C.15 What Makes You Happy?

1.3K 149 71
                                    

Suara keluhan terdengar dari mulut seorang pemuda yang tergeletak di lantai keras, untungnya dia tertidur di atas karpet yang cukup tebal di samping tempat tidurnya. Sengatan rasa sakit yang tiba-tiba mengenai kepalanya membuat matanya terpejam sekali lagi.

Dia tidak memperhatikan sekelilingnya saat berusaha berdiri dan berpindah ke kasurnya yang lebih nyaman. Seorang laki-laki tengah memperhatikan gelagat pemuda itu dari kursi yang tak jauh darinya. Di matanya terlihat kemarahan serta kekecewaan yang dapat dilihat oleh mata telanjang, tangannya mengepal mencoba menahan emosinya yang memenuhi isi kepalanya.

"Arrrgh,,,, Kepalaku sakit sekali!" Pemuda yang sudah terbaring diatas kasur sekali lagi memegangi kepalanya yang terasa sangat berat.

Ini adalah pengalaman pertamanya, pergi ke bar dan minum-minuman beralkohol. Yah memang, setelah menghabiskan begitu banyak minuman keras dia merasa semua perasaannya lebih ringan tapi pada akhirnya dia masih merasakan sakit dihatinya, mereka tidak pernah hilang darinya.

Porchay cukup menyesal ketika dia hampir mencicipi bubuk putih yang diberikan salah satu teman Mine padanya. Sekarang dia tahu kenapa Kim memakinya saat dia menariknya pergi kemarin. Dia sendiri tidak mengingat apapun setelah pertemuannya dengan Kim di bar, dan bagaimana dia sampai di tempat yang dikenalnya ini, dia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang itu.

"Kau sudah sadar sekarang?!" Tanya pemuda yang selama ini duduk diam di kursi.

"......" Porchay belum membuka matanya, tapi dia sangat mengenal suara hia-nya itu.

"Che!!!" Porsche berteriak memanggil adiknya yang tak bergerak setelah mendengar suaranya.

"Ada apa?!" Porchay bertanya malas, menutup kepalanya dengan lengannya tidak ingin bertemu kakaknya.

"Bukankah seharusnya Hia yang bertanya padamu..., ada apa denganmu... Hhuh!?" Porsche berdiri mendatangi adiknya dan menarik lengan yang menutupi anak muda yang masih berbaring itu. "Bukankah sudah ku bilang untuk tidak pergi ketempat seperti itu, kenapa kau minum-minum tidak jelas seperti semalam... Kenapa kau mabuk?! Huuh!!" Teriaknya.

"Lalu tempat seperti apa yang bisa kudatangi...?!" Porchay berteriak kembali pada kakaknya.

"Che... Ada apa denganmu, Kenapa kau seperti ini...?" Porsche masih berbicara dengan nada tingginya.

"Apa?! Darimana saja kau selama ini Hia... Kau ingin bermain menjadi saudara yang baik sekarang?!" Porschay menatap Kakaknya dengan matanya yang merah, dia menggigit bagian dalam mulutnya, menyesal dengan apa yang dia katakan barusan.

"Chee!!!" Ke dua mata yang menatap pemuda itu bergetar kebingungan.

"Pergilah Hia... Aku tidak ingin berbicara denganmu" Porchay merebahkan tubuhnya kembali menarik selimutnya untuk menutupi dirinya dengan benda itu.

Namun tangan Porsche menghentakkan selimutnya kembali, menampakkan adiknya yang meringkuk dengan tubuhnya yang bergetar, suara isakan lirih terdengar darinya. Tengah malam dia dikejutkan oleh Anon yang mengetuk pintu rumahnya, di lengannya terkulai sosok lemah seorang pemuda berambut biru yang tak sadarkan diri.

Porsche meraih adiknya yang bergumam tak jelas, tubuhnya dipenuhi bau alkohol yang sangat menyengat. Dia mengguncang tubuhnya mencoba menyadarkan Porchay tapi anak itu tidak kunjung sadar. Dan pada akhirnya dia harus menahan amarah hingga pagi ini dengan desakkan Kinn.

Melihat adiknya yang tak berdaya Porsche hanya bisa menelan kembali amarahnya, dengan pelan dia duduk di ranjang adiknya, mengelus kepalanya pelan. "Che,,, katakan padaku... Katakan pada Hia apa yang sebenarnya terjadi, Hmm?!" pinta Porsche membujuk adiknya dengan nada lebih halus.

KIMPORCHAY The Series Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang