Hari sudah gelap ketika Porchay pulang kerumahnya setelah dua hari berkemah bersama teman-temannya. Saat dia kembali hanya kekosongan yang menyambutnya, saudaranya pergi entah kemana. Emosi Porchay hampir meledak saat melihat halaman, saat masuk tadi dia tidak memperhatikan sekitar tempat duduk di depan rumah, dan sekarang dia siap membunuh seseorang dengan botol beer kosong dan panci hotpot yang tertinggal disana.
"Ai Sia Porsche... Kenapa kau meninggalkan kekacauan untukku... jangan pernah kembali kalau kau tidak ingin mati ditanganku..." Porchay berteriak mengutuk kakaknya kesal.
Porchay melemparkan tasnya sembarangan, dan mulai memunguti ke kecauan di depannya, membuang sisa-sisa makanan lalu membersihkan panci dan lainnya. Setiap langkahnya penuh penekanan saking kesalnya dia, tapi tubuhnya tidak berhenti sampai semuanya bersih dan kembali ketempat semula.
"Hiaa... Kau berbohong padaku, kau bilang cuti satu minggu, tapi apa ini, kenapa kau tak dirumah saat aku kembali,,, aku membencimu!" Porchay mengetik di ponselnya dan mengirimkan saudaranya pesan itu. Seperti biasa tidak ada yang membalas pesannya
"Hia! Kau bajingan!!" Porchay melemparkan ponselnya, dalam sekejap Porchay yang kelelahan tertidur di atas kasur empuknya.Tiga hari telah berlalu semenjak kepulangannya, di malam hari sebuah panggilan dari nomor tak dikenal masuk ke ponselnya, Porchay dengan enggan menjawab panggilan itu.
"Hello, Che..." Suara Porsche terdengar dari sambungan lain.
"Hello Hia... Dimana kau, aku pulang dan kau tidak ada, aku merindukanmu. Kau baik-baik saja kan?" Suara Porchay terdengar jelas jengkel pada kakaknya.
"Ada masalah penting yang harus aku urus, Aku juga merindukanmu, Bpen ngai bang?"
"Aku sangat-sangat merindukanmu, dan hanya bisa melihatmu sebentar, menjengkelkan sekali,... Hia, jika kau punya waktu bebas pulanglah, aku ingin bertemu denganmu, oke?" Pinta Porchay
"Mmm..." setelah beberapa detik keheningan Porsche berkata lagi. "Gu rak meng na Che"
"Aku paling mencintaimu di dunia ini, Hia..."
"Mmm... Sampai jumpa, Jaga dirimu baik-baik"
"Kau juga Hia..." Panggilan telephon terputus.
Hari-hari Porchay kembali menjadi orang malas, baju bekas gantinya dia lemparkan sembarangan, remah-remah tumpah sisanya memakan makanan ringan dan plastiknya berserakan di dekat komputer dan lantai, mangkuk bekas dia makanpun masih tergeletak di meja belum sempat dia bersihkan.
Di luar gerbang rumahnya berdiri seorang laki-laki yang mencoba memanggil orang yang tengah tidur siang di tengah kekacauan. Laki-laki itu terlihat sabar menunggu orang lain mengangkat panggilannya.
"Wadee krub P'Kim!" jawab orang di ujung sambungan dengan suara mengantuknya.
"Hei, aku tahu kalau kita ada les minggu depan... bisakah kita menggantinya menjadi hari ini?" kata laki-laki itu pada pemuda di ujung panggilan.
"Hari ini? Oh, iya, tentu saja... Haruskah aku pergi ke ruang latihan seperti terakhir kali?"
"Ohh tidak perlu, ada yang menggunakannya hari ini... Aku akan datang mengajari kau di tempatmu?"
Butuh waktu lama menunggu jawaban orang lain, "... Tempatku?" Dia balik bertanya, "Eh, ituu... itu tidak terlalu nyaman... Ee,,, permasalahannya adalah, Di tempatku,,, kebetulan listriknya baru terputus..." Pemuda itu berusaha mengumpulkan baju-bajunya yang berserakan membuat orang diluar pagar merasa lucu mendengar alasannya."Ohh? Hmmm... Tapi aku sudah berada di depan rumahmu sekarang, aku akan membantumu memperbaikinya kalau begitu (Listrik)"
Pemuda di dalam rumah menghadap laki-laki yang berada di luar gerbang, melambaikan tangannya, tesenyum sangat canggung, baju-baju serta celana yang dia kumpulkan masih berada di dalam pelukannya, dan orang lain telah memperhatikan apa yang dia lakukan selama ini dan dia masih berani berbohong padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIMPORCHAY The Series
FanfictionKim dan Porchay, dua orang dari dua dunia yang berbeda namun dipertemukan oleh cinta yang pelik. Bagaimana kisah mereka berdua, akankah berakhir dengan bahagia?! #Fanfiction Peringatan! Ini adalah fiksi penggemar dan bukan terjemahan, yang mungki...