Confession

43 3 0
                                    

🔍. 541 words

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Koridor sekolah hari ini sama ramainya seperti hari lalu. Jibeom biasanya lebih memilih ruang perpustakaan ketimbang mengobrol di depan loker yang terbuka, namun bincang dengan Donghyun semalam menempatkannya di sini siang ini.

Remaja itu bilang ia hanya perlu memberikan hadiah untuk orang yang ia suka karena ini adalah hari kasih sayang. Jibeom rasa tidak ada salahnya lakukan apa yang Donghyun sarankan. Lagi pula, ia juga tidak merasa keberatan mengeluarkan sedikit uang saku untuk sepotong kue cokelat.

Memasuki koridor, dari kejauhan pun Jibeom dapat mengenali kantong kertas kecil berwarna merah muda di genggaman salah seorang siswa yang berdiri tepat di depan lokernya bersama beberapa siswa lain. Kantong kertas yang sama dengan kantong kertas di genggamnya.

Sekelompok siswa itu menjauh melewati Jibeom ketika ia baru saja sampai, meninggalkannya bersama seorang siswa yang tadi mereka ajak bicara.

"Kim Jibeom? Apa yang kau lakukan di sini?" Joochan, laki-laki di hadapannya, melontarkan pertanyaan ketika Jibeom kembali menatap ke depan setelah mengikuti arah pergi siswa sebelumnya.

Kelopak mata Jibeom berkedip beberapa kali, memasang ekspresi bingung, "Apa yang kau lakukan di sini?"

Bibir pemuda itu membentuk huruf o, menyadari bahwa ia lah yang berdiri di depan loker sang lawan bicara, "Ah, benar! Maaf, aku hanya mengobrol sebentar tadi,"

Tidak ada balasan, Jibeom tidak tahu harus menjawab apa. Membiarkan canggung menguasai hingga Joochan kembali memberi tanya.

"Itu untukku?"

Jibeom melihat ke arah kantong kertas di genggamannya, "Iya,"

"Jibeom-ssi, kau menyukaiku?"

"Iya,"

Joochan menunggu Jibeom memberinya kantong kertas merah muda itu, namun sepertinya laki-laki bersurai pekat tidak berencana demikian.

"Kau tidak akan memberinya padaku?"

"Tidak," Jawab Jibeom singkat, menciptakan raut bertanya pada wajah tampan Joochan.

Selang beberapa detik, Jibeom akhirnya menyadari bingung yang melanda Joochan, mengarahkan tunjuk pada kantong kertas kecil di genggam kanan Joochan kemudian kembali mengangkat tatap.

"Kau sudah punya, aku membelinya bersamaan dengan siswa tadi,"

"Begitu, ya...,"

"Aku akan beri pada...," Ia mengedarkan pandangan, "Donghyun. Dia belum dapat hadiah," langkah ringan Jibeom perlahan meninggalkan Joochan.

"Kim Jibeom," Panggilan Joochan menghentikan gerak Jibeom dan kembali menoleh ke belakang.

"Ya?"

"Apa kau baru saja mengungkapkan perasaan di hari kasih sayang tanpa memberi hadiah?"

Jibeom mengangguk pelan, "Aku rasa begitu,"

"Aku suka padamu,"

"Kau mengatakan itu agar kita impas?"

Joochan memasang ekspresi berpikir, mencoba menggoda Jibeom, "Mungkin,"

Tak memberi respon pada kata terakhir Joochan, Jibeom memilih melanjutkan jalan menuju Donghyun. Membiarkan Joochan sendiri tanpa mengetahui pipinya yang kini memerah seperti tomat bulat di kebun milik ibunya. Lebih siap menghadapi ocehan Donghyun akan betapa bodoh dirinya yang mengungkapkan cinta tanpa hadiah di hari kasih sayang dibanding menghadapi kalimat godaan dan wajah tampan Joochan.

Seandainya Jibeom tidak terburu untuk pergi, ia bisa melihat Joochan merutuki kue cokelat yang tidak berhasil ia dapatkan dari Jibeom.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

끝.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

HALO HALOO hehe akhirnya aku kembali :D jadwal benar-benar menjadi sangat hectic akhir-akhir ini. Padahal ini ide sudah lamaaa sejak hari kasih sayang, tapi aku baru sempat menulis sekarang t___t karena itu maaf latar waktunya jadi tidak tepat huhuu :(

Awalnya pasangan di sini adalah bobeom, namun entah apa yang ada pada joochan hingga aku terus-terusan ingin menulis dia ㅠ ㅠ

💌 with a bunch of love, joozchan.

Pai Apel : Mostly Bongbeom lolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang