C.16 Guilty

1.5K 171 63
                                    

Porchay duduk di ambang jendela kamarnya, rambutnya telah kembali menjadi pendek dengan warna hitamnya yang semula. Pemuda itu tengah menonton video yang selama ini menemani hari-harinya, yah dia masih merindukan orang yang tengah bernyanyi itu, tapi dia tidak sedang mengaguminya seperti yang biasa dia lakukan sebelumnya, dia hanya ingin menemukan apa yang telah hilang darinya sebelum ini.

"Aku bertemu dengan banyak orang seusiaku, dan aku menemukan bahwa mereka memiliki masalah yang sama, "Bagaimana aku harus menjalani hidupku?". Katakanlah, kamu hanya di beri satu hari, dan kamu harus bahagia di hari itu." Pemuda itu mengenakan headset kabel di telinganya, suara yang masuk ke telinga Porchay terus berbicara di sebuah interview yang bahkan dirinya telah lama melupakannya.

"Jika kamu harus bahagia? Tapi apa yang akan membuatku benar-benar bahagia? Aku tidak dapat menemukan jawabannya, tidak perduli seberapa banyak kamu membaca, seberapa banyak kamu mencoba menemukannya" lanjut suara itu membuat pendengarnya merenungkan dengan baik arti dari setiap kata-kata orang lain.

"Akan sulit untuk naik dan akan lebih menakutkan untuk turun, tetap saja... Aku akan mencobanya. Mungkin akan sangat sulit untuk mencapai tujuanmu di jalan raya, atau mungkin kamu dapat mencapai tujuanmu dengan cepat. Tapi... jika kamu menengok kembali kebalakang, kamu akan melihat pemandangan indah yang tidak pernah kamu sadari. Akan ada menanjak dan menurun.... Dan kamu akan menyadari nanti, bahwa itu indah dan bermakna". itu adalah suara Kim yang sangat dia kenal, kata-kata yang membuat dirinya sangat mengagumi orang lain.

Mata Porchay dialihkan oleh pemandangan di luar pagar rumahnya, sekali lagi dia melewati satu hari yang dia pikir tidak akan sanggup untuk menyelesaikannya. Karena orang-orang mungkin terluka dan akan merasa ingin mengakhiri hidupnya di satu titik waktu. Tapi jika kau bertahan dan menunggu, kemudian melewati satu moment menyakitkan itu, kamu mungkin akan melihat matahari tenggelam yang yang lebih indah dari waktu-waktu yang telah berlalu.

Pemuda itu menghembuskan nafas sekali lagi, mencoba mengeluarkan perasaan buruk yang selama ini menyiksanya. Bahkan jika seseorang meninggalkanmu dan kamu gagal melakukan sesuatu, bukan berarti seluruh duniamu akan berakhir. Kamu hanya harus bangkit dan mulai lagi selangkah demi selangkah, tidak perlu berlari untuk menyamai langkah orang lain, hanya lakukan saja seperti apa yang biasa kamu lakukan, tidak perlu terburu-buru.

Akhirnya pemuda yang selama ini mengurung diri di kamarnya memberanikan diri untuk keluar dan mulai berjalan kembali. Dengan bantuan saudaranya Porsche sebagai wali, dan berkat bakatnya yang telah di akui oleh para profesor di kampusnya, Porchay di terima kembali dan dapat melanjutkan kuliahnya di Universitas Ananthamekha.

"Hei... Namaku Srisamon Amornratchatchawansawangwong naa..." Seorang gadis bertubuh tambun menepuk meja Porchay.

Porchay menatap perempuan yang penuh dengan senyuman berdiri di depannya, di belakangnya ada dua orang lain yang juga memiliki senyum sumringah "Oh, Wadee krup, Phom Porchay na krub..." Jawabnya, Ini adalah hari pertamanya masuk ke kelas, saat memasuki kelasnya dia tidak mengenal siapapun, dan dia terlalu malu untuk memulai percakapan dengan orang lain jadi dia hanya bisa duduk diam dan menunggu Profesor datang mengajar.

Ohm yang seharusnya diterima di kelas yang sama dengannya tidak kelihatan batang hidungnya, kalau di pikir-pikir dia juga tidak pernah bertemu kembali dengan Mine dan Ohm, ataupun teman-temannya yang pergi bersamanya ke bar malam itu.

"Kau bisa memanggilku Pong na kha..." Lanjut gadis yang bernama sangat panjang itu.

"Krub..." Porchay menjabat tangannya yang terulur.

"Kau bisa memanggilku Flute, dan ini Boy..." Pemuda di belakang Pong memperkenalkan dirinya.

"Eei... Pey... Panggil aku Pey...Oke!" Protes pemuda di sebelahnya yang lebih feminin.

KIMPORCHAY The Series Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang