Epilog

17.4K 789 26
                                    

Miranda menatap pantulan dirinya dari cermin. Perutnya sudah membuncit. Dari hitungannya kini dia sudah menginjak bulan keempat, tapi perutnya seperti mau pecah. Jalan saja sudah terengah-engah. Meski dia sudah sangat kesulitan untuk aktivitas hariannya, tapi kebutuhan seksualnya malah semakin meningkat. Rick malah senang karena itu. Tak lupa setiap pagi Rick selalu melatih istrinya untuk yoga dan berenang untuk membantu Miranda meredakan segala keluhan fisiknya.

"Honey, kau sudah siap?" seru Rick dari ruang keluarga.

"Iya!" Miranda keluar dari kamarnya dengan riasan yang amat sederhana.

Miranda yang biasanya tampil full make up, kini hanya mengikat rambutnya dan memakai dress simple berwarna hitam. Tak ada riasan sama sekali di wajahnya. Namun aura kehamilan membuatnya selalu terlihat cantik dan menggoda di mata Rick.

"Kenapa? Aku jelek?" tanya Miranda, setelah cukup lama mendapatkan tatapan dari suaminya.

"Kau saangat cantik!" jawab Rick kemudian mencium kening Miranda, kemudian mencium perut buncitnya.

Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kehamilan. Hari ini adalah hari yang sangat spesial, karena hari ini adalah hari pertama USG. Hari ini dia akan melihat jenis kelamin anaknya. Sejak awal mereka berdua menolak untuk USG, menunggu hingga cukup jelas untuk langsung melihat jenis kelamin.

Miranda dan Rick sedang duduk di ruang tunggu. Rick terlihat sedang membaca majalah parenting yang disediakan rumah sakit di meja. Meski usianya sudah setengah abad, tapi menjadi orangtua adalah hal yang baru baginya. Begitu pun dengan Miranda. Dia sedang melihat-lihat brosur tentang pilihan persalinan. Water birth, lotus birth dan lain sebagainya.

Tak disadari, mereka berdua sedang diperhatikan oleh seorang wanita hamil di hadapannya.

"Senangnya masih diperhatikan oleh orangtua. Aku harap orangtuaku pun ada di sini untuk melihat cucunya," ucap wanita itu.

Miranda yang menyadari wanita itu bicara padanya, mulai mengalihkan pandangannya pada wanita muda berambut pirang itu.

"Maaf?" tanya Miranda.

"Aku harap ayahku juga memiliki waktu untuk menemaniku memeriksakan cucunya," ucap wanita muda itu sambil melirik pada Rick.

Miranda ternganga mendengarnya. Wanita muda itu pikir Rick adalah ayahnya. "Kau salah, Nona. Ayahku sudah lama meninggal."

Wanita muda itu kembali menatap Rick dan Miranda secara begiliran.

Miranda melingkarkan tangannya ke lengan Rick. "Dia ayah dari bayi ini," tambah Miranda dengan tangan satunya mengelus perut buncitnya.

Rick yang tidak menyadari itu semua, menoleh pada istrinya. "Hah? Apa?"

Wanita muda yang tanya ramah itu pun mulai mengubah ekspresinya jadi tak enak hati. "Ahhaha... aku mau ke toilet."

"Enyah kau!" umpat Miranda setelah wanita muda itu pergi.

"Are you okay?" tanya Rick pada Miranda.

Miranda tersenyum. "Okay.

"Nyonya Foley!" seru perawat dari pintu ruang pemeriksaan.

Miranda dan Rick pun masuk ke dalam ruang perawatan setelah namanya dipanggil. Kini dokter kandungan sedang memainkan alatnya ke atas perut buncit Miranda. Wajah dokter itu memperlihatkan ekspresi yang serius, membuat Miranda dan Rick khawatir.

"Ada apa dokter? Apa bayiku baik-baik saja?" tanya Miranda.

Rick sudah bersiap menerima segala sesuatunya.

"Oh yah, bayinya sangat sehat dan normal. Kita dengarkan detak jantungnya!" jawab dokter.

Kemudian terdengar bunyi detak jantung ke seisi ruangan. Miranda dan Rick terharu mendengarnya.

"Wait, what is it?" ucap dokter, membuat Miranda dan Rick kehilangan senyumnya.

"Ada apa dokter?!" tanya Rick.

"Bulan-bulan kemarin ternyata aku salah mendiagnosa," ucap dokter.

"Apa maksudmu?!" tanya Miranda.

"Bulan-bulan kemarin aku kira kau mengandung seorang bayi, tapi ternyata setelah melihatnya melalui USG, ada dua bayi. Selamat kalian akan mendapatkan bayi kembar!" ujar dokter.

Miranda dan Rick saling menatap. Mereka berdua tak habis pikir mendengarnya. Selama ini Rick sangat menanti-nantikan kehadiran seorang anak, Tuhan malah memberinya dua orang anak. Betapa baiknya Tuhan padanya. Miranda dan Rick tertawa bahagia mendengarnya.

***

"Shhhttt!" Rick meletakkan telapak tangan kananya ke atas bibir Miranda agar istrinya tidak mengeluarkan suara yang meresahkan.

Miranda berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan suara itu, namun itu adalah hal yang mustahil mengingat Rick yang terus bergerak menembus tubuhnya. Miranda tak dapat menahannya lagi, dia pun menuju puncak sambil berusaha untuk tidak berteriak. Rick akhirnya menang untuk yang ke sekian kali.

"Huaaaaaakkk!" suara tangisan bayi mulai terdengar dari ruangan sebelah.

Rick dan Miranda masih tertaut. Rick menatap Miranda dengan tatapan menyalahkan.

"Aku sama sekali tidak bersuara!" elak Miranda, sambil diakhiri dengan tawa.

Rick pun terkekeh kemudian melepaskan tubuhnya dari tubuh istrinya. Mereka beruda kembali berpakaian kemudian bergeas menuju kamar bayi yang berada di sebelah kamarnya. Miranda menggendong bayi yang memakai baju merah muda dan Rick menggendong bayi yang memakai baju berwarna biru. Rick berusaha menenangkan bayi yang berada di tangannya, sementara Miranda menyusui bayi satunya.

"Kau harus menunggu giliran setelah adikmu, okay boy? Setelah kau selesai, sisakan untukku!" ucap Rick pada bayi di tangannya.

Miranda terkekeh mendengar kekonyolan suaminya. Mereka berdua sangat menikmati hari-harinya menjadi suami istri sekaligus orangtua untuk si kembar yang mereka beri nama Michael dan Michelle. Sesekali mereka pun butuh waktu untuk berkencan. Dan saat itu terjadi, Nat adalah baby sitter terbaik.

"Jam berapa kalian pulang?" tanya Nat.

Rick dan Miranda sudah bersiap dengan gaun malamnya.

"Tidak akan lama, hanya makan malam," jawab Rick, kemudian mencium bibir Miranda. Miranda yang begitu cantik dengan riasan malamnya, sangat disayangkan jika dilewatkan untuk dicium.

"Jika mereka lapar, aku sudah menyimpan ASi di kulkas. Tinggal dihangatkan," tambah Miranda.

"Copy that!" balas Nat.

Miranda dan Rick pun berlalu. Nat masuk ke ruang keluarga, melihat dua batita yang tengah asyik bermain.

"Aku akan menuntut Rick untuk menaikkan gajiku!" gumam Nat. kemudian bergabung dengan kedua keponakannya.

_ The End _

My Sexy Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang