13.Faded

29 5 0
                                    

Hallowiee bestiee
Jangan lupa vote dan komen ya
happy reading all 🦋✨

Hembusan angin dan suara hewan-hewan kecil menemani sarapan mereka. Echi dan teman-temannya memilih makan di halaman belakang.

"Hari ini kegiatan kita apa ?" Tanya Echi

"Gatau kalo udah sampe sini pasti bingung" jawab Ziva

"Tanya mba google" jawab Aiden yang masih mengunyah makanannya.

"Makan gak boleh sambil ngomong" tatap Echi sinis

"Gimana kalo kita ke sungai disekitar sini aja" usul Rafael

"Boleh juga tuhh... nanti aku tanya Bi Lastri dulu tempat yang bagusnya." Jawab Echi

"Kalian gimana ?" Tanya Rafael ke Aiden dan Ziva

"Setuju" jawab mereka serentak menyetujui.

"Yaudah...udah selesai kan makannya, kalian siap-siap duluan biar aku sama Echi beresin semuanya"

Aiden dan Rafael masuk meninggalkan Ziva dan Echi. Mereka langsung membereskan dan membersihkan tempat mereka makan tadi.

Echi yang sedang fokus membersihkan terpaksa menghentikan aktifitasnya karena panggilan dari Ziva.

"Chii...aku mau nanya"

"To the point jip, kita buru-buru"

"Tadi kamu marah ? Sama Aiden ? Kenapa ?"

"Tadi kan aku udah bilang ziva. Aku marah karena mereka nyuekin panggilan aku. Coba kamu....."

"Maksud aku sejak kapan kamu bisa marah sama Aiden Chii."

Echi yang tersadar pun langsung mengerjapkan matanya beberapa kali.

"A-aku gak tau ziv. Eh aku bawa piringnya ke dalam dulu ya"

Echi berjalan meninggalkan Ziva, namun langkahnya terhenti. Ziva menahan tangan Echi, ia masih ingin mendengar penjelasan Echi.

"Chii please"

Echi menarik nafas panjang dan membuangnya secara perlahan.

"Akhir-akhir ini aku jadi gampang emosi ziv, aku juga gak paham. Aku sayang Aiden, tapi rasa sayang itu sudah terkalahkan sama kesakitan aku. T-tapi aku masih coba bertahan kok ziv."

"Chii.."

"I'm okay ziva, aku masih coba bertahan kok. Aku yakin Aiden berubah, k-kamu percaya aku kan kalo aku bisa ngerubah Aiden. Walaupun rasa sayang aku ke dia perlahan pudar, t-tapi...."

Ziva memeluk Echi dengan erat, Echi sedang tidak baik dan Ziva tau itu. Echi bisa membohongi semua orang tapi tidak dengan Ziva.

"Lepasin kalo kamu udah gak ada rasa. Berhenti nyakitin diri sendiri, bertahan dengan orang yang gak kamu cinta. Udah cukup selama ini kamu tersiksa, aku gak mau kamu ngerasain sakit lagi"

"Gak bisa ziv... gak semudah itu. Aku yakin perasaan aku bakalan balik ke dia lagi kok, dan aku yakin dia bakalan berubah."

Echi melepas pelukan Ziva perlahan.

"Makasih kamu selalu ada buat aku. Tapi untuk masalah ini, tolong biarin aku pilih jalanku sendiri"

Echi pergi meninggalkan Ziva. Langkah Echi kembali terhenti, bukan karena Ziva melainkan Rafael. Entah sedari kapan Rafael berdiri di depan pintu.

"K-kamu"

"Chi kamu nangis ?" Tanya Rafael

"Hahh...e-enggak. Itu tadi..."

"Tadi mata Echi kemasukan sambel waktu beresin sisa makanan. Ini Echi mau masuk cuci muka sekalian siap-siap ke sungai, iyaa kan chii..." Timpal Ziva seraya mengedipkan matanya memberi kode

"Iya chii ??" Tanya Rafael ragu

"I-iya Rafa...aku masuk dulu ya"

                                   *****

"Akhirnya sampai jugaaaaaaa" teriak Ziva

"Iya lumayan jauh 1 jam setengah" timpal Echi

"Woii bantuin bawa barang-barang" teriak Aiden dari arah belakang mobil

"Terus gunanya cowo apa dong.. gak banyak juga" jawab Ziva meledek

Mereka semua pun menurunkan barang dari mobil. Bawaan mereka tidak terlalu banyak, hanya pakaian ganti dan perlengkapan makan siang.

Sesampainya di pinggir sungai, mereka langsung mencari tempat untuk meletakkan barang mereka.

Setelah meletakkan barang-barang mereka pun langsung menghabiskan waktu dengan bermain air.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.00, mereka langsung bersiap-siap untuk pulang ke villa. Karena perjalanan menempuh waktu 1,5 jam jadi mereka memilih pulang lebih awal, dan perkiraan sampai pada jam 19.00.

                                    TBC

Aceh, 29 Mei 2022

Echi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang