Bab 2

4.2K 611 62
                                    


Sakura tersentak mengangkat kepala seketika saat meja yang tadi ia gunakan untuk bersandar sedikit bergeser. Seorang reporter dari stasiun televisi lain tampak baru saja berdiri dan meminta maaf padanya. Sakura tak ingin memperpanjang masalah hanya gara-gara salah satu orang dalam ruangan tersandung meja dan mengejutkannya. Ia malah bersyukur, karena berkat orang tersebut ia jadi terbangun.

Sakura merasakan berat di bahunya. Kiba entah kapan telah menyelimutinya dengan jaket. Sakura terharu dengan perhatian kecil yang ia dapat dari rekannya tersebut. Ia tersenyum sambil menutup laptop dan memasukkannya ke dalam ransel lalu mengaitkannya di kedua bahu, memutuskan untuk mencari rekannya yang pasti sedang berjalan kesana-kemari mengganggu para petugas polisi agar memberikan mereka berita lainnya.

Butuh beberapa saat bagi Sakura mencari dan menyimpulkan bahwa rekannya itu tak ditemukan di mana pun di kantor ini. Sakura menjadi sedikit khawatir. Fakta bahwa ia ketiduran lebih dari satu jam membuat ia merasa telah menghabiskan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk mencari berita. Untung saja laporan sudah sempat ia kirim melalui email. Kalau tidak entah apa yang akan terjadi.

Ia berjalan cepat menuju tangga, hampir seperti berlari. Segera menghentikan langkah begitu mendapati dua dari empat detektif bawahan Umino sedang berbicara pelan di ujung tangga. Sakura menunduk, menyembunyikan tubuhnya di belokan tangga dan mencoba menajamkan pendengarannya.

"Aku tak percaya. Kita bahkan belum menemukan titik terang pada tiga pembunuhan sebelumnya. Dan sekarang sudah jatuh korban lagi." Sakura mengeluarkan agenda kecilnya dan mulai mencatat.

"Entahlah, kau dengar kata kepala tim Umino tadi? Kalau kita tak juga mendapatkan hasil apa-apa sebelum akhir hari ini, kepala divisi kita yang dingin itu akan ikut serta dalam penyelidikan. Semua orang tahu betapa menakutkannya Uchiha Sasuke."

Sakura mengerutkan dahi setelah mendengar nama Sasuke disebut-sebut. Ia membaca kembali agenda di tangannya; hanya ada sedikit informasi yang ia dapatkan, itu pun secara sembunyi-sembunyi.

Ia masih membolak-balik buku kecil itu ketika seseorang merebutnya dari arah belakang. Sakura melebarkan matanya sedetik setelah berbalik. Uchiha Sasuke sedang membaca catatannya sambil mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi.

"Dasar reporter. Dimana-mana sama saja," ujar pria itu sembari mengantongi agenda milik Sakura ke dalam saku jasnya.

"Kembalikan catatanku Uchiha!"

"Hn, tidak."

Sakura mengentakkan kaki-kakinya, mengundang perhatian dua orang detektif yang sedang ia mata-matai tadi. Sasuke dengan acuh berjalan mendahuluinya dan berhenti di ujung tangga, membuat dua detektif muda tadi kaget luar biasa.

"Membicarakan kasus besar di tempat yang sering dilewati orang lain." Mata Sasuke seolah tampak semakin menajam. Ia menatap satu per satu dua detektif muda yang berdiri serba salah di hadapannya. Sakura yang masih berdiri di tempat semula merasa sedikit kasihan pada mereka.

"Apa kalian masih pantas disebut detektif?" Pertanyaan retoris itu terdengar lebih sadis saat keluar dari mulut Uchiha Sasuke. Sakura bergidik ngeri. Keinginannya untuk mendapatkan kembali catatannya ia kubur dalam-dalam. Ia sebaiknya cepat pergi dari tempat ini sebelum Sasuke menjadikan dirinya sebagai korban kesadisan mulut pria itu selanjutnya.

Sakura berbalik diam-diam, bermaksud kembali ke atas dan mengurungkan niatnya mencari Kiba. Ia memutuskan lebih baik kembali ke ruangan dan menelepon atasannya untuk memberitahukan kabar terbaru mengenai kasus pembunuhan berantai tersebut, tentang korban keempat yang mesti ia cari tahu juga identitasnya. Pekerjaan Sakura masih banyak. Ia tak mau menambah beban di pundaknya dengan ikut campur dalam urusan orang-orang kepolisian. Apalagi jika sampai berkaitan dengan Uchiha Sasuke yang menakutkan. Demi Tuhan, diantara begitu banyak profesi, kenapa pria itu harus menjadi orang kepolisian.

Save Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang