16. Pahit Biji Kopi

647 122 9
                                    

Disclaimer, aku bukan dokter atau apoteker. Obat yang kusebut itu riset dari internet jika ada kesalahan bisa dm aku aja ya makasih. 

----

Sebuah kisah tak lekang oleh waktu. Yang selalu dijaga dalam syair lagu. Tentang dua jiwa yang terikat dalam benang merah oleh sang rembulan. Dua insan yang seharusnya diciptakan satu oleh semesta.

Saling memiliki dan melengkapi.

Saling memanggil dan mendamba.

Sang Alpha dan Luna nya.

Jimin terbangun di tengah malam. Ini kedua kalinya dia terbangun karena mimpi sang rogue di hutan selatan. Dia tidak melihat kematian ataupun tubuh yang tergeletak tanpa nyawa, melainkan kegelapan tanpa akhir. Tak jelas memang tapi dia merasa dirinya dipanggil.

Pikiran untuk kembali pergi ke tempat rogue itu berada muncul namun urung saat Jimin merasakan tangan Taehyung yang melilit pinggangnya dalam lelap. Jimin juga tidak merasa urgensi seperti kemarin tapi dadanya masih berdegup keras dan pikirannya berkabut cemas. Tanpa sadar tangannya mengusap betis, tempat dimana sabetan lidi tadi siang. Menimbang-nimbang, Jimin merasa lebih baik dia menunggu fajar dengan sabar daripada harus kembali kena damprat nenek tua itu kembali.

Melepas tangan Taehyung dari pinggangnya, Jimin mendekati jendela dan membukanya. Udara dingin berhembus, asap mengepul saat nafas Jimin berhembus lewat mulut.

Menatap bulan sabit yang masih tinggi di langit, Jimin berdoa dalam hening.

'Lindungilah, Tuan Rogue, Selena. Jaga perapian tetap menyala agar tubuhnya tetap hangat sampai aku kembali.'

Udara berhembus mengusap pipi Jimin yang perlahan merah jambu. Jimin kembali membuka mata, memandang langit yang gelap bertabur bintang. Rasi bintang pemburu masih berada tegak diatas kepala, entah kenapa dia merasa rasi bintang itu akan menjaga serigala hitam tanpa nama di sana.

"Brrr... Dingin...." Taehyung bergumam pelan dengan mata masih terpejam. Tubuhnya menggigil halus dengan kening berkerut. Sebuah tanda bagi Jimin untuk segera menutup jendela mencegah hawa dingin masuk membekukan mereka berdua.

Sembari mengusap tangan hingga hangat, Jimin kembali merebahkan diri di samping Taehyung. Selimut dia angkat sampai menutupi pundak mereka berdua. Memeluk saudaranya untuk mencari kehangatan, Jimin perlahan terbuai lelap dengan perasaan lebih lega.

"Jika pasien datang dengan wajah merah, mata berair dan juga suhu tinggi apa yang harus dilakukan?"

"Memastikan suhu tubuhnya, mengompres dengan air hangat lalu memberikannya rebusan jahe atau bawang putih, paling penting untuk menurunkan suhu lebih dahulu."

Nenek Choi mengangguk, melirik sekilas pada Jimin yang menatapnya serius dengan kening berkerut. Pakaiannya rapi, tas sudah tersampir. Wajahnya lebih terlihat ingin segera pergi dari sini. Bibir tua itu menipis. "Kalau misalnya batuk?"

Alis itu bertaut hampir bertaut kemudian menjawab yakin, "aku tidak tahu!"

Nenek Choi memukul kursi dengan sapu lidi nya, "KAN?! APA KAU BELAJAR SEMALAM?!"

"AKU BELAJAR TAPI PERTANYAANMU SAJA YANG TIDAK JELAS!!! BATUK YA BATUK SEPERTI APA!" Tak mau kalah, Jimin juga ikut menaikan suaranya, "Batuk ada batuk berdahak, ada batuk kering, ada batuk berdarah, sudah berapa lama gejalanya?? Apa ini masih lanjutan demam sebelumnya?"

Belong To You | ABO [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang