🔍. 1195 words
ㅡ
Satu lagi hari berlalu. Hari padat dan monoton. Belajar, berlatih, ulangi.
Jibeom telah miliki mimpi sejak menginjak usia enam dan kini kesempatan ada di genggaman, ia tak biarkan kupon menuju tujuannya lepas.
Setiap orang mengenal Kim Jibeom sebagai anak manis yang baik hati dan penurut.
Namun Youngtaek tahu tengah ada yang salah dengan Jibeomnya ketika ia menghampiri remaja itu di sela istirahat kelompok vokal Jibeom.
"Hey, Beom," menaruh senyum terbaik untuk yang lebih muda.
"Eum," gumam Jibeom, tak menaruh atensi dan memilih merapikan botol minum kosongnya ke dalam tas.
Ah, ini bukan situasi tepat bagi lelucon jahil. "Ingin keluar sebentar dan makan topokki? Aku yang bayar," tawar Youngtaek, membantu melipat kaos-kaos kotor yang telah Jibeom gunakan hari ini.
"Aku kan sudah bilang, aku sedang diet,"
"Tidak apa, kita bisa makan diam-diam. Beberapa potong topokki dan segelas vanilla latte tidak akan memberi pengaruh," bisiknya seakan tengah merencanakan hal melanggar hukum. "Lagipula, besok libur,"
"Tidak bisa, aku masih kurang di bagian terakhir. Tolong jangan ganggu aku," terdengar dingin dan tertahan.
Tanpa sadar, ia pun ikut tersulut emosi. "Ayolah, Beom? Apa salahnya lanjutkan nanti saja?" Tanpa peduli perkataan sang lawan bicara, Youngtaek menggenggam jemari Jibeom dan menariknya keluar.
"Kak Youngtaek!"
Langkah yang lebih tua terhenti, tubuhnya terpaku mendengar bentakan serta jemarinya yang dihempas oleh Jibeom. Dapat ia dengar napas memburu dari sang pemuda Kim. Mata bulatnya seperti terlapis kaca, sekali kedip dan tangis akan pecah.
"Kalau kak Youngtaek mau makan, pergi saja sendiri! Kak Youngtaek bisa seenaknya bilang nanti, tapi aku tidak bisa karena aku bukan kak Youngtaek!"
Youngtaek tak menahan yang lebih muda untuk kembali ke ruang latihan. Mereka berdua butuh waktu, terutama Jibeom.
Pagi datang terlalu lambat, Youngtaek bangun lebih awal. Ia tidak serajin itu untuk bangun awal di hari libur, tetapi ia memiliki rencana.
Pukul delapan dan ia telah berdiri menunggu Jibeom di dekat parkir sepeda yang lebih muda.
"Kak?"
"Oh? Sudah turun?"
Netra Jibeom mencari objek lain untuk menaruh tatap kecuali Youngtaek.
"Maaf," jemarinya merapikan surai halus pemilik lesung. "Maaf aku menyakiti perasaanmu,"
"A-aku juga. Seharusnya aku tak katakan itu,"
Jibeomnya.
Jibeomnya yang rendah hati dan lembut.
"Kau tidak bermaksud mengatakan itu. Aku tahu,"
Yang lebih muda mengangguk cepat, "eum! Aku rasa aku hanya terlalu lelah,"
"Aku rasa kau hanya butuh istirahat,"
"Huh?"
"Kau selalu bisa simpan dan gunakan tawaranku kapanpun kau ingin,"
Youngtaek baru saja akan mengayun tungkai jenjangnya, jika Jibeom tidak kembali membuka suara.
"K-kak Youngtaek kosong hari ini?" Kedua pipinya miliki kesan kemerahan, lucu sekali.
Selang seperkian detik hingga akhirnya Youngtaek malah balik bertanya, "Beom maunya bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pai Apel : Mostly Bongbeom lol
FanfictionTidak kah ia pernah katakan? Toko roti selalu punya apa yang kau butuhkan. Kim Jibeom of Golden Child oneshot complication (mostly with Bong Jaehyun). Please don't take this on serious way honey bun :d 💌 with a bunch of love, joozchan.