Chapter pertama telah selesai. Sampai sejauh ini Miranda sudah dapat membuat pembaca mengenal sosok Rick yang sesungguhnya di balik lapangan.
Saatnya melangkah ke chapter ke dua. Miranda akan membawa pembaca mengenal sosok Rick lebih dalam lagi dengan menggali masa lalu Rick.
Hari ini sudah mulai latihan di stadion rugby untuk persiapan final melawan Amerika Serikat. Karir Rick dipertaruhkan di pertandingan ini. Cara melatih Rick tidak berubah. Masih keras dan disiplin. Istirahat hanya pada jam makan siang.
Nat memesan sandwich untuk makan siang para atlet dan crew agar mengefisienkan waktu. Thony dan Miranda makan sandwich bersama di kursi penonton.
"Hari yang berat, huh?" kata Miranda memulai obrolan.
"Yah.. like always," balas Thony sambil melahap sandwichnya.
Miranda menelan sandwichnya lalu meminum coke untuk melegakan tenggorokannya. "Apa dulu Rick sekeras itu?"
Thony melirik Miranda. "Ini untuk bukumu?"
Miranda mengangguk. "Ya. Aku akan menuliskan seperti apa dia dulu."
"Well, dulu sebelum dia menjadi pelatih dia adalah atlet sepertiku. Aku sudah ngefans padanya sejak aku masih remaja hingga membawaku menjadi seperti sekarang. Aku ingin meneruskan jejaknya. Atlet rugby yang berprestasi. Setelah selesai menjadi atlet, dia ditarik kembali untuk menjadi pelatih sampai sekarang," kata Thony sambil memandangi Rick yang tengah berdiskusi dengan Nat jauh dari kursi mereka.
Miranda menatap Thony, tergurat rasa salut dan respect pada Rick di sorot matanya.
"So, bagaimana dia pada saat awal menjadi pelatih?" tanya Miranda lagi.
Thony menghabiskan sandwichnya lalu minum. "Dulu dia adalah pelatih yang menyenangkan. Yah, disiplinnya masih sama. Tapi dia tidak pernah melewati batas. Setiap para atlet sudah terlihat kelelahan dia akan menghentikan pelatihan meski belum masuk jam istirahat. Istrinya dulu selalu menemani kemanapun dia pergi, sepertimu,"
Miranda terkejut dan diakhiri dengan tawa. "Haha.. tapi keberadaanku sepertinya tidak dia sukai. Aku bagaikan benalu baginya. Tidak seperti mendiang istrinya. Haha.."
Rick melirik sekilas pada Miranda yang terlihat bahagia mengobrol dengan Thony. Dia penasaran dengan apa yang diobrolkan oleh mereka.
"Rick?" Nat membuyarkan perhatian Rick pada Miranda.
"Y..ya?" Rick menoleh pada Nat.
Nat menoleh pada Miranda dan Thony yang mengobrol lalu menatap Rick kembali. "Bagaimana perasaanmu pada Miranda?" tanya Nat tiba-tiba.
"Apa maksudmu? Kenapa kau menanyakan hal semacam itu?" Rick tidak menyukai pertanyaan Nat.
"Yah.. kalian sudah satu bulan tinggal bersama. Mungkin..."
"Sudahlah Nat. Apapun yang kau rencanakan, hentikan itu sekarang juga!"
"Apa yang kurencakan?" Nat mulai gelagapan.
"Rachel tidak akan pernah tergantikan," tegas Rick.
"Ya.. I know that. But you need someone to take care of you. Untuk menemanimu dan mungkin saatnya kau untuk memiliki anak.."
Rick berdiri dan meninggalkan Nat seketika. Nat menyadari kelancangannya barusan. "Oh shit!"Miranda dan Thony masih mengobrol di sana membicarakan Rick. "Jadi sejak kapan dia berubah menjadi sekeras seperti sekarang?"
"Pada awal musim ini sekitar tiga bulan lalu, semenjak istrinya meninggal. Kepergian Rachel sangat berdampak besar padanya," Thony mulai prihatin pada pelatihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Old Man
ContoMiranda adalah seorang jurnalis wanita berusia 29 tahun di sebuah majalah sport di Toronto, Kanada. Impian sebagai seorang penulis buku dia hentikan setelah bertemu Jeff, kekasihnya. Selama dua tahun mereka tinggal bersama, Jeff dengan teganya berse...