12. Saat Sepi Jadi Rekan

748 117 13
                                    

Jimin tak tahu dia harus mulai dari mana dan kemana. Di perkamen pudar itu hanya terdapat gambar dan informasi mengenai khasiat dan cara mengolahnya, tak ada satupun petunjuk tentang letak tumbuhan itu berada. Frustasi dan panik menjadi satu, pikirannya tidak fokus hingga omega itu tersandung akar lalu terjerembab jatuh.

Pakaiannya kotor, ia juga yakin kakinya juga terluka karena rasanya perih. Matanya kabur dan Jimin bisa merasakan air mata menetes melewati pipi. Terisak kecil, Jimin menangis sembari memeluk lututnya rapat-rapat hingga menutupi wajah. "Hiks, bagaimana ini, bagaimana ini?" bagaimana kalau dia mati?" pertama kalinya Jimin mengobati seseorang dan berujung dengan hal ini. Memang tangan mungilnya tidak berguna, harusnya dia menurut saja saat ditawari sebagai pembuat baju di desa. Jimin lupa kalau menjadi tabib tidaklah semudah membebat luka dengan perban tapi juga bertanggung jawab hingga orang itu sembuh dengan sempurna. Jimin, lupa.

Hidung omega muda itu tersumbat. Sambil sesenggukan dan menyeka cairan hidung, Jimin berusaha bangun sampai sudut matanya melihat daun yang dia kenali. Meniup ingus di lengan baju, Jimin memindai perkamen pudar, menyamakan gambar dengan tumbuhan yang dia lihat. Ruas daun tipis dengan ujung lancip persis seperti gambar diatas perkamen tua.

Seperti melihat Dewa Selena turun dari kuil bulan di hadapannya mata Jimin berbinar bersamaan dengan senyum mengembang. Dengan segera omega itu berdiri, melangkah dengan kaki sedikit tertatih lalu segera bersimpuh dihadapan tumbuhan hijau bagai tengah melihat bongkahan emas tumbuh dari tanah. "Ketemu!! Ketemuu!!!! Bentar tuan Rouge! Bentar!! Aku akan ke sana!! Bertahanlah!!" Tangan bergegas menggali tanah, tak peduli dengan tanah yang masuk ke sela kuku, Jimin tetap terus mengeruk hingga akar gemuk terlihat. "Jahe–"

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA." Suara teriakan keras memekak telinga. Jimin sampai terhuyung sambil menutup telinga rapat-rapat. Telinganya berdenging keras dan seluruh tubuhnya berdesir kala suara pekikan itu menembus hutan dan makin keras volumenya. Sumber suaranya berasal dari tumbuhan yang berhasil dia gali. Di balik tanah itu, sesuatu memiliki wajah menjerit histeris bagai kesetanan. Mata abu-abunya menangkap sekuncup bunga ungu di bawah daun lebat.

Hati-hati dengan Mandrake. Daunya mirip cuma ada bunganya, jangan mencabut Mandrake. Kau akan mati.

Saat itu Jimin baru sadar kalau tanaman di hadapannya bukanlah jahe, tapi Mandrake. Jimin sejujurnya mengira mandrake adalah tumbuhan beracun yang akan menyebabkan kematian setelah dimakan. Bukan tumbuhan berwajah yang menjerit keras sampai membuat telinganya hampir berdarah!!

"BERISIKKK!! DIAAMM!!!" Entah apa yang Jimin pikirkan hingga dia malah meneriaki tumbuhan itu padahal suaranya kalah dari jeritan tanpa henti mandrake.

Dan seperti yang dia kira, usahanya sia-sia. Suara jeritan mandrake tidak berhenti dan justru makin keras hingga kepala Jimin sakit serasa ingin pecah. "NENEK CHOOOIIIII APA YANG HARUS KULAKUKANNN! DIAM!! DIAAMMMM!! KAU INGIN ADU SUARA?!? HAH?!? AKU JUGA BISA!!! AAAAAAAAAAA!!!!" Saking frustasi nya Jimin ikut berteriak bersama.

Bahkan sampai suara Jimin habis dan tenggorokannya sakit, tumbuhan itu masih konsisten melengking di satu nada. Jimin hampir gila. Sebagai Wolf, indera nya jauh lebih tajam, hidung bisa mencium aroma berkilo-kilo, matanya dapat beradaptasi dalam kegelapan, telinganya bisa mendengar bahkan suara sayup-sayup di udara. Bagaimana jika salah satu dari indera tajam itu dianiaya terus menerus? Rusak tentu saja.

"DIAMM! ASTAGA!! BAGAIMANA CARANYA MEMBUATMU DIAM? APA AKU HARUS MENIMANG MU SEPERTI BAYI DAN MEMBERIKAN SUSU?! TAPI AKU TIDAK PUNYA SUSU DAN TIDAK BISA MENGELUARKAN SUSU!! BERHENTI!!!" erangnya kesal. "DIAM! DIAAMM!!" Jimin melempar tanah bekas dia gali ke lubang, lambat laun suara jeritan setan itu memelan dan berada di desibel yang lebih manusiawi–serigalawi.

Belong To You | ABO [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang