C.9 Beautiful Dream

1K 106 9
                                    

Ketika kau menutup mata, saat itulah kau memasuki dunia mimpi, dunia dimana kau dapat mengabulkan apapun keinginanmu, dunia dimana kau mewujudkan angan-angan yang selama ini tertanam dalam lubuk hatimu.

Pada saat itu angan dan kenyataan akan sulit untuk diuraikan, adakalanya kau menginginkan untuk tinggal sedikit lebih lama di dalamnya, tanpa perduli apapun resikonya.

Begitupun dengan cinta, seringkali kita terbuai dengan kata-kata dan sikapnya, orang-orang bahkan mempertaruhkan segalanya untuk sebuah kata yang kalian sebut dengan cinta. Hidup akan terasa tak bermakna saat kau tak lagi bersamanya, hidup tak lagi indah saat kau tak lagi bisa menatap wajahnya.

Begitukan Cinta yang kau percaya?

Lalu apakah kau akan percaya pada semua kata-kata orang lain padamu?

Bahkan kau sendiri tak tahu apa yang tersembunyi dibalik punggung yang selalu membelakangimu. Apa kau akan selalu percaya pada kegelapan yang akan menelanmu secara perlahan?.

Senja sekali lagi datang tanpa perduli apakah kau telah siap kembali bermimpi atau tidak. Di ruangan tamu milik keluarga Kittisawad terlihat dua orang pemuda yang tengah terlelap, mereka saling berpelukan dengan nyaman. Siang ini Kim mengantarkan Porchay ke kediamannya. Perasaan lelah karena kurangnya istirahat belakangan ini membuat dia jatuh tertidur hingga tak terasa waktu berlalu begitu tenang.

Tiba-tiba kelopak mata laki-laki yang lebih muda bergetar saat kesadarannya mulai kembali setelah mimpinya yang indah. Rasa hangat orang disebelahnya membuatnya enggan untuk bangun dari sofanya yang nyaman. Rasanya dia masih ingin terus bermimpi, memimpikan orang yang dia sukai ada di sebelahnya setiap kali dia membuka matanya. Merasakan bau khas orang lain yang terasa menyenangkan dan menenangkan perasaannya, Porchay berpikir kalau itu akan menjadi mimpi yang sempurna.

Tangan yang melingkari tubuhnya mengeratkan pelukannya, menarik orang yang lebih muda untuk lebih dekat padanya. Suaranya yang merdu seperti menggelitik telinga orang lain yang berada dalam dekapannya.
"Kenapa kau berpura-pura tertidur?" Orang itu berkata, seulas senyum terlihat di bibirnya, namun matanya masih tertutup belum berniat untuk membukanya.

Tubuh Porchay bergetar karena tertawa, memikirkan kejadian di studio yang bagaikan mimpi untuknya. "Aku... Aku merasa takut kalau melihatmu,,, Aku takut aku akan menangis". Ia masih berusaha keras untuk memejamkan matanya kembali ke mimpi indahnya, namun saat dia merasakan jari-jari orang disebelahnya membelainya dengan lembut, dia sadar kalau semua ini adalah nyata.

"Kenapa begitu?" Kim membuka matanya yang tertutup, menatap kepala hitam pemuda yang ada di pelukannya.

"Aku selalu merasa kalau aku adalah orang yang sial, Namun saat ini aku menyadari, kalau semua keberuntungan yang ku miliki terakumulasi menjadi dirimu Phi, Kau adalah keberuntungan phi..." Porchay memutar kepalanya agar dapat melihat Kim. "P' Kim katakan padaku kalau aku tidak sedang bermimpi" pintanya.

Kim tersenyum mendengar ucapan Porchay, lalu mencubit pipinya yang lembut sebagai jawaban pertanyaannya yang terakhir. "Mmmm... Kau tidak sedang bermimpi." Tidak hanya itu Kim juga mengecup bibir merah Porchay untuk meyakinkan yang terakhir kalau semua ini adalah kenyataan.

"Hhuui..." Porchay terkejut dengan tindakan orang di depanya namun senyuman lebarnya terlihat jelas kalau dia bahagia, setelah diam cukup lama Porchay melanjutkan. "Phom rak P' Kim naa... Phi juga mencintai Che kan?".

Orang yang lebih tua masih diam tanpa menjawab perkataan yang lebih muda, hanya saja kata-kata cinta yang ingin Porchay dengarkan sangat sulit untuk Kim ucapkan dari mulutnya. "Aku...." Hati dan pikirannya mengalami kontradiksi sampai-sampai dia kebingungan bagaimana cara untuk menyampaikan maksudnya pada Porchay. "Aku merasa lapar, ayo cari sesuatu untuk dimakan." Kim tidak punya pilihan selain mengubah topik.

KIMPORCHAY The Series Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang