Bab 18

2.9K 519 47
                                    

Sakura menghela napas sebelum membuka pintu ruang rapat. Ia masih tak percaya bahwa kepolisian akhirnya mengajak serta perwakilan setiap stasiun televisi besar dalam penyelidikan. Kiba tidak terlihat terkejut saat salah seorang detektif memberitahu bahwa Sakura yang dipilih untuk mewakili stasiun televisi mereka. Ia yakin keputusan ini dibuat agar para reporter tidak terburu-buru mengeluarkan berita yang masih simpang siur dan membuat masyarakat semakin resah. Ia akui, keputusan Sasuke benar kali ini.

Ia menjadi yang terakhir yang masuk ke dalam ruangan. Ada enam reporter lain yang telah duduk dan langsung tersenyum ketika melihatnya. Delapan orang detektif yang semuanya laki-laki melihatnya dengan beragam ekspresi. Dan yang paling mendominasi adalah lega. Ia tak mau tahu kenapa mereka terlihat lega setelah melihatnya. Ia menempatkan dirinya di sebelah Akira. Mengabaikan satu kursi kosong di sebelah Sasuke yang ia kira sengaja disisakan oleh semua orang untuknya.

Ia tak mau memperjelas gosip. Ia lebih suka berada di tempat ia berada sekarang. Di sudut terjauh dari Sasuke. Ia tak mau merona lagi, apalagi jika mengingat apa yang hampir mereka lakukan tadi malam. Juga apa yang telah ia lakukan tadi pagi. Ia tak mau membuat Sasuke besar kepala karena menduga ia suka dipeluk pria itu. Walau nyatanya ia memang suka.

"Aku mengumpulkan kalian di sini untuk membentuk satu tim yang harus bekerjasama dalam kasus Virgin Killer." Suara Sasuke sangat maskulin, tegas, dan seksi. Sakura menggeleng dengan pemikirannya yang mulai liar. Pria itu mengamati setiap wajah reporter, satu-per satu. Tiga reporter wanita terlihat merona. Tiga yang laki-laki terlihat tegang. Sakura hanya menatap bosan.

"Stasiun televisi kalian telah sepakat untuk bekerja sama," tambah Sasuke. "Kalian akan menyiarkan berita sesuai dengan apa yang kami anjurkan." Perintahkan tepatnya, koreksi Sakura di dalam hati. "Hal ini penting untuk mengurangi keresahan masyarakat." Sasuke mengatakan itu seraya memberinya tatapan menantang. Tapi Sakura sedang tidak ingin menentang apapun. Belum.

Akira di sebelahnya mengangkat satu tangan.

Sasuke tak memperlihatkan reaksi yang berarti. "Ya?" –hanya menunggu Akira berbicara.

Jadi Akira berbicara. "Jadi para detektif–secara rutin–akan membagi apapun yang mereka dapatkan?"

"Dan menutupi apapun yang mereka anggap tak bisa kita jaga rahasianya," sambung Sakura datar. Tapi semua orang tahu ia sedang menyindir. Sasuke mengerling padanya, yang ia tanggapi dengan satu kedikan bahu dan tatapan yang memiliki arti, memang begitu 'kan?

"Sakura ... " detektif Umino mendesiskan namanya. Sakura mengabaikannya.

"Aku memiliki satu hal yang kalian, para detektif tak miliki," kata Sakura. "Aku memiliki perkataan dari mendiang Tayuya yang pasti tak pernah kalian duga."

"Dan apa itu?" Tanya Sasuke tenang.

Sakura menghela napas sebelum berbicara. "Aku ingin kalian membagi semua berita. Aku ingin berita yang tak terbatas mengenai kasus Virgin Killer."

Sasuke melipat dua lengannya di depan dada. Jelas sedang berusaha untuk tetap tenang.

"Sakura-san." Sasuke menekan imbuhan –san dalam kata-katanya. "Kau tahu bahwa kau bisa dituduh telah mengganggu jalan penyelidikan jika ada yang kau sembunyikan."

Sakura mengangguk-angguk. Sengaja menambah jengkel Sasuke.

"Aku tak akan menyembunyikan apapun, jika kalian juga tak menyembunyikan apapun dari kami," katanya enteng. "Selain reporter, kami juga seorang teman." Kami tak bisa membiarkan teman kami mati sia-sia, tambah Sakura di dalam hati. Atau mungkin menjadi tersangka. Ia mulai merasa gelisah. Sebentar lagi, ia mungkin akan kehilangan satu temannya lagi.

Save Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang