23. Mata Rembulan

785 124 17
                                    

“KAU KEMANA SAJA, AYAHMU MENCARIMU DI SELURUH HUTAN BARAT NYARIS SAMPAI MELEWATI NGARAI BEZMOLV TAPI SEJUMPUT AROMA MU PUN TAK TERCIUM!!!”

“KENAPA KAU TIDAK HATI-HATI HAH?!?! KENAPA KAU MEMBANGUNKAN BERUANG!?!? KAU SUDAH LELAH HIDUP KENAPA TAK BILANG SAJA!!!”

Telinga kanan appanya berteriak, telinga kiri Nenek choi ikut melengking keras. Punggungnya sakit luar biasa dan ternyata benar. Lebam hingga berwarna biru mengerikan dan itu malah membuat kedua nya berteriak makin keras. Gendang telinga Jimin sakit dan berdenging ditambah Nenek Choi yang mengobatinya dengan kasar tanpa ragu.

Ayah dan saudaranya hanya diam membisu dengan sorot mata cemas dan khawatir. Jimin melirik mereka dengan senyum kecil dan dia bisa melihat wajah Taehyung terlihat iba padanya. Entah saudaranya iba dengan luka Jimin atau iba karena dia didamprat oleh dua omega paling berisik seantero desa bersamaan. Keduanya sama-sama menyedihkan dan menyakitkan sih.

“Jimin!! Katakan padaku, kau dari mana??? Ayahmu bahkan menugaskan rangers untuk mencarimu di hutan tapi ma bahkan tidak menemukan petunjuk sedikit pun!!” Seokjin memegang pundak Jimin, matanya cemas dan takut. Ini pertama kalinya dia melihat Appanya setakut ini. Terlihat jelas jejak air mata di pipi itu dan Jimin merasa bersalah.

“Aku… Aku…” Omega itu menunduk, didera bimbang ingin memberi tahu atau diberitahu lalu akan diberi khotbah lebih panjang dan mungkin akan tidak diperbolehkan pergi lagi. Bibir Jimin terbuka lalu dia menatap kembali wajah sang appa. Mata nyaris bengkak dan merah, Jimin juga bisa melihat gurat halus di sekitar mata. Appanya sudah tua dan kian hari bertambah tua. “Aku ke hutan selatan..”

Jimin bisa melihat pundak appanya jatuh, dia juga melihat ekspresi ayahnya mengeras dan matanya sulit di peta. Ekspresi asing yang pertama kali Jimin lihat pada sang ayah.

“A-ayah–”

“Kenapa?? Kenapa kau ke sana JIMIN!?!” Suara Namjoon menggelegar, aroma gaharu yang selalu manis mulai terasa pedas di lidah hingga rasanya tercekat. Jimin gemetar, dia tak pernah melihat sang ayah semarah itu.

“A-aku… Ayah aku…”

“Ada Rogue disana!! ADA ROGUE!!!” Lelaki itu tiba-tiba mendekat, dari yang hanya diam menonton tanpa komentar, Namjoon merengsek masuk dan mencengkram pundak anaknya dengan tatapan nyalang. “Apa jangan-jangan ini karena Rogue itu?! JIMIN KATAKAN PADA AYAH!!!”

“T-tidak!! Ini bukan Tua– Bukan Rogue!! Bukan ini karena beruang!! Karena Motu!! Aku tidak sengaja bertemu dengan beruang itu!”

Ayah jangan sakiti Tuan Rogue!!

“Motu? Beruang sialan, musim dingin sudah di ujung hidung tapi masih belum tidur juga,” Namjoon menggeram, Jimin merasa kecil dihadapan sang ayah yang taringnya terpampang jelas. Mata abu-abu itu kembali ke omega yang kelihatan menciut. “Kenapa kau ke sana? Jimin katakan pada ayah, KENAPA KAU PERGI KE HUTAN BERBAHAYA ITU–”

“Aku yang menyuruhnya,” sela Nenek Choi dengan suara setenang air. Mata menatap lurus ke Namjoon yang pandang tajam menusuknya kini beralih pada sesepuh itu.

“Kenapa kau menyuruhnya pergi ke hutan itu Nenek Choi?? Hutan itu berbahaya!! Tidak hanya motu!! Tapi juga banyak makhluk lain yang berdiam diri disana belum lagi Rogue sialan yang masih berkeliaran!!”

“Hutan selatan paling banyak tumbuhan herbal, kita butuh banyak obat sebelum salju tiba apalagi sudah ada anggota pack yang sakit.”

“KAU INGIN MENGORBANKAN ANAKKU DEMI TANAMAN ITU?!?”

“Jimin bukan anak kecil lagi Kim Namjoon!” Suara nenek choi ikut meninggi. Nenek itu sering berteriak, meruntuk dan menyumpah tapi melihat wajahnya yang terlihat tenang dan tegas, Jimin baru ingat kalau wanita tua ini termasuk sepuh yang paling dihormati dan Jimin tahu kenapa. “Sebentar lagi dia akan dewasa, kau tidak bisa menyembunyikan mereka dalam ketiak mu selamanya. Jimin juga calon tabib, musim dingin tahun lalu kita kehilangan banyak anggota pack karena wabah dan kita harus mencegahnya tahun ini.”

Belong To You | ABO [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang