Bab 24

3.3K 508 30
                                    

"Apa dia akan baik-baik saja?" Tanya Sakura dengan raut khawatir di wajahnya yang penuh debu dan bekas-bekas lelehan airmata.

"Dia akan baik-baik saja," jawab Umino. Tahu siapa yang Sakura maksud. "Kau mendengar apa yang petugas itu katakan sebelumnya."

Sakura mengangguk, menoleh pada ruangan tertutup dimana Sasuke dan Kiba dirawat.

Kiba.

Sakura hampir mengusap wajahnya dan teringat bahwa dua telapak tangannya sudah terbalut perban yang cukup mengganggu. Luka karena pecahan kaca itu membesar ketika ia melawan Sasori sebelumnya. Telapak tangan kanannya terluka lebih parah dan mendapat empat jahitan. Sedangkan telapak tangan kirinya hanya mengalami luka kecil walau tetap harus diperban.

Ketika mengingat apa yang terjadi pada Kiba sebelumnya, apa yang telah dilakukan Kiba untuk menyelamatkannya, ia jadi menyalahkan dirinya sendiri. Ia menyalahkan dirinya yang ikut mencurigai lelaki itu, walau tidak secara terang-terangan. Ada kepercayaan bahwa bukan Kiba yang melakukannya, tapi ia tetap terlalu waspada dengan rekannya itu.

Kiba pasti menderita sekali selama ini.

Sakura memilih duduk di salah satu kursi tunggu di lorong Rumah Sakit. Tubuhnya masih terasa lemas sekaligus kaku. Sisa-sisa pergulatan yang menentukan hidup dan matinya ketika melawan Sasori telah menyebabkan kelelahan yang berkepanjangan, juga mungkin lebam-lebam yang belum sempat ia lihat. Keringat yang kering di tubuhnya tanpa mandi juga masih membuat kulitnya terasa lengket dan bau.

Tapi ia tak terlalu peduli. Karena masih banyak yang harus ia prioritaskan dibandingkan penampilannya sendiri.

Kiba sudah tak sadarkan diri saat pertolongan tiba. Lelaki itu sudah kehabisan banyak darah dan luka di perutnya cukup dalam. Detak jantungnya begitu lemah hingga para petugas medis meringis saat mengangkat tubuhnya.

Sedangkan Lee yang mengalami gegar otak ringan karena pukulan keras di kepalanya, sudah berada di ruang inap ditemani Maito Guy dan keluarganya yang lain.

Sasuke sendiri mendapat tiga tikaman karena melindunginya. Luka yang katanya hanya akan ditutup dengan jahitan ternyata mengenai tulang di punggungnya. Sasuke juga pada akhirnya harus dioperasi.

Semua orang terluka parah sedangkan ia hanya mendapat empat jahitan kecil di telapak tangan. Apalagi yang harus ia pikirkan selain menyalahkan diri sendiri. Semua yang melindunginya jadi terluka seperti ini.

Di tengah rasa gundahnya, ia mendengar detektif Umino mengangkat telepon dan mulai berbicara.

"Jangan ada yang lengah apapun yang terjadi," kata Umino tegas, setelah terdiam mendengarkan orang yang sedang berbicara di seberang sana. "Ia memang pasien, tapi ia juga seorang pembunuh berantai."

Beberapa perintah dan pertanyaan lagi dan Umino kembali duduk dengan tenang di tempatnya semula. Mereka duduk di sudut yang berbeda, larut dengan pikiran masing-masing.

"Apa dia tak akan mati?" Tanya Sakura datar setelah lama terdiam.

Umino memberikan senyum masam yang lelah. "Kurasa tidak," jawabnya jujur. "Tembakan yang diberikan tak mematikan. Hal itu hanya melukai lengan dan kakinya."

Sakura hanya mengangguk menanggapinya. Sudah tak terlalu peduli lagi. Pikirannya masih berkecamuk pada keadaan Sasuke dan Kiba.

"Tapi." Umino melanjutkan. "Kurasa ia tak akan mampu berjalan normal seperti sebelumnya."

Sakura memperlihatkan senyum remeh. "Itu tak membuatnya menjadi malaikat. Ia tetap saja telah membunuh orang banyak."

"Aku akan memastikannya membusuk di penjara," kata Umino. "Beberapa jaksa hebat dan kejam dengan senang hati mengajukan tuntutan dan mengorek lebih banyak kasus yang mungkin telah ia lakukan."

Save Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang