiri."
"Ah semua itu hanya omong kosong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabatku Istri Suamiku 2
SpiritüelHafsya merasa bingung sekaligus kecewa dengan keputusan sepihak yang dilakukan oleh Ilyas dan Sonia. Ia diminta pergi begitu saja tanpa mengetahui apa alasannya. Di kondisinya yang sedang mengandung ia mencoba bersabar dan percaya pada mereka. Namun...