9. Apel dan Salju

753 122 3
                                    

"Woah di sini banyak sekali! aku menggunakan hampir semua tumbuhan pakis yang ku petik tahu, tapi terima kasih aku mendapatkan lebih banyak! Woaahh!!" decak kagum terus dilontarkan oleh omega dengan aroma manis apel dan juga dingin salju. Serigala itu hanya diam memperhatikan sembari merebahkan tubuhnya yang lemas.

Jimin memasukan seluruh tanaman itu ke dalam tas, merapikan barang-barang yang dia keluarkan sembarang kembali ke dalam. Mengambil tempat minum yang terbuat dari kulit, Jimin mencuci tangannya yang berlumur darah dan campuran tanah bekas mencabuti pakis. Laki-laki itu juga menenggak air, dia haus sekali lidahnya masih terasa pahit akibat memakan daun pakis belum lagi memperban tubuh besar milik serigala hitam yang terus merengek kesakitan. Lelah sekali dan dia lapar, dia bahkan melewatkan makan siang!

Mengambil tempat di sebelah tubuh makhluk berbulu hitam itu, Jimin mengeluarkan beberapa ikat daging kering yang dibawakan appanya. Ada 8 ikat daging seukuran kepalan tangan, Jimin mengambil satu dan memberikan sisanya ke serigala tanpa nama. "Ini, untuk sementara jangan berburu dan jangan berubah menjadi manusia dulu. Tubuhmu takkan kuat, makan ini."

Tawaran ramah nan sopan itu dijawab dengan dengusan, serigala itu kembali membuang muka acuh. Baiklah, mungkin memang wolf ini saja yang tidak sopan.

Entah karena tahu kalau serigala itu masih tidak bertenaga atau yakin dia tidak akan diserang yang tidak dia tahu keyakinan itu datang dari mana. Jimin menyentuh rahang tegas serigala itu hingga membuat rouge itu terkesiap kaget akan sentuhan yang tiba-tiba. Kedua mata mereka kembali bertemu, warna emas dan abu-abu saling berpandangan. Tubuh rouge itu masih terasa remuk redam, bergerak saja masih sulit bagaimana berdiri dan menjauh dari Omega yang wanginya seperti buah apel yang sedang ranum.

"Makan! buang ego besarmu dan makanlah! Makan agar kau cepat sembuh!!" tegasnya dengan mata masih saling bertemu, Jimin menatap serigala itu begitu serius, "baiklah akan ku suapi."

Serigala itu terkesiap dan berusaha menjauh, naas karena lukanya masih sakit luar biasa serigala itu tidak berhasil membuat jarak.

Membuka ikatan daging, Jimin memotong daging menjadi potongan kecil yang mudah di gigit. Rasa takut sudah sepenuhnya lenyap dari omega itu hingga dia tanpa ragu mendekatkan tangannya sambil memegang daging kering ke rahang besar serigala hitam yang terus mencoba menjauh.

"Ayolah, aku tahu ini bukan daging segar tapi rasanya enak!! Ayoo~ aaa~~" Kepala besar itu masih menghindar, mungkin karena sudah mulai kesal Jimin benar-benar lupa perihal di hadapannya adalah Rouge sampai dia memegang rahang itu dan memaksanya terbuka. Dengan satu gerakan, Jimin memasukan daging ke dalam deretan gigit tajam lalu menutup rapat-rapat agar tidak dikeluarkan.

Rouge hitam itu mengerjap kaget namun di saat selanjutnya dia terdiam sembari mengunyah daging lambat-lambat kemudian dia telan. Mata emas itu terbuka lebar terkejut, rasanya ternyata enak. Tidak seperti yang biasa dia makan di hutan, sedikit asin tapi ada rasa lain yang mengikuti dan aroma asing yang belum Serigala itu cicipi. Lidah itu mencecap beberapa kali untuk merasakan kembali sisa rasa daging yang tersisa di rongga mulut.

Menyadari kalau daging sudah ditelan, Jimin melepas tangannya, senyumnya mengembang cerah menampilkan sederet gigi putih, "Enak kan?? appa ku yang buat loh! Dia koki terhebat di pack! hehehe~"

Tidak ada jawaban, Rouge hitam itu masih sibuk menjilati bibirnya. Jimin seolah membanggakan appanya dihadapan batu karena Rouge itu hanya membisu dengan tatapan ketus. "Katakan sesuatu bisa kan?? apa kau bisu?? hei jangan buat aku bicara sendiri!!!!"

Lagi-lagi perkataannya tidak ditanggapi, bahkan serigala hitam itu kembali meletakan kepalanya di atas rumput dengan mata tertutup. Bibir Jimin mengerucut, pipi itu bahkan bertambah bulat dengan rona merah jambu. Kesal sih tapi mau bagaimana lagi? mungkin memang serigala itu masih sakit atau memang Jimin saja yang terlalu bawel?

"Terserah lah jika kau tidak mau menanggapi ku tapi lanjutkan makanmu, rasanya enak kan?? ini, makan lagi... semua buatmu aku makan satu saja."

Hidung serigala itu mengendus aroma daging mendekat. Salah satu matanya terbuka dan 7 daging dengan aroma menggoda sudah di hadapannya. Lidah mengecap, air liur mulai menetes bersamaan dengan suara gemuruh perut yang minta diisi. Jujur saja dia masih belum melupakan rasa tadi dan ingin mencicipi lagi tapi egonya masih kalah tinggi dibandingkan rasa lapar di perut. Sepasang mata emas itu melirik Jimin yang sekarang sedang mengunyah daging dengan nikmat. Lidahnya mengecap keras, air liur keluar makin banyak.

Omega dengan harum manis apel itu sadar tengah diperhatikan namun tetap melanjutkan menyantap bekalnya dengan ekspresi yang dilebih-lebihkan. "Uhhmm~~ Enak sekali! Dagingnya meleleh di mulut~~rasanya begitu gurih! Astaga appa ku memang hebat!!!"

Suara perut serigala itu bergemuruh keras hingga Jimin berhenti mengunyah. "Pfttt!! Hahahaha kau sudah kelaparan seperti itu tapi masih tidak mau makan? maksudmu itu kau ingin ku suapi lagi hah??"

Kepala hitam itu menggeleng cepat, nampaknya dia trauma dengan cara suapan Jimin yang brutal.

"Kalau gitu makanlah, tenang saja ini untuk mu semua," omega itu kembali mendekat dan membuka semua ikatan daging lalu mendekatkannya serigala itu, "aku ingin kau cepat sembuh, jangan khawatir kau aman bersama ku."

Kalimat itu bagai sebuah mantra mujarab karena serigala itu mulai makin tenang. Hidung itu mengendus daging setelah itu baru memakannya dengan sedikit tergesa.

"Pelan-pelan saja, kau masih punya banyak, sisakan juga untuk nanti malam jangan langsung dihabiskan," tuturnya pelan dengan senyum tersungging bahkan sampai makanannya tidak disentuh lagi. Omega itu justru menatap Rouge yang bulunya sehitam malam sembari menaruh dagu di lutut. Perutnya sudah terisi penuh melihat serigala itu makan dengan lahap, "jangan lupa minum, rasanya lumayan asin kau akan dehidrasi. Air minum juga masih banyak buatmu saja, ingat hemat-hemat sampai malam."

Jimin bangkit dari tempatnya lalu berjalan menyusuri semak. Kelereng emas milik serigala itu sempat mengikuti gerakan Jimin tapi memutuskan untuk fokus pada daging sampai lelaki itu kembali membawa dahan dan ranting. Melirik penuh selidik, serigala itu sedikit wanti-wanti saat Jimin mulai menyalakan api. Apa Omega yang setiap bergerak selalu tercium wangi apel dan aroma dingin salju itu akan menginap?

"Ini untuk mu, walaupun masih musim gugur malam akan tetap dingin bahkan bisa berpotensi turun salju. Aku harap apinya langgeng hingga pagi," kalimat itu berhasil membuat sang serigala berhenti, tatapan yang menyimpan sejuta pertanyaan yang dia lemparkan pada sang omega yang masih sibuk mengatur perapian. Wolf macam apa dia? dari mengobati lukanya, memberikan makanan serta minum bahkan sampai susah susah membuat sumber api untuk menghangatkan saat malam?

"Sudah!" serunya saat api menyala dan menjalarkan hangatnya. Jimin mengumpulkan seluruh barangnya tapi membiarkan tempat air dan sisa daging dekat si serigala. Tas tersampir sempurna di pundak lelaki itu sekali lagi memberikan senyum hangat hingga matanya menjadi segaris. "Istirahat, besok aku akan kembali, aku akan merawatmu hingga sehat jadi jangan kemana-mana dan jangan khawatir...," Serigala itu tercenung, entah karena senyuman itu atau setiap kalimat yang terasa begitu tulus dan asing di telinga sampai tak sadar tangan mungil mengelus wajah sampai kepalanya dengan buaian lembut.

"Kau aman bersama ku...," tatapan mereka berdua terkunci, harum manis apel terbawa angin sampai ke hidung si Serigala. Begitu manis sampai terasa di lidah, "oh ya aku lupa, nama ku Jimin!! Salam kenal! Hehehe, sudah yaa! besok kita berjumpa lagi!" ucap lelaki itu sebelum pergi dan meninggalkan serigala itu.

Mungkin karena sudah lama sendiri dengan bahaya yang selalu membayangi, Serigala itu selalu bersiaga dan bersikap defensif untuk bertahan diri sampai hampir lupa dengan perasaan nyaman dan aman seperti apa. Konsep itu hampir terdengar asing hingga Rouge itu terpaku di tempat sampai Jimin menghilang di antara pepohonan.

"Jimin...," serigala itu berucap sendiri bersama derik suara api. Dengan aroma apel yang masih tertinggal di balutan lukanya. Malam itu, untuk pertama kalinya sejak dia menyusuri hutan sendiri, Yoongi tertidur nyenyak merasa aman di bawah bintang berselimut kehangatan api.

---

aku kepikiran buat stop update di wp dan fokus di alboe tp belum tahu ch berapa... Di WP gak bisa di Private lagi soalnya hiks.... dan aku baru sadar kalau nulis nomor bab nya kelongkap satu huhuhuhu

Belong To You | ABO [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang