Bab 27

4K 457 31
                                    

Setelah meninggalkan Sakura dalam penjagaan Hinata, Sasuke bukannya berkendara menuju kantor kepolisian melainkan satu tempat dimana seseorang yang menghancurkan semuanya berada. Sasuke sudah menelepon penjaga sel tahanan dan mengatakan bahwa ia akan mengunjungi salah satu tahanan paling berbahaya secara langsung. Ia ingin melakukannya sejak jauh-jauh hari, tapi pekerjaannya tak memungkinkannya untuk melakukan hal lain. Lagipula di waktu-waktu yang tak ia habiskan dengan membenamkan diri di ratusan dokumen, ia memilih –jauh lebih penting –yang paling penting berada di dekat Sakura dibanding hal lainnya.

Tapi ini tak bisa ditunda lebih lama lagi, pikirnya muram.

Ia berhenti di parkiran dan memasuki gedung berwarna hijau tua kusam dengan langkah panjang dan tegas. Para penjaga memberi hormat ketika ia masuk. Satu penjaga yang sudah ia telepon sebelumnya mengangsurkan buku kunjungan untuk ia tanda tangani sebelum mengantarnya ke sebuah ruangan tertutup dengan kamera CCTV yang menyala dua puluh empat jam.

Mengangguk sekali, ia membiarkan penjaga tersebut keluar dari ruangan sementara ia menunggu orang yang sangat ingin ia temui.

Hanya beberapa menit, tak sampai lima menit, tiga penjaga berbadan besar masuk sambil mengiringi satu orang berbadan kurus dan berwajah sepolos anak kecil. Sasuke melipat lengannya di depan dada dengan mata yang tak satu kali pun terlepas dari orang yang kini duduk di hadapannya di seberang meja.

Para penjaga sudah keluar sejak tadi. Tapi Sasuke memutuskan untuk mengawasi terlebih dahulu orang di hadapannya, begitu pun yang dilakukan orang itu.

Sasori terlihat seperti tak sedang berada di sel tahanan. Penampilan pria itu nyaris sama rapinya seperti sebelum-sebelumnya, hanya lebih kasar. Bakal janggut terlihat mulai menciptakan titik-titik gelap di permukaan rahangnya. Tentu saja, sepenting apapun penampilan bagi seseorang, penjara bukanlah tempat yang bisa mempertahankannya.

"Jadi akhirnya kau datang." Seringai Sasori menghapus tanpa sisa semua kepolosan yang ia tampilkan sebelumnya. Tatapan mata itu terlihat cerdas dan penuh perhitungan. Namun disaat bersamaan penuh dengan kegilaan dan sama sekali jauh dari kesan manusiawi. Kedua lengan Sasori diborgol di belakang tubuhnya. Menyatu dengan kursi yang ia tempati.

Sasuke menggerakkan lengannya dan memperlihatkan sebuah kunci kecil, kunci borgol yang mengikat Sasori yang tadi ia minta dari penjaga yang langsung tahu keinginannya. Begitulah nasib menjadi tahanan. Sebagian besar orang –termasuk penjaga menganggap hukuman kurungan tak cukup untuk membalas kejahatan besar. Kenyataan bahwa Sasuke seolah memiliki dendam pribadi dengan salah satu tahanan besar membuat para penjaga seolah menutup mata. Lagipula Sasuke tahu aturannya. Tak akan ada yang terbunuh di antara mereka.

Mata pria berambut merah itu berkilat dengan keinginan perburuan dan pemangsaan besar-besaran. Sasori jelas sedang berada di atas angin dan memiliki kepercayaan yang luar biasa tinggi terhadap kekuatannya sendiri. Sasuke memang membutuhkan hal itu.

Sasuke berdiri dan berjalan ke belakang Sasori, lalu membuka borgol yang mengikat lengan pria itu. Sasori memutar-mutar pergelangan tangannya sementara Sasuke kembali menempatkan diri di kursinya setelah melempar borgol ke ujung ruangan di sebelah pintu.

"Selamat atas kebebasan sementaramu." Walaupun suaranya terdengar santai, mata Sasuke menunjukkan bahwa ia ingin sekali mematahkan lengan itu. Alih-alih melakukannya, ia malah menempatkan dirinya dengan posisi santai dan nyaris setenang para pemangsa.

Tapi kelihatannya Sasori tak menyadari hal itu. Sasori belum mengetahui dengan siapa sebenarnya ia sedang berhadapan kini. Sasuke sedang tak dalam kondisi dimana orang yang paling ia sayang berada dalam bahaya besar. Ia sedang bekerja sendiri sekarang dan bukan sebagai orang kepolisian. Ia sedang menkonfrontasi sebagai seseorang yang harus membalaskan sesuatu.

Save Her (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang