15. Biji Kopi dan Oak

756 111 16
                                    

Ada beberapa hal di dunia ini yang tidak bisa kau lawan. Dunia, takdir dan juga amarah Nenek Choi yang menggebu-gebu di siang hari.

Jimin baru kembali dari hutan selatan setelah tidur singkat di tubuh tuan rogue hitam. Setelah memastikan persediaan makanan, air minum dan juga kondisi serigala itu lalu lekas pulang dengan langkah ringan.

Matahari sudah cerah diatas dan hati Jimin berbunga-bunga karena nyawa sang rogue itu sudah jauh dari pintu kematian. Hendak ingin pamer dengan sang nenek sepuh kalau demam pasien pertamanya telah mereda, dia justru disambut dengan wajah murka dengan alis menukik tajam yang hampir bertemu dan juga sapu lidi di genggaman.

Dalam hati Jimin berdoa sekali lagi pada Selena untuk menyelamatkan nyawanya sekarang.

"APA MAKSUDMU PERGI MALAM-MALAM DENGAN ALASAN AKU MENYURUHMU WOLF MUDA?!? HAH??! KATAKAN PADAKU!! APA-MAKSUDMU-MENGGUNAKAN-NAMAKU-AGAR-KAU-DIIJINKAN PERGI PACARAN DENGAN SERIGALA ITU?!?!" Suaranya menggelegar, setiap kalimat ditekan, terasa merajam dada Jimin yang tengah duduk bersimpuh dengan kedua tangan terangkat. Kepala tertunduk tak berani mendongkak dan menatap nenek lampir di depannya.

"A-aku tidak pacaran!!!!" Tukasnya segera, memberanikan diri menatap Nenek Choi yang menatap rendah.

BAATTS!!

Jimin tersentak saat sapu lidi itu bergerak cepat memukul kursi. Jantung omega muda itu berdegup dua kali lebih cepat, peluh mulai turun dari kening ke pipi. Jimin tidak pernah merasa setakut ini seumur hidup. Bahkan pengalaman bertemu dengan serigala hitam itu pertama kali di hutan sangat jauh dibandingkan dengan melihat Nenek Choi memegang sapu lidi bagai tengah memegang sebilah pedang.

"JAWAB!!!"

"Hiee! Maafkan aku! Aku sama sekali tidak bisa tidur!! Aku khawatir dengan serigala itu tidak bertahan sampai fajar jadi aku pergi untuk memastikan dia tidak apa-apa!! Jika aku tidak membuat alasan itu aku tidak akan diperbolehkan pergi ke hutan!!" jujur nya langsung saat melihat ikatan lidi kembali terangkat.

"Tentu saja kau tidak diperbolehkan, bodoh!! Kau memegang pisau tidak bisa, memegang panah atau pedang besar saja tidak kuat!! Kau pergi ke hutan malam hari yang ada kau akan menjadi sasaran empuk para predator yang aktif berburu saat bulan masih tinggi!!!"

Kalimat itu terasa menghujam dada Jimin lebih sakit ketimbang membayangkan satu atau dua pukulan sapu lidi.

Bibir Jimin memberengut, tangannya turun setelah merasa pegal, bersama pandangan menatap tanah. "Maaf...," ucapannya begitu pelan dengan pundak jatuh.

Nenek Choi sadar telah mengatakan sesuatu yang menyakiti pemuda berambut perak itu. Menghembuskan nafas bersama dengan emosi yang meluap-luap, Nenek Choi duduk di kursi sambil meletakan sang sapu lidi kesayangan di samping. "Lalu, soal rogue itu," pertanyaan itu berhasil mendapatkan atensi Jimin kembali hingga pemuda itu mencuri pandang, "apa dia selamat?"

Raut wajah Jimin yang semula sendu berangsur cerah, senyumnya mengembang bersama dengan pipi yang merona. Mata abu-abu itu menyipit manis, "iya!! Dia selamat! Demamnya sudah turun! Lukanya sudah membaik! Nafsu makannya juga kembali hehehe."

Cengiran lebar menghiasi wajah omega muda itu. Lugu, naif dan juga kelihatan bodoh. Nenek Choi sedikit mendengus meratapi cicit nya yang terlalu naif dan polos ini. "Jangan Hehehe diri ku, kau tetap mendapatkan hukuman!"

Senyum itu kembali lenyap secepat api lilin saat ditiup. Mata itu membola besar dan sedikit berkaca-kaca dan wajah sudah memelas secara sempurna. "Heee?!?! Tidaakk! Aku kan berhasil menyembuhkan satu pasien loh!!!"

"Jangan kira, perbuatanmu pergi malam-malam dimaafkan Jimin!! Pack punya peraturan, dan peraturan itu ada untuk melindungi wolves di pack nya. Jangan pernah melanggar aturan pack demi kebaikanmu sendiri atau kau juga akan dibuang dari pack ini," sergah nenek itu tajam sembari membuka sebuah peti di dekat kuali besar tempat meracik obat.

Belong To You | ABO [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang