Bab 3

4.2K 583 104
                                    

Sakura dan Kiba mendapat pujian lagi karena mendapat berita ekskusif, lagi. Kiba meneruskan pencarian terkait informasi Akatsuki beserta kecurigaan lain mengenai perusahaan fiktif yang sebenarnya bagian dari Akatsuki. Berita itu disiarkan tepat pada pukul tujuh malam sebagai berita pembuka dan mendapatkan respon positif dari masyarakat. Kepolisian lagi-lagi harus bekerja ekstra keras untuk mencari bukti lainnya sebelum didahului para reporter.

Malam tepat pukul sepuluh, Sakura beserta Kiba tiba di kepolisian dengan penampilan yang tak lebih baik dari hari sebelumnya. Kiba memutuskan untuk langsung tidur. Sedangkan Sakura yang telah gerah karena belum mandi seharian memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Ia sempat keramas hari ini, yang membuat wajahnya berseri-seri dengan kemewahan langka itu.

Sakura mengenakan legging semata kaki dan t-shirt sepanjang pinggul berwarna hitam, dilapisi kemeja kotak-kotak lengan panjang berwarna abu-abu tua. Bukan pakaian yang nyaman untuk dibawa tidur memang. Lebih ke cara praktis agar bisa keluar ruangan setiap waktu.

Suasana kantor polisi di malam hari tak ada bedanya dengan di siang hari. Terang benderang. Penjagaan malam lebih ketat daripada siang hari. Inilah hebatnya kepolisian Konoha. Mereka memiliki petugas yang bekerja dengan sistem shift pergantian empat kali sehari sehingga tidak ada petugas jaga yang terlihat terlalu lelah. Mereka siap melayani masyarakat selama dua puluh empat jam, tujuh hari seminggu.

Sakura sudah kembali ke ruang istirahat, mendapati ruangan tersebut penuh tanpa menyisakan satu celah pun untuk ia tidur. Sakura melirik pada gadis reporter yang waktu itu tersandung meja dan membuatnya terbangun dari tidur siang. Gadis itu duduk di tempat sempit di depan meja panjang milik bersama, sedang serius menatap layar laptopnya dengan mata yang dipicingkan. Sakura terkekeh, mendapatkan teman senasib yang tak mendapat tempat untuk tidur.

"Kelihatannya semua orang kembali malam ini." Suara Sakura menyentak kantuk gadis itu.

"Sakura." 

Sakura mengulurkan tangannya seraya tersenyum setelah duduk di sebelah gadis itu. "Haruno Sakura. Kita hampir satu bulan di sini tapi belum sempat berkenalan.

Gadis itu menyambut tangan Sakura seraya balas tersenyum.

"Tayuya," sahutnya. Sakura menunggu gadis itu menyebut nama lengkapnya tapi terlihat sekali kalau hanya nama panggilan saja yang ingin ia sebutkan.

Sakura tak menjadikan itu masalah yang serius. Semua orang memiliki rahasia dan Sakura termasuk yang menghargai hak privasi masing-masing orang, kecuali tentu saja, jika rahasia tersebut akan merugikan orang-orang sekitar.

"Jadi Haruno-san ... ,"

"Panggil aku Sakura saja dan aku akan memanggilmu Tayuya saja, tanpa embel-embel apapun, bagaimana?" Tayuya mengangguk kalem. "Kau mau bicara apa tadi?"

"Ah, aku hanya ingin mengatakan salam kenal saja," kata Tayuya sambil nyengir.

"Salam kenal juga kalau begitu," kata Sakura ceria. Mereka terkekeh bersama.

"Kita sepertinya harus sabar sampai salah satu di antara mereka bangun," kata Tayuya pasrah. Sakura mengikuti arah pandang Tayuya, terkekeh mendapati Kiba yang tertidur di atas badan Choji, pria berbadan besar dari stasiun televisi tetangga.

"Kurasa kau benar." Sakura meringis. "Kau butuh kopi?"

"Punyaku belum habis." Tayuya mengangkat cup yang tadi tersembunyi di balik laptopnya.

"Kalau begitu aku beli dulu." Sakura berdiri, lalu berjalan keluar dari ruangan pengap yang berisi empat belas orang itu.

Mesin penjual kopi otomatis tersedia di lantai dua dan lantai satu. Sakura memutuskan untuk pergi ke lantai dua yang lebih terang. Ia berjalan santai menaiki tangga, belum sampai ke anak tangga terakhir saat matanya menangkap seseorang bertubuh tegap yang sangat ia kenal sedang berdiri di depan kotak kaca yang menjadi tujuannya juga.

Save Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang