88. Klinik

344 47 27
                                    

*"Kemana ini mbak?" Tanya abang ojek pada Zahra."Duh, kemana ya Bang, Zahra juga bingung." Jawabnya."Kog bisa bingung sih mbak, hedehh" ucap abang ojek prustasi."Aha! Kita ke butik deh Bang, butik 2R, di jalan xxxx" Jelasnya."Siapppp" jawab Abang ojek bersemangat.

*

Di perjalanan, Zahra merasakan perutnya panas, perih dan mmm sedikit mual."Jangan-jangan karena seblak salah level tadi, duh kayak ditusuk-tusuk jarum lagi perutku, perih dan mual bangett" batin Zahra.Beberapa menit berlalu, perut Zahra makin terasa tak terkondisikan.Akhirnya karena sudah tidak tahan, ia meminta kepada Abang Ojek untuk menepikan motor."Huekkkk....huekkkk...." Zahra terus mengeluarkan semua isi perutnya di selokan pinggir jalan.Perutnya terasa benar-benat perih dan melilit.Tenggorokannya juga terasa panas karena muntah.Ini sungguh menyebalkan!"Ini mbk air minum, tissue sama minyak angin. Mau saya carikan air hangat tapi tadi hanya ada air mineral." Ujar abang ojek.Beruntung mereka berhenti di dekat toko kelontong. Jadi setidaknya tidak sulit untuk mendapatkan air, tissue dan minyak angin ini.Zahra menerima uluran benda² tersebut. Berkumur dengan air mineral, kemudian menimumnya sedikit. Membersihkan bibirnya dari bekas muntahan dengan tissue."Makasih ya Bang. Maaf ngrepotin, nanti Zahra ganti uangnya sekalian bayar ongkos." Ujar Zahra."Santay mbak, tapi ini mbaknya gimana? Kita mampir klinik dulu kali ya, ini didepan beberapa meter ada klinik, bisa beli obat dulu." Jelas si abang ojek."Saya baik Bang, udah gapapa kog, tadi aslinya Zahra muntah gara-gara makan seblak salah level, ehehe jadi perutnya gamau nerima." Jelasnya sok kuat pada si abang. Padahal aslinya perutnya terasa panas,perih,pengen mutah lagi. Tenggorokannya jangan ditanyaa, so pasti terasa panas dan perih."Tapi, mbak pucet banget! suaranya juga jadi serak gitu, kita ke klinik sebentar ya, gpp kog, nanti saya temani. Didepan ada klinik dokter, saya hafal jalanan sini." Tawar si abak ojek."Ish,ogah! Pokok abang anter aku pulang. Yuk, i'm fine kog bang. Buru yok, keburu makin siang nanti abang gabisa nyupirin custumer abang yang lain." Bujuknya."Tapi beneran nih udah gapapa?" Ucap si abang ojek tak percaya karena wajah zahra yang pucat."Gapapaa bang benerann. Ayok buru" ucap zahra berusaha meyakinkan.


*

Akhirnya, si abang ojek mengalah. Ia membonceng zahra melanjutkan perjalanan, baru 3 meter perjalanan, Zahra sudah meminta diberhentikan lagi. Ia kembali muntah.

Selanjutnya mereka berdebat kembali, namun lagi² Zahra bisa meyakinkan si abang."Bah, punya bakat akting ternyata aku ini. Harusnya jadi aktris sih aku" ujar Zahra dalam hati.Baru 1 menit perjalanan, Zahra kembali ingin muntah. Si abang ojek memberhentikan motornya dan zahra kembali muntah di selokan. Tenggorokannya semakin panas saja rasanya.Akhirnya si abang nekat membawa zahra di klinik terdekat. Takut zahra pingsan katanya."Ayo mbak masuk ke klinik dulu, kita beli obat trus lanjut perjalanan, saya takut mbaknya pingsan paa saya bonceng. Bahaya mbak, beneran dah." Eyel si abang ojek."Gamau bang. Ngapain sii pake ke klinik segalaaa. Abang aja yang masuk dan periksa ke dalem, tak tungguin disini." Jawab zahra tak kalah mengeyel.Huekkkk.... huekkk....Zahra malah muntah lagi di selokan depan klinik.Akhirnya si abang ojek masuk ke klinik dan memanggil pertolongan agar dibawakan bankar oleh beberapa perawat."Eh ehhhhh... kog maksa sih kalian, saya gapapaaaa... ini cuma sakit perut biasa, besok juga sembuh! Aaaa turunininnn!" Teriak zahra saat beberapa orang petugas menaikkannnya di bankar."Tolongin adek saya yaa, sudah jangan digubris omongan ngelanturnya. Periksa dan obatin aja mas mas dan mbak mbak." Ucap si abang ojek ."Bangggg, abanggg ojekkk ishhhhh aku gamau diperiksa bang plissss beneran aku gapapa kog. Ayok buru kita lanjutkan perjalanan, saya buru-buru bang". eyel zahra dengan wajah pucatnya."Setelah periksa, nanti abang ojek anter mbaknya pulang. Sudah tidak apa-apa, saya temani." Jawab abang ojek.Zahra masih terus berteriak dan mencoba kabur dengan sisa-sisa tenaganya. Tapi tetap tak sebanding dengan para perawat disekelilingnya.Sesampainya di ruang periksa, dokter segera mengambil tindakan. Zahra sudah tidak bisa berkutik karena tangan dan kakinya dipegang oleh beberapa perawat perempuan karena terus berontak. Si abang ojek juga masih terus berusaha menenangkan zahra, walau nihil hasilnya."Saya infus dulu ya mbak, mbaknya kurang cairan karena sudah muntah berkali-kali." Ucap dokter yang memeriksa sambil menyiapkan menyiapkan peralatan infus."Ogahhh dok, plissss saya gamauuu diinfus. Bangg ojek tolonginnnn, zahra gamauuu diinfus, takut disuntik bang, plissss anterin pulang ajaa" zahra terus berteriak dan meronta-ronta hendak kabur. Abang ojek jadi kasihan."Ini tidak sakit kog dek," ucap sang dokter. Zahra hanya bisa memaki-maki dalam hati mendengar ucapan tersebut."Apa tidak ada cara lain pak dokter? Misal dengan minum atau apa gitu dok?" Tawar abang ojek."Baiklah, bagaimana dengan injeksi saja untuk obatnya, biar cepat bekerja dan mualnya segera sembuh. Mau ya adeknya mas?" Jawab sang dokter bijak."Ga mauuu dok. Sama aja itu kayak diinfus. Sekali engga ya tetep engga!" Kekeh zahra sambil menahan mual. Ia ingin muntah kembali."Pilihannya ada 2, pilih diinfus sampai menginap atau cukup injeksi?" Tegas si abang ojek pada zahra.Zahra tetap menggeleng menolak."Oke, injeksi dok katanya." Jawab si abang ojek.Baru saja zahra ingin protes dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya ia sudah tak tahan dan muntah kembali. Perawat sengan sigap membantu zahra dan membersihkan bekas muntahannya."Bang gamauu disuntik," ucap zahra lemas.Si abang ojek mengangguk pada dokter, lalu dokter yang sudah mempersiapkan segera bergerak mengoleskan kapas pada lengan kiri zahra dan menyuntiknya. Zahra hanya mampu meringis dan menahan nyeri. Ingin berteriak tapi suaranya sudah habis. Tenggorokannya benar-benar terasa panas dan perih! hikss ia ingin menangis sekarang."Selesai. Sekarang tenggorokannya,tolong buka mulutnya dek biar saya periksa." Ucap sang dokter.Pemeriksaan terus berlanjut dengan zahra yang malah menangis."Hiksss hikssss.... sakit." Keluh zahra."nanti kita hubungi keluargamu aja ya dek, abang ga tega kalau kamu dibonceng motor." Ucap zahra."Abang aja yg ngehubungin keluargamu dan jelasin keadaanmu." Tawar abang ojek. Zahra menggeleng lagi -makin runyam bang klo keluargaku tau aku disini- ucap zahra dalam hati.

"lho masnya bukan abangnya pasien?" tanya sang perawat. karena sejak tadi si abang ojek mengaku bahwa ia abangnya zahra agar mudah mengurus pendaftaran.

"hehe... iya saya abangnya mbak zahra, abang ojeknya, heheheee" jawab si abang ojek yang memiliki nama Vino tersebut. sang dokter dan perawat hanya menggelengkan kepala menddengar pengakuan dari si vino ini.

"mbak, tolong sebutkan nomor keluarga anda yang bisa kami hubungi." ucap salah seorang perawat.

"gausah mbak, saya urus sendiri saja administrasinya." kekeh zahra. Namun setelah dipaksa akhirnya ia menyebutkan nomor Reyhan.

"biar saya telfon tunangan saya kalau begitu sus." ucap zahra.

"baik mbak, mas kami permisi. Hasil pemeriksaan akan kami sampaikan saat pihak keluarga sudah datang ya mas, mbak. Permisi, semoga segera diberikan kesembuhan" pamit sang dokter, lalu dijawab Aamiin oleh abang dokter.

tuttt... tuttt ...

berdering ....

Zahra menelfon Reyhan, meminta Reyhan datang menjemputnya. Zahra mengajukan permintaan bahwa ia akan memberitahu lokasinya jika Reyhan tidak membocorkannya pada keluarganya.

Kira-kira bagaimana kelanjutannya?


----------------------------------------------------------------------------------------------------

Maapin baru update. Fresh graduate ini mba author wkwkkkk

Masih ada yang nunggu cerita Zahra ga sih? kalau ada komen biar aku bisa next. Kalau ga ada yang minat ya, ga ku lanjut wkwkkkk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zahra Khumaira Al Farisi (lanjutan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang