80. Sadar

1.3K 89 37
                                    

***

Sedangkan diruangan Zahra.

Eghhh...
Zahra terbangun.

Yang pertama ia rasakan pastinya pusing karena silaunya ruangan. Kemudian dia merasa tangan kirinya kebas. Tenyata ada plaster. Punggung tangannya juga nampak bengkak, sepertinya ia habis diinfus.

"Hiks hiks hikss.... Ayaaahhhhhh tolongiinnn,, sakit tangan zahraaaa" teriaknya frustasi.

"Wellcome untuk hukumanmu adik kecilku." Ujar Rizal memasuki ruangan setelah mendengar teriakan Zahra.

"Nanti dulu napaa!! Baru bangun nih! Eh tapi kog bisa tidur sih aku?" Ujarnya kebingungan. Namun kakaknya itu tetap nampak cuek

"Nego deh nego! Kasih ceramah sama bonus hukumannya ditunda sampai kita sampai rumah. Kita pulang dulu sekarang. Yuk yuk yuukkk!!!" Bujuk Zahra kemudian ingin beranjak, namun ia merasa badannya sakit semua. Sebenarnya apa yang sudah terjadi selama ia tidur tadi? Eh kog tidur, pingsan kan ya? Ia kenapa sihh sebelumnya bisa-bisanya sampai tempat ini.

"Siapa yang mengizinkan mu pulang?" Ujar Om Burhan yang baru saja memasuki ruangan.

***

"Ya Zahra sendiri lah Om, kan denger sendiri tadi." Jawab Zahra Percaya diri.

"Disini kami dokternya, bukan kamu! Jadi yang memutuskan kamu boleh pulang atau belum ya hanya kami" Sindir Sang Om.

"Om Burhan yang baik hatiii izinin Zahra pulang yaa" bujuk Zahra dengan tatapan puppy ayes.

"Tidak akan mempan! Sekarang berbaringlah untuk istirahat. Sebentar lagi perawat akan mengantarkan makananmu" Jawab Om Burhan sarkas.

"Zahra baru bangun Ommmm, masa disuruh tidur lagi! dan yaa!! Zahra tidak perlu izin dari Om untuk pulang. Zahra juga gamau makan makanan disini! Terus ini kenapa tangan Zahra sakit semua? Pasti abis diinfus yakann!!" Kesal Zahra sambil meratapi tangannya yang nampak bengkak

"Pintarnyaa adikku iniii,, bagaimana kah bisa tau hmm?" Goda sang Kakak.

"Kak Rizal jangan sok polos, nihh ada plaster nya! Eh ini tangan sebelah kog ada plaster nya juga, pantesan sakit jugaa,awwwhhh" keluh Zahra.

"Tangan kirimu memang kami berikan infus multivitamin. Sedangkan tangan kananmu itu untuk tes darah, dan juga kami suntikkan vaksin flu biar kamu tidak mudah terserang flu." Jelas Om Burhan.

"Arghh kejam nya kaliannnn!!! Huhhhh ini sungguh penyiksaan! Tangan Zahra nyut nyutan dari tadii, huhuhu ... Kalian bisa Zahra laporkan pada Komnas HAM!" kesal Zahra

"Udah jangan kebanyakan berhayal." Ujar sang kakak sambil menyetil dahi Zahra.

"Ishhh sakit atuhhhh" teriak Zahra.

Tok tok tokk...
"Assalamualaikum, maaf mengganggu waktunya... Saya ingin mengantarkan makanan untuk Nona Zahra" ujar perawat wanita itu sopan.

"Waalaikumussalam, silahkan masuk sus" jawab mereka (kecuali Zahra)

"Zahra makan, kakak suapin" bujuk Rizal

"Emoh! Makan aja sendiri!!" Jawab Zahra ketus sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

***

Anin POV.

Jika bisa request, tolong jauhkan dan jangan pertemukan lagi aku dengan Kak Anant.
Sudah terlampau banyak semesta mempertemukan kami pada puing-puing kisah random akhir² ini.
Entahlah,, tapi kenapa aku sering sekali nampak memalukan didepannya! Mmm,, bahkan sejak awal bertemu :'(

"Berbaring di bankar Nin, kakak siapkan peralatannya dulu" perintah Sang dokter dibalas gelengan kepala oleh Anin.

'Hiks, pengen nangisss tapi maluuu sama Kak Anant' ujarku dalam hati

"Nin, gamau kan kakak pakai cara kekerasan?" Ujar Reza. Anin menggeleng lagi.

'hiks, pengen nangisss' ujar Anin dalam hati.

"Gausah berkaca-kaca gitu matanya! Ayok aku temani" Ujar Anant secara tiba-tiba.

Anin mendongak.
Tanpa sengaja matanya bertubrukan dengan mata Anant.

"It's okay. Yuk" Reflek, Anant menarik pergelangan tangan Anin.

'Dingin banget tangannya, takut pasti ini anak!' ujar Anant dalam hati.

Anin tidak bisa mengelak saat tangannya ditarik secara perlahan oleh Anant. Entahlah, padahal sebenarnya ia bisa saja melepaskannya. Tapi tangan hangat Anant sangat nyaman menggenggam tangan dinginnya.

Mereka berjalan menuju bankar. Reza sudah menunggu disana. Ia sudah memakai sarung tangan dokternya, bersiap memeriksa Anin.

"Heh, gada pegang-pegang tangan. Bukan mahrom." Ujar Reza memperingatkan.

"Eh, astaghfirullahaladziim. Maaf Kak ga sengaja." Jawab Anant dengan langsung melepaskan genggaman nya dari tangan Anin.

"Ayok nin naik buruan, Kakak masih ada jadwal praktek setelah ini." Ujar Reza.

Anin terpaksa menurut, matanya sudah berkaca-kaca kembali. Tapi ia menahan tangisnya.

Reza mulai memeriksa secara detail kondisi Anin yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu. Saat menekan ulu hati Anin, didapatinya Anin meringis.

"Sakit?" Tanya Reza, dibalas anggukan dari Anin.

"Makan yang lembek-lembek dulu yaa, bubur lebih baik. Waktu kabur makan aneh-aneh nih pasti sama di Zahra, iyakan?" Jelas Reza.

"Kak Zahra selalu masakin Anin makanan sehat sebenernya Kak, nasinya juga lembek, katanya kalo abis tifus gaboleh makan yang keras². Cuman baru tadi aja kita niat masak spaghetti, itupun ga terealisasi." Jelas Anin.

"Bagus. Tapi untuk beberapa hari kedepan kamu harus makannya bubur & minum obat. Kakak tidak terima penolakan!" Jelas Reza membuat Anin makin berkaca-kaca.

"Sekarang kakak pasang infusannya yaa, sini tangannya!" Ucapan Reza semakin membuat Anin ingin menangis.

"Hikss Hikss,, Anin gamauuuuuu!!" Ujar Anin sambil menangis. Ia berusaha menarik tangannya yang dipegang oleh Reza.
Tapi tenaganya tak sebanding.
Reza tetaplah Reza, lagipula ini demi kebaikan Anin.

Anant? Ia terus berusaha meyakinkan Anin yang masih menangis. Ingin memeluk atau memegang tangannya untuk memenangkan tapi tidak mungkin. Jadilah dia hanya mengeluarkan kata-kata bujukan agar Anin tenang.

***

Up Dikit!
Ga terlalu mood ngetik hehehe
Ntar malem klo mood aku up part 81
Part bucinnya Zahra & Reyhan sama part bucinnya Anin & Anant.
MAU? VOTE+SPAM KOMENT!!!

Zahra Khumaira Al Farisi (lanjutan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang