27. sebuah pertemuan

729 147 50
                                    

"Dimana, Jimin Namjoon?" Itu adalah hal pertama yang ditanyakan oleh Tetua Song saat mereka berkumpul di balai desa.

Seokjin menatap Namjoon dengan raut wajah cemas. Sambil menggenggam tangan Seokjin yang duduk di sebelahnya Namjoon menjawab tenang, "menenangkan diri di hutan. Ini adalah hal pertama baginya, pasti pukulan yang begitu telak bagi Jimin."

Beberapa sepuh di dalam ruangan berbisik, seakan menilai dan menghakimi Namjoon dan Seokjin sedangkan Nenek Choi hanya diam sambil menyesap sirih. Mereka berdua tampak begitu kecil dalam lingkaran sesepuh desa yang dihormati. "Aera, bagaimana perkembangan Jimin?"

"Anak itu punya rasa tanggung jawab yang bagus mungkin terlalu berlebihan, mudah mengayomi seseorang."

"Kualitas seorang pemimpin, bagaimana dengan Taehyung, Hoseok?"

Hoseok meju dari sudut ruangan, menampakkan diri dari bayangan. Wajahnya yang biasa jenaka itu sekarang nampak begitu serius, "Taehyung pribadi yang bebas. Dia suka menjelajah hutan dan mempunyai insting kuat dalam berburu. Hanya saja sembrono."

Tetua Song mengangguk sambil mengusap janggutnya yang sudah putih, "keduanya mempunyai kualitas pemimpin."

"Menurut ku, Taehyung lebih cocok menjadi Pack omega selanjutnya," celetuk salah seorang anggota sesepuh.

"Tidak, anak itu masih kekanak-kanakan, lebih baik kakaknya yang lebih bertanggung jawab," disanggah kembali oleh tetua lain.

“Tapi Jimin menolak Taemin, dia tidak bisa menjadi pack omega sendiri!”

“Bagaimana dengan Taehyung? Aku dengar dia sedang menjalin hubungan dengan seorang alpha?”

“Dia sedang dekat dengan Alpha muda Jungkook.”

“Tapi dia masih belum dewasa!”

“Lalu siapa lagi? Kita tidak bisa membiarkan posisi Pack Alpha kosong, seorang pack omega harus didampingi Alphanya!”

BRAK!

Nenek Choi menggebrak lantai kayu itu dengan keras, tatapan dingin dan tajam menatap para tetua kolot itu, “Jaga ucapan kalian!! Kalian berkata seperti itu seakan Namjoon, Pack Alpha kalian sudah tidak ada!” Bentaknya keras hingga beberapa kepala tetua menunduk malu, beberapa mengalihkan pandangannya dari Namjoon yang sedari tadi hanya diam mendengarkan seksama. “Kenapa harus buru-buru? Namjoon masih sehat dan masih punya kemampuan untuk memimpin pack ini bahkan seribu purnama nanti! Beraninya kalian berkata seakan Namjoon akan mati dan tergesa-gesa memilih seorang pemimpin! Mereka saja masih anak-anak! Jangan terburu-buru!”

“T-tapi, Aera, masalahnya kita punya dua calon pemimpin. Jika tidak diputuskan sekarang akan sulit memutuskannya nanti di masa akan datang. Ini… Ini pertama kalinya dalam sejarah pack kita mempunyai anak kembar untuk mewarisi pemimpin pack.”

“Benar, Aera, kau tidak mengerti. Ada dua calon pemimpin dengan kualitas masing-masing. Kita harus memutuskan siapa yang akan menjadi pemimpin selanjutnya! Tidak ada yang tahu masa depan pack ini seperti apa, tidak ada yang tahu berapa lama lagi Pack Alpha Kim bisa bertahan.”

“Jaga MULUTMU!!!” Seokjin membentak keras, Omega itu tiba-tiba angkat bicara dengan suara lantang dan tatapan sengit, bahkan Namjoon terpaku melihat matenya yang tiba-tiba bicara padahal biasanya Seokjin tidak akan bicara di pertemuan dengan tetua desa. “Jaga bicaramu tetua Park, aku tidak peduli dengan jabatanmu sebagai tetua dan sepuh di pack ini, tapi kau baru saja melewati batas. Jangan lancang berkata seolah mate ku akan mati muda,” kecam Seokjin dengan raut wajah serius. Tentu saja dia marah, bagaimana bisa mereka bicara seperti itu seakan Namjoon hanya angin lalu di ruangan itu?

“Seokjin, tak apa… sudah,” gumam Namjoon seraya menggenggam tangan Seokjin disampingnya. Dia bisa merasakan amarah Matenya dari ikatan mereka dan rasanya tak nyaman.

Belong To You | ABO [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang