🔍. 1000 words.
ㅡ
Kedua orang tua Jibeom tak pernah menekan sang bungsu untuk memulai pertemanan, ia bisa mulai saat siap.
Ketika itu Jibeom tengah memainkan balok warna-warni saat kali pertama temu mereka. Jemari mungilnya membolak-balik tumpukan balok tanpa minat, terlanjur kesal karena tak kunjung berhasil membangun istana yang ia inginkan.
"Hai,"
Jibeom kecil mendongak, menemukannya memeluk potongan balok yang tercecer hingga jauh karena gerakan tidak beraturan yang Jibeom lakukan.
"Kau mau buat apa?"
Sang lawan bicara tak miliki ide, terbiasa diabaikan.
"Balokmu sangat banyak, aku ikut bermain, ya," ia duduki ruang kosong di hadapan Jibeom.
"Oh? Iya," suaranya lirih, halus sekali.
"Aku Bong Jaehyun, siapa namamu?"
Butuh jeda beberapa detik untuk Jibeom mampu menjawab pertanyaan yang diberi, "Jibeom, Kim Jibeom,"
Jaehyun mengangguk-anggukan kepala tanda paham, kemudian mengulang pertanyaan pertamanya, "mau buat apa?"
"Eung? Istana, Beom istana besar,"
Meski Jaehyun dan Jibeom berada di usia yang sama, namun Jaehyun dapat temukan sulit dalam bicara Jibeom, faktor jarang berkomunikasi.
"Ah, kau mau buat istana? Baiklah, ayo bangun istana!"
"Ayo!"
Karena senang akhirnya dapatkan teman bermain atau memang sebenarnya seorang yang aktif berbicara, Jaehyun juga tak bisa pastikan. Namun ia bisa pastikan bahwa suara itu adalah hal favorit barunya.
"Bong tegak menara kanan dan Beom menara kiri, ya," titah bungsu Kim, memberi arahan.
"Aku bangun menara yang kanan dan kau yang kiri?"
Hanya disahut angguk membenarkan.
"Kau punya balok merah, Beom? Aku mau balok yang merah,"
"Tapi Beom pakai, Bong cari," tolaknya, menggenggam erat balok merah yang dimaksud. Kalimat berantakannya terdengar menggemaskan sekali di telinga Jaehyun.
Tidak jarang ia sengaja memancing sang teman untuk bicara lebih banyak.
Sejak temu pertama, Jaehyun selalu hadiri hari-hari sepi Jibeom. Menemani bermain dan membangun istana balok, selesaikan seisi buku mewarnai bersama atau sekadar dengarkan celoteh lucunya.
Seperti hari pertama Jibeom bersekolah misalnya.
Jibeom lewati masa prasekolah karena tidak pernah berhasil lakukan. Sering kali ia habiskan waktu bersembunyi bahkan pulang lebih awal karena rasa takut yang mengganggu. Ayah dan ibu Kim memutuskan untuk tidak memburu sang bungsu dan atasi gangguan-gangguan tersebut perlahan.
Ketika Jibeom kecil katakan ingin bersekolah lagi, keduanya tahu Jibeom punya masa siapnya sendiri.
Bocah delapan tahun itu bangun dan membangunkan seisi rumah saat dini hari, dua jam lebih awal dari jadwalnya bangun pada hari lain.
Sejak malam, Jibeom telah menyiapkan segala hal yang akan ia bawa di hari pertamanya.
Sepulang sekolah Jibeom, peluk pelepas rindu menyambar tubuh Jaehyun.
"Bagaimana?" Ia lempar pertanyaan dengan antusias.
"Sekolah besar sekali! Banyak kelas, ada lapang!"
"Lapangan besar ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pai Apel : Mostly Bongbeom lol
FanfictionTidak kah ia pernah katakan? Toko roti selalu punya apa yang kau butuhkan. Kim Jibeom of Golden Child oneshot complication (mostly with Bong Jaehyun). Please don't take this on serious way honey bun :d 💌 with a bunch of love, joozchan.