Episode 2

23.9K 1.1K 5
                                    

Rick Foley Mantan Atlet Rugby Nasional Kehilangan Cintanya

Tajuk berita di majalah Rabbit kali ini adalah berita duka dari sosok mantan atlet rugby nasional yang kini menjadi pelatih timnas Kanada. Istrinya, Rachel Foley meninggal karena kanker getah bening.

Pernikahan yang berlangsung selama 20 tahun kini terpisahkan oleh maut. Selama pernikahan Rick dan Rachel tidak dikaruniai anak. Tapi pernikahan mereka jauh dari gosip miring karena kesetiaan Rick dan Rachel.

Miranda menulis berita itu dan lolos terbit. Karena menulis tentang mantan atlet itu, Miranda melakukan research mengenai Rick. Lelaki berusia 51 tahun itu masih terlihat muda di berbagai foto di media sosialnya.

Hanya rambut yang berubah warna, bahkan Rick sengaja tidak mengecatnya dan memperlihatkan warna alaminya, putih ke abu-abuan sebagai tanda bahwa dia telah banyak makan asam garam dunia ini.

Sementara tubuhnya masih terlihat bugar dan berotot. Miranda menatap foto Rick yang tengah berada di kolam renang. Badan besar dan berototnya membuat siapa saja tidak akan percaya bahwa pria itu berusia setengah abad. Tak ada kerutan sama sekali, dia tampak sexy.

"Damn it!" umpatnya sambil terus men-scroll up foto Rick.

"Hei! Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Bryan, editor di Rabbit Magazines.

Miranda kaget dan langsung mengeluarkan media sosialnya. "Tidak."

"Kau pasti sedang main game!" balas lelaki berkacamata itu dengan tatapan skeptis.

"Sungguh! Kemarilah kalau tidak percaya!" tantang Miranda.

Bryan tertawa. "Hahaha! Ayo kita makan siang! Aku akan menraktirmu di Subway!" katanya sambil berjalan menuju keluar.

Mendengar kata traktir, Miranda tak banyak berfikir. Dia langsung mengekor di belakang Bryan. Bryan ini adalah editor senior di Rabbit. Kedekatan mereka sudah seperti adik-kakak meski hanya teman sekantor.

Miranda menghentikan langkahnya begitu melihat Jeff keluar dari mobilnya dan berjalan ke arahnya. Bryan menoleh dan melihat ekspresi Miranda yang tidak ramah terhadap Jeff.

Wanita itu langsung menarik lengan Bryan dan memintanya untuk melanjutkan langkahnya dengan cepat. "Ayo cepat!"

"Miranda! Tunggu!" teriak Jeff yang berhasil menyusul Miranda.

Wanita itu malas dan tak menghentikan langkahnya, membuat Bryan kebingungan dan hanya diam serta menurut.

"Miranda!" Jeff menarik lengan Miranda, membuat wanita itu terlepas dari Bryan.

"Apa lagi hah?!" teriak Miranda, kesal.

"Dengarkan aku, kumohon beri aku kesempatan sekali saja untuk memperbaiki semua. Aku tidak sanggup kehilanganmu! Aku ingin kau menikah denganku!"

"Bullshit! Aku tidak mau dengar lagi kata-kata manismu! Semuanya terdengar busuk!" balas Miranda dengan emosi yang terus menanjak.

Jeff berlutut di depan Miranda dengan disaksikan Bryan dan orang-orang sekitarnya. Tapi wanita di hadapannya tak peduli. "Kumohon sayang! Aku sudah memutuskan Jenifer!"

"Hah? Memutuskan?" Miranda tersenyum sinis, nada bicaranya sudah menurun tapi tetap tajam. "Bukankah kau pergi ke apartemennya setelah aku usir?"

Jeff membelalak, sudah dia duga. Jenifer pasti sudah mendatangi Miranda. Di dalam hati kecilnya, Jeff tidak ingin kehilangan Miranda karena hanya dialah yang pantas untuk masa depannya. Jenifer hanya sebagai selingan.

"Sudahlah Jeff! Aku sudah tidak mau lagi melihatmu!" akhir Miranda lalu pergi dari sana.

Bryan yang tertinggal oleh Miranda kebingungan harus bagaimana, apakah membantu Jeff berdiri atau mengikuti Miranda. Yang dia pilih akhirnya menyusul Miranda yang sudah jauh.

Jeff yang ditinggal keduanya meremas rambutnya dengan kasar lalu berdiri dan masuk kembali ke mobilnya.

Dia memacu mobil itu sampai ke apartemen Jenifer.

"Hai sayang! Dari mana saja?" tanya Jenifer dengan nada yang menggoda.

Jeff mencengkram kedua pipi Jenifer dengan satu telapak tangan. Wajahnya tidak ramah sama sekali. "Kau datang menemui Miranda?"

"Jeff.. kenapa kau..."

"Jangan pernah kau mendekati Miranda! Jangan campuri urusanku dengannya!" ancam Jeff.Mendengar itu Jenifer melawan, dia menghempaskan cengkrama Jeff. "Kenapa hah? Kau masih mencintainya?!"

"Bukan urusanmu!"

"Kalau begitu untuk apa kau datang ke sini?! Jika kau mencintainya lalu bagaimana perasaanmu padaku selama ini?! Apa aku ini hanya jalang di matamu?!" Jenifer mulai berkaca-kaca.

"Jangan pernah masuk ke duniaku bersama Miranda!"

"Aku tidak pernah mengganggunya! Dia saja yang mencari-cari tahu! Sadarlah Jeff, dia sudah tidak mempercayaimu lagi hingga dia memergoki kita!"

Kenyataannya, Jenifer sendirilah yang membongkar perselingkuhannya. Dia mengirim email dengan nama samaran pada Miranda dan mengirimkan beberapa foto mesranya bersama Jeff.

Jeff berbalik membelakangi Jenifer. Dirinya masih kesal. Jenifer kemudian memeluk Jeff dari belakang dan merayunya.

"Sudahlah.. Lupakan Miranda. Aku siap menggantikan posisinya. Bahkan aku sudah menggantikan posisinya jauh sebelum kalian berpisah.." bisik Jenifer sambil memeluk Jeff.

"Huaaaa..." Miranda menangis dengan mulut penuh sandwich.

Bryan menyeka air mata Miranda sambil memakan sandwichnya. "Sudahlah.. Makan dulu baru lanjutkan menangis!"

"Huaaaa.." Miranda menangis lebih keras.

Orang-orang di kedai sandwich dan burger itu menatap heran Miranda. Orang yang jadi pusat perhatian sama sekali tidak terganggu. Malah Bryan yang kalang kabut.

"Sudah! Sudah!" kata Bryan sambil memberikan senyuman pada orang-orang yang menatapnya dengan tatapan tuduhan telah membuat teman wanitanya menangis.Miranda menghabiskan sandwichnya dan minum cola di hadapannya. Kini dia sudah semakin tenang meski air mata masing mengalir.

"Jadi kalian putus?" tanya Bryan.

Miranda mengangguk, ekspresinya kembali menyedihkan. "Dia selingkuh. Dan ternyata itu sudah setahun mereka berselingkuh. Kenapa aku sangat bodoh tidak menyadari itu sedari dulu??"

"Ya, kamu memang bodoh!" Bryan menatap Miranda tegas.

"Ak... aku..."

"Sekarang kau akan menangisi kebodohanmu itu?"

Miranda menatap kosong.

"Kau harus bangkit! Jeff tidak berhak untuk ditangisi! Kau masih bisa mendapatkan seseorang yang lebih dari Jeff!"

Miranda menyeka air matanya dan berhenti menangis. "Kau benar. Aku harus bangkit dan melupakan Jeff. Dia tidak pantas ku tangisi!"***"Ayo cepat! Lari seakan kalian akan diterkam harimau!" teriak Rick pada para atlet yang sedang berlatih di lapangan.

"Rick, sudah berapa lama kau melatihnya? Mereka butuh istirahat!" seru seorang wanita berambut hitam di sampingnya. Wanita itu adalah manajer timnas Rugby Kanada.

"Kita tidak akan memenangkan pertandingan kalau lunak pada mereka Nat," ucap Rick dingin.Natasha melihat Rick dengan tatapan khawatir. Semenjak dia kembali dari masa berkabung sepeninggal istrinya dia berubah 180 derajat. Dia sudah tidak seramah biasanya. Dan dia lebih terobsesi untuk memenangkan pertandingan dengan melatih para atlet lebih keras.Para atlet yang tengah berlari di lapangan terlihat begitu kewalahan.

"Rick!" teriak Natasha yang biasa dipanggil Nat.

"Istirahat!" teriak Rick akhirnya lalu pergi dari lapangan.

Seketika para atlet itu berhenti dan ambruk di lapangan. Hari ini adalah hari yang berat bagi mereka. Mendapati pelatihnya berubah menjadi sekeras ini, mereka tak dapat melakukan apapun selain menurut.

My Sexy Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang