Zahra POV.
Kalian tau sekarang aku sedang berada dimana?
Benar sekali tebakan kalian, aku lagi dikandang Singa.
Lebih tepatnya akan disisang oleh para singa.Didepanku sudah berkumpul para singa yang akan mengintrogasi & mengintimidasiku.
Kakek, Ayah, Om Burhan, Kak Rizal, lengkap sudahhh...Tapi kali ini aku terus berusaha memasang wajah cool, lebih tepatnya sok cool.
Dan jika kalian bertanya aku takut atau tidak, tentu saja aku akan menjawab 'takut' ehehe...Bagaimana tidak?!!
Disini semua orang menatapku seperti tatapan segerombolan singa yang kelaparan.
Heii, memangnya aku mangsa mereka?
Apa salahku sampai aku dijadikan mangsa?Aku kan hanya membantu Om Burhan mewujudkan ucapannya kemaren yang mengatakan bahwa esok aku boleh pulang.
Dan karena aku keponakan yang baik, jadi aku akan menurut pada ucapannya.
Gimana? Baik kan aku??.........
"Zahra Khumaira Al-Farisi, apa yang kamu lakukan hari ini." Tanya kakek padaku.
"Mmmm....tidak banyak kek, hanya membantu tugas Om Burhan dan juga membantunya memenuhi ucapannya kemarin, lalu makan nasgor dan minum teh di restoran." Jawabku santuy, padahal dalam hati, aku meringis ketakutan.
"Heh, memangnya apa yang aku katakan kemarin?" Sela Om Burhan.
"Om kan kemarin bilang kalau aku sudah boleh pulang hari ini." Ujarku.
"Tapi aku tidak menyuruhmu melepas infusmu!" Bantahnya.
"Justru itu Om, karena Zahra baik, jadi Zahra melepaskannya sendiri agar tidak merepotkan Om Burhan. Jadi, tugas Om Burhan sedikit berkurang." Bela Zahra pada dirinya sendiri.
"Alasan saja kamu ini. Kemarikan tanganmu biar Om bersihkan bekas infusmu. Siapa tau ada Jarum yang tertinggal di tanganmu!"
"Ee... emangnya ada kayak gituan?" Jawabku gugup.
"Adaaa" jawab semua orang diruangan itu membuatku panik.
"Kk...Kan tadi udah Zahra cabut, pakai cara paling aman versi tutorial." Kekehku.
"Heh, kau pikir mencabut jarum infus semudah mencabut jarum jahit! Trus kamu bilang apa tadi? Pakai tutorial paling aman?? Jadi kau lebih percaya dengan yang kau tonton, daripada kami yang sudah mengenyam pendidikan lebih mendalam?" Jelas om Burhan membuatku makin ketakutan.
"Huaaaaaaaaaaa...
Trus ini gimanaaa?? Mana dari tadi nyut²an lagi tangannya Zahra" Rengekku makin panik."Kemarikan tanganmu biar Om lihat" ucap Om Burhan kubalas dengan anggukan..
Aku buru-buru memperlihatkan tanganku pada Om Burhan."Tuh kan bener yang Om duga, masih ada jarum yang tertinggal di tanganmu." Jelasnya setelah memeriksa tanganku dengan seksama.
"Hiks,terus gimana Om," ucapku dengan mata berkaca-kaca.
"Yaa kamu cari ajaa caranya di tutorial kayak tadi." Ejek Om Burhan dengan senyum sinisnya.
"Om burhaaaannn... Zahra serius.." Rengekku lagi.
"Lah, Om Burhan duarius malah."
Panik gak?
Panik gak??
Ya jelas panik lah,,"Huaaaaaaaaaaa, Opaaa,, Ayaaah,, Kak Rizaal,, bantuin zahraaa" ucapku sambil menatap mereka satu-persatu.
Tapi mereka malah mengacuhkanku dan pura-pura tak mendengar perkataan ku.
"Hiks, jahat." Ucapku lagi.
"Om burhaaaannn, bantuin zahraaa,hiks hiks" Rengekku pada Om Burhan.
"Kog jadi Om sih? Kan kamu sendiri yang bikin jarumnya tertinggal di tanganmu."
"Kan Om yang dulu pasang infusnya Zahra. Trus Zahra juga gatau klo bakal kayak gini jadinya." Bela ku.
"Om juga gatau.
Kamu pakai tutorial lagi aja sana.""Huaaaaaaaaaaa Bundaa," akhirnya aku memanggil Bunda untuk membantuku membujuk pada singa disini agar mau menolongku.
Bunda yang sedang berada di dapur untuk menyiapkan minum langsung mendekat padaku dan memelukku.
"Kenapa sayang" ucapnya sambil memelukku yang sudah menangis.
"Bundaa, mereka semua jahat, hiks hiks" aduku.
"Ckckck...
Kita loh diem aja, bisa-bisanya dikatain jahat." Ucap kak Rizal sinis."Yaudah, lebih baik kamu minta maaf trus minta tolong biar Om Burhan obatin." Saran bundaku.
"Zahra minta maaf,hiks...
Zahra janji ga akan ngulangin lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa." Ucapku."Ada yaa orang janji kayak gituuuu..." sindir Kak Rizal.
"Om burhaaaannn tolongin zahraaa...hiks hiks"
"Besok lagi jangan sok tau!!
Kamu tau kan kalo buat masak soto ajaa kita perlu belajar? Apalagi untuk hal-hal medis seperti ini...
Gimana cobak kalo tadi kamu salah narik trus malah darahmu terus-menerus keluar? Atau malah seperti sekarang ini, masih ada potongan jarum yang tertinggal ditanganmu? Kamu pikir ini gak bahaya??" Omel Om Burhan panjang lebar."Huaaaaaaaaaaa,, Zahra kan gatau Om...."
"Makannya om bilang jangan sok tau."
"Iyaaa iyaaa maaf,hiks,"
"Kemarikan tanganmu, biar Om teliti lebih mendetail posisi jarumnya"
Aku memberikan tanganku dengan segera membuat Om Burhan tersenyum sekilas. Entahlah apa maksudnya, kupikir itu senyum mengejek.
"Sementara Om akan memberikan mu obat agar nyerinya berkurang. Tapi harus lewat injeksi,gimana?"
Whatt??.
Injeksi???
Berati harus disuntik!!
Huaaaaaaaaaaa... Ogah bgtttt...."Gak ada cara lain Om?" Tanyaku sungguh-sungguh.
"Coba cari ditutorial" ejeknya lagi membuat ku mendengus kesal.
"Mmmhh... i..iyya deh iyaaa,, Zahra mau. Tapi jangan sakit-sakit ya Om, hiks." Ucapnya.
"Disuntik kan emang kagak sakit Ra."
"Dasar penipu" ucapku sangat pelan yang mungkin masih bisa didengar oleh Om Burhan.
...................
Minal Aidzin wal Faidzin...
Maaf yaa aku jarang update...
Hari ini aku usahakan double up deh...Makin gaje gak sih ini cerita?
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra Khumaira Al Farisi (lanjutan)
Fiksi UmumCerita "Zahra Khumaira Al Farisi" aku lanjut pakai akun baruku ini yaaa, soalnya akun lamaku lupa sandi. Bagi pembaca baru, silahkan chek cerita ini di akun lamaku @klaranuraini. . . . . . . . . KEPO? Kuy, baca!! Jangan lupa Vote & Komen!!