Bab 12

3.2K 547 35
                                    

Kabuto tak ingin bertemu dengan orang lain beberapa hari ini selain Haruno Sakura. Itu yang dikatakan oleh petugas penjaga yang mereka temui di meja pendataan pengunjung. Sasuke merengut mendengar hal itu. Sakura membutuhkan dua menit penuh membujuk pria itu agar mengizinkannya masuk.

Sasuke masih merengut setelahnya.

Hal yang ia dapati saat melihat Kabuto adalah, bahwa pria itu masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu, walau sedikit kurus dan pucat. Senyum menggodanya masih menghiasi raut wajahnya yang tampan dan pembawaan aristokrat yang sudah ada sejak lahir didirinya masih terlihat jelas.

Sakura duduk di kursi yang disediakan untuk pengunjung. Mereka dibatasi dinding kaca yang berlubang-lubang kecil membentuk lingkaran yang sengaja di design agar pengunjung dan tahanan dapat berkomunikasi tanpa alat bantu apapun dan tetap aman.

"Hai." Kabuto menjadi yang pertama menyapa.

"Hai," balas Sakura seraya tersenyum.

Kabuto tak melunturkan senyumannya. "Kau masih secantik yang kuingat," katanya terus terang. Lumayan membuat Sakura tersanjung.

"Bagaimana hidungmu?" Tanya Sakura.

Reflek Kabuto memegangi hidungnya yang pernah dipukul Sakura. "Masih di tempatnya semula," jawabnya santai lalu terkekah.

Sakura mengerucutkan bibirnya dan kemudian kembali berucap. "Kau harus mengerti, aku tak bisa membiarkanmu mati begitu saja." Ia memasang raut serius. "Alasan kemanusiaan."

Kabuto mengangguk. "Aku mengerti dan aku berterimakasih untuk itu. Terima kasih karena membuatku tetap hidup, Sakura." Perkataannya membuat Sakura memandang tak percaya.

"Kita baru bertemu dua kali Kabuto-san dan..."

"Tiga, dengan ini tiga kali Sakura," potong Kabuto.

Sakura mengangguk. "Ya tiga. Tapi kau berbicara kepadaku seolah kita sudah saling mengenal selama bertahun-tahun."

Kabuto terkekeh, lagi. "Belum selama itu memang. Tapi kita sudah cukup dekat." Sakura mengerutkan dahinya. "Apa rekamannya cukup berguna, Sakura?"

Seperti dikejutkan dengan kejutan listrik. Perkataan Kabuto membuat mulut Sakura menganga.

"Robby?" Ia tidak sedikit pun membayangkan bahwa Robby yang mengiriminya bukti-bukti yang kuat adalah orang yang paling dirugikan dari apa yang akhirnya terbongkar dan membuat heboh masyarakat. Sakura sempat berpikir bahwa Robby itu Sasori atau Pein atau orang lain yang tak ada hubungannya dengan kasus ini.

Tapi kabuto.

"Kenapa kau melakukannya?" Tanya Sakura heran.

Kabuto mengangkat bahu. "Sepertimu, alasan kemanusiaan," jawabnya. "Aku membunuh seseorang, Sakura. Hal itu membuatku mendapat mimpi buruk setiap malam."

"Tapi rekaman itu bukan hanya tentangmu!" Seru Sakura tidak percaya.

"Sekarang kau membenarkan tindak kriminal?" Tanya Kabuto.

"Kabuto-san," timpal Sakura.

"Ya," jawab Kabuto kini lebih serius. "Aku tahu itu akan berakibat buruk bagi perusahaan. Sangat buruk," lanjutnya. "Tapi tak seburuk itu, Sakura. Akatsuki adalah perusahaan besar. Mereka akan berdiri lagi paling tidak dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan. Aku baru menyadari itu."

Sakura menggeleng, masih sulit memercayai apa yang baru saja ia dapatkan hari ini.

"Melihat tindakanmu, Kabuto-san. Aku tak percaya kau adalah pimpinan tertinggi dari perusahaan yang menumpuk begitu banyak tindak kriminal."

Save Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang