🔍. 1119 words.
ㅡ
Tidak ada yang katakan pada Jibeom bahwa disukai seseorang dari kelas yang sama saat sekolah menengah atas akan serumit ini.
Sejak ia mengenal laki-laki Lee Jihan sebagai teman sekelasnya, rasanya Jibeom hanya ingin menjauhkan diri.
Tidak, tidak ada yang salah dengan remaja jangkung itu. Ia menempati peringkat lima besar di kelas dua tahun berturut-turut, seorang anggota aktif tim basket sekolah, pembawaannya yang berkelas sangat selaras dengan wajah bak model tingkat internasional. Seisi sekolah ingin menjadi temannya.
Namun tidak dengan Jibeom.
Sejujurnya, ia masih sama seperti Kim Jibeom yang orang-orang kenal sebelumnya.
Jibeom yang manis dan mudah sukai, tidak senada dengan wajah tanpa ekspresinya. Seseorang yang tidak sampai hati untuk menyakiti seekor semut, selalu merasa bersalah jika hal tak mengenakkan terjadi dan menaruh orang lain diatas diri sendiri.
Mungkin Jihan hanya... kurang beruntung?
Jihan bisa mendapatkan dunia, kecuali Jibeom.
Ia tidak tahu apa yang salah dengan sang pemuda Lee. Selalu ada dimanapun ia berada, terkadang Jibeom bergidik membayangkan ada apa dengan manusia Jihan ini.
Siapa sebenarnya Kim Jibeom?
Kira-kira begitu yang terlintas di pikiran penghuni sekolah tiap kali melihat sang primadona mengejarnya.
Tidak jarang Jihan menerima tawaran teman kencan dari anggota tim basket. Namun tidak kah orang-orang harusnya mengerti? Yang ia inginkan hanya Jibeom!
Apapun untuk dapatkan Kim Jibeom. Apapun.
Kehidupan menengah atas sang remaja Kim yang monoton berjalan seperti hari kemarin, hingga Jihan merusaknya.
"Dimana seragam olahraga kalian?"
Jihan menumpahkan jus apel pagi tadi tepat sebelum pelajaran olahraga. Tidak sengaja, katanya. Terserah! Jika saja ia tidak mengganggu Jibeom, mungkin kini mereka tidak perlu membersihkan toilet sekolah sekarang.
Nasi telah menjadi bubur.
Jihan dan Jibeom tidak dapat kembali ke kelas sebelum hukuman mereka selesai.
"Ini pertama kalinya aku dihukum membersihkan toilet, menyebalkan sekali," gumam Jibeom dengan suara bergetar, seakan air matanya bisa tumpah kapan saja.
"Sudahlah, kita bersihkan cepat, lalu kembali ke kelas,"
"Kau kerjakan saja sendiri! Semua ini kan, karenamu!"
"Maaf, Beom. Tidak sengaja, sungguh," Terucap menyesal dalam tuturnya.
"Diam lah! Kau selalu menggangguku dan mengikuti kemanapun aku pergi. Seluruh penghuni sekolah menyukaimu, tidak cukup ya? Kau tidak bertanya-tanya seperti mereka, apa hebatnya Kim Jibeom? Aku orang yang buruk, aku melempar kata kasar padamu meski kau berbuat baik!"
Jibeom benar-benar sudah tidak tahan. Napasnya memburu, mata bulatnya memerah. Sedang Jihan, ia hanya diam. Menatap yang lebih muda.
"Seperti mereka yang melempar kata kasar padamu meski kau tidak berbuat buruk?"
Ah... entahlah.
"Aku membencimu. Kalau kau berhenti, orang-orang tidak akan lagi melempar kata kasar padaku dan begitu juga aku padamu. Harusnya pergi saja yang jauh," usai mengatakan itu, Jibeom berbalik meninggalkan Jihan, membiarkan yang lebih tua menyelesaikan hukuman mereka sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pai Apel : Mostly Bongbeom lol
FanfictionTidak kah ia pernah katakan? Toko roti selalu punya apa yang kau butuhkan. Kim Jibeom of Golden Child oneshot complication (mostly with Bong Jaehyun). Please don't take this on serious way honey bun :d 💌 with a bunch of love, joozchan.