Bab 1

8.6K 753 123
                                    

Banyak yang minta ini kayanya.

Mungkin banyak typo karena aku ga sempat ngedit lagi. Maaf ya.

Enjoy!

.


Tiga belas tahun yang lalu

(Things that were)

Sakura melotot pada buku di hadapannya; menekuni berbagai macam angka yang tersusun dan tersambung sedemikian rupa, membentuk sebuah rumus rumit matematika yang sudah MATI-MATIAN coba ia pecahkan sejak tadi. Ia duduk di depan kaki sofa. Kakinya bersila, tangannya menggenggam keras sebuah pensil yang tinggal setengah panjangnya.

"Sudah hampir satu jam dan kau baru menyelesaikan satu soal, salah pula. Kenapa kau ini bodoh sekali sih!"

Mata Sakura mulai berkaca-kaca. Di hadapannya, duduk Sasuke –tetangga sekaligus guru les dadakannya- yang sejak tadi memelototi dan mengomelinya tanpa henti. Itu dan ditambah dua puluh soal matematika yang dibuat secara khusus oleh pemuda galak itu, yang harus diselesaikannya dalam waktu satu jam.

"Aku tak bisa mengerjakannya, soalnya terlalu sulit Sasuke," keluhnya sambil sedikit terisak.

Sasuke mengerling ganas. "Apanya yang sulit? Aku saja saat kelas empat sepertimu bisa menyelesaikan yang lebih sulit dari itu."

"Itukan kau." Sakura bersungut-sungut. Ia menutup buku pelajarannya dan memasukkan alat-alat tulisnya ke dalam tas, lalu berdiri menantang walau sebenarnya air mata yang mengalir deras di pipi membuat pemberontakkan kecilnya ini terlihat tak meyakinkan.

Sasuke memicingkan kedua matanya. Ikut berdiri juga di hadapan bocah yang sedang sesenggukkan itu.

"Aku tak mau lagi di ajari olehmu. Hiks, kau menyebalkan!" Sakura menyeret tasnya keluar dari ruangan itu, dari rumah tersebut. Ia keluar dan berjalan menuju rumah lain yang hanya dibatasi jalanan seukuran satu mobil di antaranya. Sebelum masuk ke rumahnya sendiri, ia berbalik dan menatap kesal pada Sasuke yang menatap datar, sedang bersandar di daun pintu dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celana.

Dengan kesal Sakura membuang muka dan masuk ke dalam rumah sambil membanting pintu di belakangnya, membuat ia mendapat semprotan omelan lain dari ibunya sendiri.

.

.

.

(Things that were)

Sasuke menyusuri jalanan di hadapannya dengan niat setengah hati; menginjak-injak keras ranting kering yang terserak di sepanjang jalan menuju sebuah villa indah –menurut-orang-tuanya-dan-ia-sama-sekali-tidak-percaya. Mana ada villa indah di tengah hutan begini. Paling ada juga rumah pohon tanpa tembok atau paling buruk hewan liar pemakan daging. Hii. Memikirkannya saja membuat ia bergidik ngeri.

Ia melirik ke belakang.

Sakura, gadis cengeng itu kelihatannya tenang-tenang saja, malah sejak tadi tersenyum senang dan menatap takjub sepanjang perjalanan. T-shirt kuning lemonnya tampak membaur dengan warna hutan yang hijau serta dedaunan kuning yang tampak akan mulai layu. Celana selututnya berbahan jeans lembut, sedikit tercoreng disana-sini karena gadis itu mengelapkan telapak tangannya yang kotor diakibatkan sentuhannya pada setiap pohon yang dilewatinya.

Lalu Sakura menatap ke arahnya dan menyipitkan mata.

Tinggi Sakura yang hanya mencapai bahunya membuat Sasuke merasa hebat dan mengintimidasi. Setidaknya Sakura harus mendongak karena jarak mereka yang terpaut dekat. Langkah dan obrolan para orang tua masih jauh tertinggal di belakang mereka.

Save Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang