Bab 5

3.3K 594 97
                                    

Penyelidikan kasus virgin killer telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dibanding hari-hari sebelumnya. Selain perawan, ada sebuah jenjang umur yang dipilih oleh tersangka. Usia dua puluhan. Korban kedua dan ketiga berciri hampir sama. Korban keempat memiliki ciri yang sama dengan korban kelima.

Jadi begini cara kerjanya, dua banding dua. Tersangka akan mengubah mangsanya setelah membunuh dua orang yang memiliki kemiripan secara fisik. Tapi korban pertama menghancurkan teori tersebut. Karena secara fisik, korban pertama sangat mirip dengan dua korban terakhir.

Bukti lain yang mereka dapatkan adalah, korban mendapatkan sebuah kiriman bunga mawar merah di hari yang sama saat mereka terbunuh. Tentu saja, kecuali korban pertama. Mawar merah itu pun baru diketahui setelah salah satu detektif yang sangat rajin memeriksa boks sampah yang terletak di luar semua gedung tempat para korban tinggal. Dan berita itu tersembunyi sampai detektif yang menemukan mawar tersebut dengan senang hati menceritakan penemuannya pada Kiba.

Senang rasanya mendengar Kiba mendapatkan teman baik dari salah satu orang di bawah kepemimpinan si Bossy, Sakura berpikir sinis.

Mawar itu berasal dari toko bunga terkenal di tengah kota, sangat ramai hingga pemilik dan para penjaga toko tidak dapat mengingat semua pelanggannya. Buruknya, CCTV mereka rusak sejak beberapa bulan lalu dan belum diperbaiki hingga sekarang. Benar-benar menguji kesabaran.

"Halo," sapa Sakura begitu masuk ke sebuah rumah makan tradisional dan mendapati Ino serta Hinata telah berada di salah satu ruangan yang selalu mereka pesan tiap kali berkunjung ke sana.

"Sakura." Hinata tersenyum lembut seperti biasa yang dibalasnya dengan senyuman lebar.

"Kau tampak kacau," kata Ino terus terang dan membuatnya jengkel.

"Aku sering mendengarnya." Dari Sasuke, tambah Sakura dalam hati. Ia mengambil tempat di depan Ino dan Hinata, di seberang meja panjang.

"Bagamana harimu? Tanya Hinata penasaran.

Sakura tersenyum miris. "Seperti penampilanku sekarang, kacau," jawabnya datar.

"Wajar saja, dua bulan genap dua hari lagi 'kan?" Tambah Ino. Sakura mengangguk.

"Aku harap bisa segera kembali ke flat kita," keluhnya. "Sekarang saja aku bisa keluar karena mendapat bonus istirahat setelah mendapat berita bagus," tambahnya.

Dua orang pelayan menginterupsi obrolan mereka, membawakan berbagai makanan pesanan Ino dan Hinata, juga makanan yang sudah pasti akan Sakura pesan. Gadis itu memberikan senyum terima kasih pada dua sahabatnya. Mereka menghabiskan makan malam sambil mendengarkan Ino yang tak pernah kehabisan bahan pembicaraan. Hinata yang berprofesi sebagai editor sebuah majalah kenamaan juga sesekali bercerita tentang rekan-rekannya dari yang menyenangkan sampai yang paling menjengkelkan.

"Alarm flat kita masih bagus kan? Bagaimana dengan kuncinya?" Tanya Sakura setelah suapan terakhir dessert-nya.

"Terakhir kali kuperiksa, masih bagus," jawab Ino santai.

"Terakhir kali itu kapan?" Desaknya.

"Tadi pagi, ada apa sih Sakura?"

"Ada yang mengganggu pikiranmu y?" Sambung Hinata. Sakura menghela napas lega. Setidaknya teman-temannya sama paranoidnya dengan dirinya sendiri hingga cukup berhati-hati dan peka.

"Tolong berjanjilah untuk tetap aman dan selalu paranoid," ungkapnya kemudian.

Ino mengerutkan dahi. "Kau sedang menyinggung tentang pembunuhan berantai yang sedang heboh itu ya?"

Ia mengangguk lemah. Ino menaikan sebelah alis. Hinata memberikan senyum menyemangati.

"Kami akan selalu berhati-hati," kata Hinata lembut.

Save Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang