Setelah dipikir-pikir Porchay versiku terlalu dewasa ngga sih?
Tapi
Entahlah,,, kalau terlalu beda dengan karakter aslinya, maafkan aku yaa,
Selamat membaca...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian naa...
--------------------------------------------------------
Mimpi-mimpi yang dilalui setiap malam pasti berlalu, terus seperti itu hingga kau terbiasa dan melupakan apa yang hinggap di dalam mimpimu malam itu. Namun saat seseorang memasuki kehidupanmu, kau akan menyadari. Bahwa selama ini kau telah menunggu orang itu hadir dalam mimpi-mimpimu hingga kau tak lagi melupakan setiap moment yang pernah kamu alami bahkan dalam mimpi sekalipun.
Jika kenyataan akan terus seperti apa yang kita inginkan, saling memandang, dan saling berpegangan tangan, sepertinya takan ada mimpi yang menakutkan selain kehilangan tangan yang selalu kau pegang.
Semua kekacauan yang selama ini kita pendam dalam-dalam akhirnya menjadi pemicu yang membuat hubungan semakin renggang. Selangkah, demi selangkah, mereka akan menjauh pergi karena kata-kata yang tidak bisa kita ucapkan."Jika sebelumnya aku mengatakan apa yang ingin sekali kau dengar, akankah kau bertahan di sisiku? Jika aku melakukan apa yang kau ingin aku lakukan, akankah kau masih memegang tanganku? Malam ini..., aku hanya ingin memandang wajahmu, memegang kedua tanganmu dan takan melepaskannya lagi... Aku hanya ingin memelukmu, memilikimu tidak peduli apapun, hanya kamu".
Rambut Kim masih basah setelah membilas dirinya dari air hujan, dengan pakaian yang telah diganti ia duduk di sofa sebelum membuka sebuah kotak berwarna hitam, mengelusnya lembut dan membukanya pelan, seakan-akan benda itu adalah sesuatu yang sangat rapuh.
Dia mengeluarkan kotak beludru berwarna silver berisi sebuah pick gitar yang anak itu buat untuk dirinya. Kim tersenyum kala mengingat ekspresi Porchay saat itu, pemuda itu memiliki wajah tegang dan berkeringat bahkan tangannya terasa lebih lembab saat dia tak sengaja bersentuhan dengannya.
Jari-jarinya meraba pick gitar dingin di tangannya, tidak ada lagi kehangatan yang tersisa dari orang lain. Dia pikir akan mudah untuk mendorong pemuda itu pergi tapi pada kenyataanya dirinyalah yang terlalu lemah untuk menahan orang lain disisinya. Terlalu lemah hingga dia melepaskan tangan hangat yang selama ini mencoba merangkulnya.
Dia selalu mengira kalau dirinya tidak membutuhkan seorangpun untuk berada di sebelahnya, apalagi menghabiskan waktunya bersama dengan orang lain. Tapi setiap detik waktu yang dirinya habiskan bersama Porchay membuat dia semakin menyukai setiap saat kebersamaan mereka.
Foto-foto yang Porchay tinggalkan untuknya tersimpan rapi di dalam kotak hitam, wajah anak itu selalu tersenyum, menampakkan gigi putihnya yang rapi. Namun wajah yang selalu ia tunjukkan adalah wajah tanpa ekspresi yang memuakkan. Kim melihatnya satu demi satu pemuda itu selalu membuat hatinya terasa penuh, mengisi tiap ruangan yang kosong di dalamnya.
Namun saat hanya satu foto terakhir di kotak itu hati Kim seperti di remas, melihat dirinya tanpa sadar tersenyum, dia benar-benar tidak mengingat mereka pernah mengambil gambar yang kini di tangannya itu. Itu adalah Photo Porchay berswafoto dan ada dia di sampingnya memperhatikan yang lebih muda, dalam foto itu Kim tersenyum tanpa sadar bahwa momen itu tertangkap oleh kamera.
Dia seperti orang bodoh, air mata yang ia tahan akhirnya jatuh kembali, ini adalah bukti kalau anak kecil itu benar-benar mempengaruhinya begitu banyak. Kim memutar nomor yang dia kenal untuk menelepon anak itu, dia menunggu dengan cemas menekan bagian di antara kedua matanya untuk menahan air mata yang terus mengalir, ia benar-benar berharap mendengar suara yang sangat ia rindukan, namun setelah sambungan ke dua pihak lain menolak panggilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIMPORCHAY The Series
FanfictionKim dan Porchay, dua orang dari dua dunia yang berbeda namun dipertemukan oleh cinta yang pelik. Bagaimana kisah mereka berdua, akankah berakhir dengan bahagia?! #Fanfiction Peringatan! Ini adalah fiksi penggemar dan bukan terjemahan, yang mungki...