"Jodoh adalah misteri Tuhan, seperti juga dengan kematian. Tapi menjemputnya dengan cara yang halal lagi diridhai Tuhan adalah kewajiban."
Setelah susasana hening sejenak Ilyas pun kembali membuka suara, "Baiklah, karena istriku memaafkanmu tidak ada alasan untukku tidak memaafkanmu juga."
"Terima kasih banyak. Saya tidak menyangka ada orang-orang sebaik kalian," ucap Jordi dengan kekaguman.
"Oh ya Syam, ini adalah ATM yang berisi nafkah Mas Ilyas selama ini. Aku tidak pernah memakainya. Aku titip ini untuk santri yatim yang di pondok pesantrenmu ya."
"Baik, terima kasih Hafsya semoga Allah membalas kebaikanmu."
"Aku sangat kagum dengan kalian semua. Kalian melakukan dan tidak melakukan sesuatu selalu atas dasar agama. Sungguh agama yang indah. Bagaimanakah cara masuk Islam? Aku ingin sekali menjadi saudara seiman kalian," ucap Jordi.
"Alhamdulillah, kamu hanya perlu mengucapkan dua kalimat syahadat," jawab Ilyas.
"Bisakah Anda menuntun saya mengucapkannya."
"Tentu, dengan senang hati."
Akhirnya Ilyas membantu Jordi untuk mengucapkan kalimat syahadat yang diakhiri oleh bacaan hamdallah oleh seluruh yang ada di dalam ruangan. Ilyas memeluk Jordi dengan mata yang berbinar. Kemudian disusul Syam memeluknya sambil menepuk-nepuk pundaknya dengan bangga.
Setelah momen haru itu berlalu, akhirnya Syam pamit untuk undur diri bersama Jordi. Namun di luar dugaan Hafsya menghentikannya. Tentu ini membuat Ilyas sangat terkejut, apa lagi Syam. Pikiran Ilyas mulai menjelajahi dirinya sendiri dengan berbagai prasangka.
"Syam tunggu, aku ingin ikut ke pondok pesantrenmu dulu," menghentikan Syam yang akan memasuki mobil.
"Ada apa Hafsya?" memastikan agar Ilyas tidak salah paham.
Ilyas memegang tangan Hafsya, "Aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu Mas, lagian di sana juga ada Jordi. Kita tidak berdua saja."
"Ngapain kamau ke sana? Dan kenapa aku tidak boleh mengantarmu?"
"Ini terlalu cepat Mas. Beri aku sedikit waktu."
Sonia menghampiri Ilyas dan menggenggam tangannya. Tentu saja Ilyas menoleh kepadanya. Sonia membalasnya dengan anggukan yang memberi pertanda agar menyetujui permintaan Hafsya.
"Baiklah, aku akan menunggumu. Jika kamu sudah selesai dengan urusanmu panggil aku. Aku akan menjemputmu."
"Baiklah," menghampiri Sonia dan memeluknya, "Aku pamit dulu."
"Hati-hati, kami akan selalu menunggumu."
"Terima kasih. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh."
Kini mereka bertiga telah memasuki mobil. Hafsya duduk di kursi belakang sedang Syam dan Jordi duduk di kursi depan. Suasana dalam mobil hening sejenah. Meraba-raba pikiran satu dengan yang lain. Hingga akhirnya Syam mulai buka suara.
"Ada apa Hasfsya?"
"Aku ingin bicara kepadamu ketika sudah sampai nanti. Kamu tidak keberatan kan?"
"Baiklah."
Mereka akhirnya sudah sampai. Jordi dengan kesadarannya meninggakan mereka berdua yang sudah keluar dari mobil. Hafsya dan Syam berjalan menuju taman yang ada di depan pondok pesantren. Dengan sedikit ragu Hafsya mulai membuka pembicaraan.
"Maafkan aku, ini mungkin mengundang banyak pertanyaan di benakmu."
"Kenapa Hafsya? Aku tidak ingin Ilyas salah paham terhadapku."
![](https://img.wattpad.com/cover/301866652-288-k982532.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabatku Istri Suamiku 2
EspiritualHafsya merasa bingung sekaligus kecewa dengan keputusan sepihak yang dilakukan oleh Ilyas dan Sonia. Ia diminta pergi begitu saja tanpa mengetahui apa alasannya. Di kondisinya yang sedang mengandung ia mencoba bersabar dan percaya pada mereka. Namun...