10. aroma asing

810 108 8
                                    

Sekeluarnya dari hutan selatan, langit sudah berwarna jingga kemerahan. Jimin serasa baru keluar dari dunia dimana waktu berhenti karena pohon di hutan selatan mempunyai dahan rimbun hingga sinar mentari sulit menembus. Udara juga semakin dingin seiring dengan matahari yang berangsur turun ke peraduannya, dan pakaian hangat Jimin telah digunakan sebagai perban pengganti. Selagi berjalan Jimin juga harus menyiapkan alasan kenapa dia kembali hanya dengan satu pakaian yang terdapat lubang? ah sudahlah itu nanti saja, yang penting dia kembali sebelum langit benar-benar gelap dan dia lupa jalan pulang.

—---

"KIM JIMIN!!! KAU TIDAK LIHAT APA MATAHARI SUDAH TENGGELAM DAN KAU BARU KEMBALI!?" Suara lantang appanya lah yang menyambut Jimin di gerbang. Bahkan suara itu terdengar keras padahal Jimin masih berada 5 meter jauhnya dari gerbang desa nya.

Tubuh tinggi semampai dengan tangan memegang obor hingga dua alis yang hampir bertemu terlihat jelas di wajahnya yang menawan, di belakang dia bisa melihat ayahnya yang wajahnya berbalut khawatir langsung dibasuh rasa lega dan senyuman dengan ceruk manis di pipi hadir.

Ya, Jimin tidak akan mengelak, sesampainya di depan gerbang langit sudah gelap dan bulan sudah muncul. Wajar saja jika appa dan ayahnya begitu khawatir dan marah, "maaf aku.. sempat tersasar–"

"Jimin kenapa kau kembali hanya dengan pakaian biasa?? mana pakaian hangat mu?? kau tidak apa?? ini??? ini kenapa bolong??? kau tersasar?? kok bisa?? kau mencari herbal sampai mana???" baru saja dia sampai di depan gerbang, serentetan pertanyaan tanpa koma menghujani dirinya yang sudah lelah. Pipi nya di tekan kuat hingga bibir penuhnya mengerucut gemas.

"Aku... aku... jatuh dan pakaian hangat ku robek dan kotor jadi ku tinggalkan... hehe"

"Jangan 'hehe'! kok bisa kau jatuh??? kau kemana saja?? apa kau terluka???" Seokjin mulai mencari luka di tubuh anaknya namun dengan segera Jimin menjauh agar kebohongannya tidak terungkap.

"Aku hanya ke sekitar hutan bagian barat kok!! tapi sepertinya aku memang anak ayah, aku tidak melihat lihat makanya jatuh tersandung," tangan mengusap belakang kepala yang tidak gatal sembari memberikan senyum jenaka yang dia lontarkan setiap membuat alasan. Bersyukur langit sudah gelap, tidak ada yang bisa melihat tubuh Jimin yang mulus tidak ada luka.

Pack omega itu menghela nafas panjang. Saking panjangnya rasanya dia menghembuskan segala kekhawatirannya dalam satu tiupan nafas. pundak yang sempat kaku kini mulai turun dan relaks. Lelaki itu merangkul tubuh Jimin, mendekapnya erat dalam sebuah dekapan hangat. "Besok, kembali sebelum malam Jiminie, kembali sebelum malam atau kau akan membuat appa mu mendapat rambut putih lebih cepat.."

Omega muda itu menyandarkan tubuhnya dalam pelukan Seokjin, rasanya nyaman tapi hatinya juga diselubungi perasaan bersalah karena kebohongan. Dia hanya diam sembari membalas pelukan sang appaa dan dia melihat Ayahnya tersenyum di belakang. "Aku pulang, dan maaf...,"

Pelukan mereka terlepas, mimik wajah Seokjin kembali cerah bagai purnama, "Bagus, oh ya jangan lupa ke tempat Nenek choi ya, dia juga khawatir," Jimin membalas dengan anggukan, sebelum pergi ke gubuk salah satu tetua yang dihormati, Jimin berlari dan memberikan pelukan singkat pada Namjoon yang sedari tadi hanya menonton dari jauh. "Aku pulang! Hehehe daaah~" omega muda itu langsung berlari kecil di jalan setapak yang dinyalakan lentera di setiap pinggir jalan.

"Dia sudah besar, ku kira dia masih bayi. Hey? Joon kau kenapa???" Seokjin mendekat dan segera menautkan tangan mereka melihat sang alpha yang hanya bergeming di tempat dengan pikiran tak bisa dia tebak.

Dua kerutan hadir di dahi matenya, "Aku mencium bau darah dan juga alpha tak dikenal di tubuh Jimin.."

—--

Belong To You | ABO [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang