C.10 Kidnapped

1.2K 111 1
                                    

Gema suara burung serta deru angin mencoba membangunkan seorang pemuda yang selama ini tak sadarkan diri. Hampir tiga puluh menit dia tidur dengan beralaskan dingin, rambutnya yang biasanya tertata rapi kini berantakan bahkan ada daun kering yang terselip di helaiannya. Bulir-bulir keringat muncul di atas kulitnya yang semakin pucat.

"UUghhh!!" Dia mengerang.

Kim mengatupkan giginya, menahan rasa sakit yang bersarang di pinggangnya, kaos tanpa lengan berwarna putih yang ia kenakan memiliki banyak jejak darah di sekitarnya. Pemuda itu mencoba menghalau darah yang masih merembes keluar dengan tangannya, bajingan itu berhasil membuat satu lubang yang cukup dalam ditubuhnya, tentu saja semuanya akan dia kembalikan dengan murah hati pada mereka yang menyebabkannya.

Pemuda itu menyeret badannya yang masih lemah untuk bersandar. Dalam pikirannya semua yang baru saja terjadi pasti memiliki hubungan dengan keluarganya. Hal inilah salah satu penyebab dia tak ingin berhubungan dengan orang lain. Secara langsung ataupun tidak langsung membuat orang yang disayangi dalam bahaya, atau bahkan dapat merenggut nyawa mereka dengan tangannya sendiri, dia tidak menginginkan itu.

Dia menghela nafas mencoba mencerna semua yang terjadi barusan kemudian dengan susah payah Kim mengeluarkan ponsel yang tersimpan di kantung celana jeansnya, giginya terkatup memaksa tangannya yang bebas memutar nomor saudaranya, dia menghubungi Kinn Anakinn Theeraphanyakul.

"Kinn,... Apa yang terjadi dirumah?".

"Dimana kau sekarang?" Suara di sambungan lain terdengar sedikit khawatir walaupun samar.

"......." Kim mematikan panggilannya menggenggam erat ponsel yang ada di tangannya hingga urat hijau dan biru di tangannya mengencang.

Kim membalut lukanya sekedarnya, "Emmghh... Sial!" Sekali lagi Kim mengetatkan giginya, menahan rasa sakit yang mencoba menggoyahkan pikirannya lagi dan lagi.

Maserati berwarna silver mengaum membelah jalanan yang cukup lengang, dikejauhan matahari masih memancarkan sinarnya walaupun redup, Kim memasu kendaraanya dengan kecepatan penuh menuju kediaman utama, saat terakhir dia kesana adalah saat dia mencoba mencari informasi terkait Porsche di ruangan ayahnya.

Begitu memasuki pintu rumahnya Kim menyeret dirinya menemui kakak keduanya, Kinn tengah bersama dengan Arm dan Big tengah berbicara serius bahkan mereka tak menyadari kedatangan seseorang di sekitar mereka yang membuat alis Kim mengerenyit.

"Apa?! Tawan melarikan diri?" Tiba-tiba Big berbicara melalui komunikator yang terpasang ditelinganya. "Khun Kinn!" Big menatap Khun Kinn disebelahnya.

"Tangkap dia!!!" Kinn meraung marah.

"Apa yang terjadi?" Kim membuka suara membuat ketiga orang yang tengah serius menoleh kearahnya.

"Khun Kim!" Arm dan Big memberikan salam padanya.

"Apa ini semua berhubungan dengan mantan pacarmu, bukankah dia sudah mati?" Kim menyindir kakaknya.

"Arm, lacak keberadaan Tawan... Big bersiaplah... Kim apa yang ingin kau katakan?" Kinn memerintahkan Arm dan Big, kemudian beralih pada adiknya.

"Baik Khun Kinn" Jawab mereka berbarengan.

Arm mendorong frame kacamatanya menaiki pangkal hidungnya bersiap untuk melakukan apapun perintah atasannya itu. Matanya yang fokus menatap koding-koding yang terus dia ketikkan di atas keyboardnya. Mencoba menyusup ke kamera pengawas di luar rumah utama.

Sedangkan Big, dia bergegas keluar dan memanggil pengawal lain untuk bersiap dan menunggu perintah Khun Kinn selanjutnya kemudian memulai operasi.

"Kinn,,, kalau kau mencari Tawan, aku memiliki firasat kalau ini terkait dengan hilangnya adik Porsche,...Porchay" Kim yang diberitahu Kinn tentang situasi kediaman keluarga utama dalam perjalanan pulangnya mulai menyimpulkan.

KIMPORCHAY The Series Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang