Relationship

28 4 2
                                    

🔍. 619 words.





Kota cukup padat meski suhu rendah terus berusaha merambat menelusup di antara dekapan mantel tebal. Tungkainya berdiam lama, biarkan diri memikirkan apa yang harus ia lakukan.

Menemukan seorang Kim Jibeom di tengah kota yang ramai dan dingin. Menikmati beberapa jajanan hangat dan mengobrol ringan dengan seseorang bukanlah pemandangan yang ia duga dari si surai gelap.

Ia menapak pelan menuju pemuda kelahiran 3 Februari, berhasil membulatkan tekad.

"Kim Jibeom," Kedua orang di hadapannya menanggapi panggilan dengan menoleh.

Dapat ia perhatikan lingkar kehitaman di sekitar mata bulat milik Jibeom mulai memudar dan pipinya semakin tembam, sapuan kemerahan karena suhu terlampau rendah menambah kesan gemas.

Kemudian ia menggulir pandangan pada seseorang yang temani jalan si Kim malam ini.

Entahlah. Ia tidak dapat memberi pendapat mengenai sosok itu.

"Bisakah kita bicara?" Tidak ingin banyak berbasa-basi. "Kita berdua,"

Menangkap apa yang ia katakan, sang pemuda asing berucap cepat pada Jibeom, "Aku akan menunggu di sana," jarinya memberi tanda pada bangku taman di depan sebuah toko.

Senyum ringan yang Jibeom ukir untuk sang pemuda asing dapat beri tahu bahwa Jibeom menyenanginya.

"Ingin bicarakan apa?" Layaknya tak menginginkan lama berbincang, Jibeom langsung menyodorkan tanya.

"Ayo pulang," jawabnya, mencoba teguh. "Aku akan menemanimu dan ada ketika kau membutuhkanku. Aku akan menjadikanmu prioritasku,"

Terlihat tidak memiliki sesuatu untuk menanggapi, Jibeom hanya memperhatikan.

"Jadi, ayo pulang ya, Beom?"

Sang lawan bicara memberi geleng, tanda menolak.

"Bukankah kau selalu menginginkan itu? Kenapa tidak mau?"

Kelopak mata Jibeom berkedip tenang, diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang diterima. "Dulu aku selalu menginginkannya,"

"Kau tidak menginginkannya lagi sekarang?"

"Aku telah mendapat yang aku inginkan sekarang, kau juga," tuturnya, "aku tidak akan lagi mengganggumu, seperti yang kau inginkan,"

Ah, ia mengerti. "Pemuda itu yang memberinya padamu?"

Angguk membenarkan Jibeom lakukan.

Hening memotong percakapan hingga si Kim kembali buka suara, "Kami bertunangan dan akan menikah,"

Apa ia mendengarnya dengan benar?

"Kenapa kau mengatakan itu?"

"Aku hanya merasa harus memberitahumu,"

"Lalu kenapa kau tak mengatakan itu sebelumnya?"

"Aku mengatakan itu sebelumnya," Intonasinya tenang dan senada, menandakan tidak adanya tekanan maupun paksa dalam bicara. "Aku mengirimimu pesan tepat setelah ia melakukannya, tetapi kau tidak menaruh perhatian dan ia telah menunggu lama,"

Jibeom melakukan jeda sebelum melanjutkan kalimat, "Begitupun aku,"

"Maaf," Hanya kata itu yang dapat ia gumam.

"Apa ada lagi hal lain yang ingin kau katakan?"

Ia tidak tahu apakah tidak masalah jika ia ucapkan ini, namun ia tak melihat keadaan lain di masa mendatang untuknya dapat ucapkan.

"Aku mencintaimu,"

Masih dengan sikap tenangnya, Jibeom tak beri tanggapan besar dan kembali melempar tanya, "Apa hanya itu?"

Kepalanya mengangguk membenarkan.

"Baiklah kalau begitu, aku pergi. Selamat malam, Hong Joochan," Memberi bungkuk kecil sebelum berbalik menjauhinya.

Jibeom menghampiri pemuda berstatus tunangannya yang menduduki salah satu bangku taman, mendapat sambutan hangat dan manis.

Dari jauh pun, ia dapat temukan bahagia pada Jibeom karena hadir sang pemuda. Bahagia yang tidak dapat ia beri pada Jibeom untuk hadirnya.

Sering kali ia abaikan pesan-pesan yang Jibeom kirim, bermain-main dengan komitmen dan meninggalkan Jibeom sendirian pada banyak waktu. Membiarkan pemuda berlesung menopang hubungan seakan hanya Jibeom yang terlibat.

Tidak menaruh peduli hingga tak sadar sang kekasih telah mencapai titik lelah menunggu. Berhenti menganggu dan meninggalkannya seorang diri seperti yang selalu ia minta pada laki-laki Kim.

Jibeom benar.

Kini keduanya mendapatkan apa yang mereka inginkan selama menjalin hubungan.



끝.


Ide kali ini didapat dari salah satu kisah seorang terdekatku, ia benar-benar sedang dilanda kebingungan sekarang hfkahdkajs. Sejujurnya aku membenci pasangan yang sebelumnya milik teman ini.

Sebuah hubungan seharusnya bersifat timbal balik, bukan dijalankan hanya sebelah pihak.

Aku memikirkan hubungan semanis permen kapas untuk pasangan ini, namun pada dunia nyata kisah hambar lebih mudah ditemukan. Aku jadi kesulitan menemukan fokus cerita karenanya t___t

💟 with love, joozchan.

Pai Apel : Mostly Bongbeom lolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang