Bab 25

3.4K 490 19
                                    

Lewat waktu seminggu. Sementara Sasuke masih akan berada di Rumah Sakit sampai besok malam. Sakura sudah bisa bergerak lega dan meninggalkan pria itu bersama orangtuanya –setidaknya ibunya yang memilih untuk menemani pria itu bergantian dengan Sakura. Uchiha Fugaku yang biasanya tampak kaku terlihat sedikit terguncang ketika melihat keadaan Sasuke seminggu lalu dan memutuskan untuk memindahkan semua pekerjaannya ke Konoha untuk sementara waktu.

Jahitan di telapak tangan Sakura dibuka hari ini. Ia lega tapi ia masih harus berhati-hati menggunakan tangan kanannya. Lagipula tempat yang dijahit masih harus diperban. Jadi sementara waktu ia hanya bisa aktif menggunakan tangan kirinya saja. Hal itu membuatnya kesulitan untuk untuk beraktifitas pada awalnya. Bukan karena hanya bisa menggunakan satu tangan, tapi karena Sasuke tiba-tiba saja menjadi peneror yang terus-terusan merecokinya tentang bahayanya bertindak nekat.

Orangtuanya, seperti yang sudah ia tebak, tiba sehari setelah berita penangkapan Sasori disiarkan dan wajah Sakura ikut tersiar di semua televisi dalam negeri. Ia sendiri tak menyadari keberadaan reporter saat mereka hampir melaju ke Rumah Sakit waktu itu. Siaran besar itu hanya sedikit menampilkan dirinya. Tapi itu sudah cukup untuk orangtua yang mengenal betul bagaimana perawakan anaknya. Sebagian besar gambar menampilkan Kiba dan Lee yang berada di atas tandu sebelum dimasukkan ke dalam mobil ambulan, juga Sasori yang mengerang dan masih akan melawan dengan luka tembak di lengan kanan dan paha kirinya.

Tak satu pun gambar menangkap keberadaan Sasuke.

Pria itu seolah tak pernah berada di sana dan berita pun tak menyebutkan sedikit pun tentangnya. Sakura baru sadar bahwa kepolisian memberikan ultimatum tegas untuk tak membiarkan wajah dan nama Sasuke muncul ke permukaan. Sasuke adalah orang penting kepolisian negara, kata mereka. Pria itu disebut-sebut sebagai kandidat tertinggi untuk menggantikan posisi Hatake Kakashi di masa depan. Dan Sasuke tak boleh terlalu mencolok hingga kembali menarik minat pasukan khusus sekaliber ANBU.

Sebenarnya semua itu hanya kekhawatiran Hatake Kakashi terhadap anak buah kesayangannya. Sakura memutar matanya.

Ia berjalan menelusuri lorong-lorong Rumah Sakit untuk satu tujuan, ia ingin melihat Kiba. Ketika Sakura sampai di depan ruang rawat Kiba, ia melihat ibu Kiba baru saja menutup pintu dari luar. Wanita setengah baya itu memberikan Sakura sebuah senyuman ramah dan mengangguk mempersilahkan Sakura untuk masuk.

"Bibi mau kemana?" Tanya Sakura sebelum masuk ke ruang rawat.

"Bibi harus mencari makan siang dulu," jawab Ibu Kiba lembut. Sakura baru menyadari kelelahan yang terlihat jelas di wajah wanita paruh baya itu. Lingkaran mata gelap dan kerutan kekhawatiran seolah akan bertahan selamanya di wajah itu. Ia telah berkenalan dengan orang tua Kiba hampir seminggu yang lalu. Mereka orang-orang yang sama baik hatinya seperti Kiba sehingga membuat Sakura semakin menyalahkan diri sendiri atas apa yang menimpa orang-orang baik ini.

"Paman?" Tanya Sakura lagi.

"Akan datang nanti sore."

Sakura mengangguk dan memberi senyuman tipis sebelum memasuki ruangan. Ia didekati oleh seorang suster yang memberinya pakaian berwarna biru muda untuk penjenguk, sekaligus tutup kepala dan masker. Para suster sudah cukup mengenalnya karena ia hampir setiap hari mengunjungi ruangan ini.

"Hei," sapanya begitu sudah duduk di samping ranjang dimana Kiba dirawat. Sakura memerhatikan alat-alat kedokteran yang dipasang di tubuh Kiba yang tak bergerak. Kiba sempat bangun setelah operasi besar minggu lalu, hanya sebentar. Kemudian pria itu kembali tertidur dan belum terbangun lagi hingga saat ini.

"Kiba, aku tahu kau pasti lelah sekali harus menjadi rekanku selama ini," lirih Sakura. Kalimat pertama tiap kali ia memasuki kamar ini. Ia teringat perkataan Kiba waktu itu.

Save Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang