Bab 22

2.9K 489 50
                                    

Sasuke setengah berharap mereka dapat menemukan sedikit, sedikit saja lagi bukti yang mengarah pada seseorang. Mereka membutuhkan sesuatu yang lebih spesifik untuk dapat setidaknya menahan Sasori. Ia berjalan sambil terus memikirkan hal itu dan mengabaikan atasannya yang berjalan di sebelahnya.

Jika sesuatu terjadi, jika ada korban lagi, ia tak mau membayangkan hal buruk seperti itu. Tapi karena semuanya terasa terlalu rumit, ia mau tak mau memikirkan skenario terburuk. Selama ia menjadi detektif, tak pernah ada kasus pembunuhan yang tak dapat ia selesaikan. Tak ada yang berlarut-larut seperti kasus yang satu ini.

Tidak seperti divisi lain, divisi kriminal dipenuhi oleh para detektif terlatih yang dididik secara khusus dalam keadaan apapun. Jadi kenyataan bahwa untuk memecahkan kasus ini membutuhkan waktu selama ini membuat semua orang putus asa. Jika divisi kriminal tak bisa memecahkannya, siapa lagi yang bisa? Masyarakat akan semakin resah dan mungkin akan mulai mempertanyakan kinerja para penegak hukum.

Tak dipercayai oleh masyarakat adalah hal terburuk. Hukum rimba akan mulai terjadi dimana-mana karena masyarakat tak percaya para penegak hukum akan dapat membantu mereka.

Sasuke tak menyadari kemana mereka melangkah sampai Kakashi berhenti dan ia mengikutinya. Mereka sekarang berada di ruangan atasannya itu dan Kakashi telah menempatkan diri di kursi kerjanya. Sasuke menghela napas dan duduk di hadapan atasannya itu di seberang meja.

"Ada apa, chief?"

Kakashi menggeleng. "Ini bukan salahmu kasus ini belum terpecahkan sampai sekarang," katanya dengan kebijakan yang membuat Sasuke mendengus tak percaya.

"Jika orang-orang mendengar, mereka akan menganggap aku menyuapmu, sensei," katanya datar.

Kakashi hanya terkekeh dan menggeleng. "Aku cukup kaya untuk dapat menolak uang suap," katanya. Jemari pria itu mengetuk-ngetuk meja. Sasuke cukup mengenal Kakashi untuk tahu bahwa atasannya itu juga panik sama seperti dirinya. Kakashi adalah orang yang berperan penting dalam hari-harinya sebagai detektif dan mereka saling mengenal diri masing-masing lebih dari semua orang.

"Sebenarnya apa yang ingin anda katakan, chief?"

"Aku hanya ingin meyakinkanmu bahwa itu bukan salahmu, Sasuke," kata Kakashi. "Aku mengatakan ini karena kau cenderung menganggap semua hal adalah tanggung jawabmu."

"Aku tak begitu." Sasuke menyanggah cepat dan resah.

Kakashi mengedikkan bahunya. "Kau tahu aku benar." Sasuke akan membuka mulut namun dengan cepat dipotongnya. "Kita tak mau menghabiskan sepanjang hari untuk mendebatkan hal itu."

Sasuke menyandarkan tubuhnya di kursi. "Ya, kita tak akan melakukannya." 

Ponselnya bergetar dan ia menatap Kakashi untuk meminta izin menjawab panggilan tersebut.

"Lakukan sesukamu," kata atasannya itu.

"Uchiha Sasuke di sini," ujar Sasuke tegas. Punggungnya tegak seketika setelah mendengar apa yang orang katakan di seberang sana. "Baik, aku akan kesana sekarang." Ia berdiri seketika setelah memutus sambungan.

"Aku harus pergi, chief."

"Sesuatu terjadi?" Kakashi tampak serius.

Sasuke mengangguk. "Nenek Akasuna Sasori datang ke gedung ini," katanya. "Jadi ya, ada yang terjadi."

Ia mengangguk sekali dan melangkah cepat keluar dari ruangan itu. Umino –yang meneleponnya tadi- mengatakan bahwa Akasuna Chiyo sudah dibawa ke ruang interogasi. Sasuke memiliki firasat bahwa mereka akan mendapatkan sesuatu yang penting setelah ini. Dan firasatnya seringkali benar.

Save Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang